Karena sepertinya ada terkait hukum sebab akibat. Sebab itu perhatikanlah kemurahan Tuhan dan juga kekerasan-NYA, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-NYA, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-NYA; jika tidak, kamupun akan dipotong juga.
Ada dampak saat kita tidak bisa menerima arti kata Kemurahan dan Kekerasan yang dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Karena saat kita protes ataupun memberontak kepada Sang Pencipta tidaklah menyelesaikan masalah. Sebab itu tidaklah sebanding saat kita beroleh Kemurahan-NYA dan saat kita mau hidup di dalam lingkup keimanan. Tetapi sebaliknya, saat kita mencoba hidup dalam ke-ngeyel-an dengan atas nama kebenaran pribadi, kita menjadi tidak peduli kepada Sang Pencipta, akibatnya bisa ditebak.
Memang kadangkala kita kita melihat hidup orang lain hanya sepotong-sepotong, bahkan cenderung memaknai kehidupan dengan tanpa rasa. Begitu juga kadangkala kita melihat kesuksesan orang lain adalah saat dimana mereka sudah dalam puncak keberhasilan dengan kekayaannya. Bukan melihat perjalanan hidupnya. Bahkan bisa jadi terkaget-kaget dengan akhir hidupnya.
Jadi masih relevankah peribahasa tadi ? Berakit-rakit dahulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian ? Atau malah dibalik ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H