Mungkin bagi sebagian orang merasakan bagaimana hari-hari ini rasanya berlalu demikian cepat. Rasanya baru kemarin hari Sabtu tidak berasa sudah tiba hari Sabtu lagi. Rasanya baru merayakan Lebaran di tahun 2022, tidak berasa sudah merayakan Lebaran lagi di tahun 2023. Bahkan seperti yang kemarin penulis sampaikan di artikel yang berjudul Adonan. Sebagai orang tuapun tiba-tiba bisa tersadar kalau anaknya yang dahulu masih kecil sekarang sudah beranjak dewasa.
Â
Demikian juga bagi sebagian orang mungkin merasakan bagaimana pendapatan atau penghasilan yang didapat  setiap bulannya yang dibawa pulang, rasanya cepat sekali habis. Layaknya waktu yang berputar demikian cepat. Apakah bisa diambil suatu persamaan, kalau waktu bisa berbanding lurus dengan penghasilan ? Aha...!!
Padahal mungkin bisa jadi kita sudah sempat berpikir, kalau sejatinya sudah melakukan ibadah, sudah melakukan sedekah, zakat, perpuluhan atau juga persembahan. Atau apapun namanya. Tetapi tetap saja mengalami krisis keuangan. Entah itu karena makin naiknya harga-harga atau makin banyaknya pengeluaran yang harus dibelanjakan. Dan hukum ekonomi pun menjadikan satu dasar. Semakin besar pendapatan semakin besar pengeluaran.
Pernah terbersit akan sebuah makna. Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit, kamu makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang ! Bahkan lebih ekstrim lagi bisa terjadi. Kamu mengharapkan banyak, tetapi hasilnya sedikit, dan ketika kamu membawanya ke rumah, Tuhan menghembuskannya.
Persoalan keuangan seringkali memang menjadi penyebab runtuhnya kehidupan berumah tangga. Dimana antara suami dan istri bisa saling saling menyalahkan. Suami menyalahkan istri karena dianggap terlalu boros. Si istri menyalahkan suami karena gak becus bekerja dan cari uang. Dan kejadian ini menjadi sebuah rekaman yang membuat kening berkerut. Betul, buat yang sedang dalam puncak kejayaan, uang bukanlah segalanya. Tetapi sebaliknya, segala-galanya perlu uang. Apalagi saat dalam keadaan terpuruk.
Sekilas memang satu dengan yang lain saling terkait. Apalagi ketika kemudian keberadaan uang malah menjadi pengendali hidup kita. Bukan sebaliknya uang harus kita kendalikan. Ditambah lagi kerancuan dalam pelaksanaan di lapangan. Tidak bisa lagi membedakan yang mana keinginan dan yang mana kebutuhan. Kita seakan masing-masing sibuk dengan urusan diri sendiri. Sampai-sampai lupa dengan sang pemberi rejeki. Sehingga buntutnya terjadi sebuah pertikaian dalam keluarga.
Kembali kepada seberapa banyak penghasilan yang bisa kita bawa ke rumah untuk kesejahteraan isteri dan anak-anak mencerminkan seberapa besar kita bisa merasakan dan mengucap syukur kepada Sang Khalik. Jadi ada kerterkaitannya seberapa jauh hubungan kita dengan Yang Maha Kuasa itu langsung atau tidak langsung berpengaruh dengan kehidupan perekonomian kita.
Mungkin sebagian ada yang berkata, itu orang yang tidak melakukan hal keimanan kepada Tuhan, koq malah bisa kaya raya dan rasanya nyaman-nyaman saja hidupnya. Orang Jawa bilang Urip kuwi sawang sinawang. Sebuah kalimat bersahaja yang mengandung makna yang mendalam. Sebuah kalimat yang memiliki maksud untuk memberi nasehat agar kita tidak terlalu sibuk melihat kehidupan orang lain dan mengabaikan keberuntungan di dalam hidup diri sendiri.
Karena kalimat sawang sinawang juga mengajak kepada kita agar lebih mudah merasakan dan mengucap syukur atas anugerah yang diberikan oleh Tuhan Pencipta Alam Semesta di dalam hidup. Dengan kata lain, saat kita memperbanyak ucapan syukur dari mulut dan dari dalam lubuk hati yang paling dalam, maka kita tidak akan mudah mengeluh saat menghadapi cobaan atau ujian.
Hari Sabtu kembali datang, saatnya memperbaiki rumah keimanan kita kepada Tuhan. Tidak perlu nunggu tahun depan, tidak perlu nunggu kenaikan gaji, tidak perlu nunggu THR cair. Ini saat nya. Mau ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H