Mohon tunggu...
Herman Utomo
Herman Utomo Mohon Tunggu... Penulis - pensiunan

mencoba membangkitkan rasa menulis yang telah sekian lama tertidur... lewat sudut pandang kemanusiaan yang majemuk

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Menikmati...

16 Februari 2023   10:00 Diperbarui: 16 Februari 2023   10:10 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pexels-maruxa-lomoljo-koren-3887574

Saya memiliki seorang teman yang bekerja di bagian marketing sebuah perusahaan. Teman ini typikal pekerja keras ditambah lagi tuntutan perusahaan yang menugaskan target pemasukan setiap bulannya. Jadi hari-harinya diisi dengan kerja, kerja dan kerja. Pernah sekali saya mencoba ikut mendampingi dalam tugas kesehariannya.

Sekilas saja, saat jam istirahat makan siang, dia cukup makan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, tidak lebih dari sepuluh menit dan langsung bekerja kembali. Kondisi seperti ini apakah dia menikmati makanan yang disantapnya ? Tentu saja tidak ! Karena orientasi dia adalah kerja dan kerja. Makanan yang masuk tubuh dianggap sebagai hal rutinitas.

Menikmati makan dengan terburu-buru, apa enaknya ? Padahal ketika seseorang bisa dapat menikmati makan dan minum sebagai hasil jerih payahnya, itu semua karena pemberian Sang Khalik. Sebuah penggambaran yang bisa di dapat dari sekeliling hidup kita. Memang sebaik-baiknya yang baik dan tepat adalah, kalau orang bisa menikmati makan minum dengan perlahan  setelah bekerja banting tulang di bawah terik matahari. Sebab disitulah kebahagiannya.

Seperti halnya ketika sebuah pertanyaan diajukan, siapa yang mau miskin atau hidup berkekurangan ? Rasanya mayoritas tidak akan ada yang akan menjawab. Siapa coba yang mau hidup miskin ? Sebaliknya siapa sih yang tidak mau kaya raya ? Yang menjadi masalah, adalah saat kita dalam capaian yang kita inginkan, bisakah kita menikmati situasi itu ? Kembali sebuah cermin di perhadapkan. Jangan berikan kepada kita  kemiskinan atau kekayaan, agar kita bisa menikmati makanan yang menjadi bagian kita. Bisakah ?

Jadi maknanya apa ? Untuk bisa merasakan menikmati makanan dan minuman itu sesungguhnya adalah karunia yang Tuhan berikan kepada kita. Jadi kalau kita makan terburu-buru dan tidak tenang karena memikirkan masalah pekerjaan atau yang lainnya, sama artinya kita tidak bisa menikmati karunia Sang Pencipta dan sekaligus rasanya tidak bisa mengucap syukur akan apa yang terhidang di hadapan kita.

pexels-jenna-hamra-804416
pexels-jenna-hamra-804416

Karena ada juga orang yang diberi Sang Khalik kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga orang tersebut tak kekurangan suatupun yang diinginkannya. Tetapi ada hal yang mengganjal. Karena ternyata orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Tuhan untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Apakah benar ?

Coba kalau kita perhatikan di sekeliling kita. Ini adalah fakta. Berapa banyak orang yang kaya memiliki aset tanah dan rumah lebih dari satu. Siapa yang menikmati ? Orang lain.  Entah itu penjaga atau asisten rumah tangganya, atau bahkan ditempati oleh orang lain atau saudaranya sendiri ? Apakah dengan demikian dirinya sendiri menikmati rumahnya yang banyak itu ? Tidak ! Karena yang dilakukannya hanya menuruti gengsi dan prestise biar dianggap sultan di komunitasnya, karena memiliki setumpuk sertifikat tanah hak milik.

pexels-pixabay-161758
pexels-pixabay-161758

Berapa banyak orang memiliki mobil lebih dari satu. Siapa yang menikmatinya ? Bisa jadi orang lain. Entah itu sopir pribadi atau malah orang lain yang rental. Apakah dirinya menikmati mobilnya yang lebih dari satu ? Tidak ! Karena dia menuruti status dan martabat biar dianggap jutawan. Semua contoh yang di atas adalah didasari oleh nafsu, kepuasan dan keinginan akan adanya pengakuan terhadap sekelilingnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun