Di satu sisi mengembalikan rasa percaya diri orang tua lewat peran anak-anaknya dengan menunjukkan perhatian dan kasih sayangnya dengan berdasar pada keimanan yang kuat kepada Tuhan Sang Pecipta, tidak hanya melulu lewat kiriman dana ataupun harta. Seperti layaknya suporter yang akan menghidupkan suasana sebuah pertandingan dan membakar semangat pemain-pemainnya. Tak lebih seperti kilatan cahaya. Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan, mendapat kekuatan baru, mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya, mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.Â
Di sisi lain anak-anaknya harus bisa memposisikan orang tua, bukan sebagai pajangan bisu yang membeku, tetapi sebagai orang tua yang masih perlu di ajak bicara, diajak guyon dan terlebih masih harus diuwongke. Mungkin ini sebuah tantangan sekaligus harapan. Bisa ?
Karena pada kenyataannya orang tua yang di kisahkan di atas masih hidup sampai hari ini setelah melewati hari-hari yang ceria dan  menyenangkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI