Mohon tunggu...
Raden Bungsu Pamungkas
Raden Bungsu Pamungkas Mohon Tunggu... -

Saya suka menonton film, travelling dan Minum Kopi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Jangan Rusak Terumbu Karang di kepulauan Seribu

3 Februari 2011   17:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:55 1567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada pertengahan bulan Juni tahun 2010 saya bersama teman-teman kantor pergi berpetualang ke Pulau Tidung di Kepulauan Seribu Jakarta. Sebenarnya tujuan utama saya pergi ke Pulau Tidung adalah hanya untuk mencari tahu seperti apakah Pulau Tidung yang akhir-akhir ini menjadi primadona wisata bahari di daerah utara Jakarta dan banyak diperbincangkan diberbagai media massa baik media cetak maupun elekronik. Pertanyaan yang kuat dibenak saya adalah ada apa saja sih di Pulau Tidung? Apakah benar laut di sana biru kehijau-hijauan dan bersih? Apakah di sana ombak lautnya tenang karena gugusan karang dan terumbu karangnya yang eksotis dan masih perawan? Apakah pemandangan pantainya juga sangat menawan? Saya kurang percaya jika belum membuktikannya sendiri dengan berkunjung kesana.

Peta Pulau Tidung

Perjalanan dimulai dengan berangkat dari Muara Angke, menggunakan bis air dengan membayar 33 ribu rupiah memakan 2.5 Jam waktu tempuh ke Pulau Tidung, 10 menit sebelum merapat kepulau Tidung terlihat jembatan antar pulau yang sangat cantik menghubungkan antara Pulau Tidung Besar dengan Pulau Tidung Kecil. Pulau Tidung terlihat tidak begitu luas, berdasarkan informasi dari penduduk setempat Pulau Tidung besar di perkirakan lebarnya hanya sebesar 200 M dan panjanganya hanya sekitar 5 KM.

12967541361711995498
12967541361711995498

Jembatan Penghubung Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil

Sesampainya di dermaga Pulau Tidung masyarakat setempat menyambut dengan ramah, mereka menawarkan rumah penginapan yang harganya berkisar dari 300 ribu sampai dengan 1.5 Juta Rupiah, harga sewa rumah tergantung pada fasilitas yang tersedia di rumah tersebut (di Pulau Tidung tidak ada Hotel atau losmen). Masyarakat setempat juga menyewakan sepeda dan alat-alat untuk melakukan Snorkeling. Pulau Tidung juga memiliki sarana yang cukup lengkap antara lain; kantor kelurahan, kantor polisi, puskesmas, sekolah, dermaga, masjid dan lain - lain.

Setelah mendapatkan tempat untuk menginap, kamipun pergi bersiap menaiki sepeda yang kami sewa seharga 15 ribu rupiah sehari dan menuju dermaga untuk ber-snorkling. Kemudian dengan membayar 400 ribu untuk menyewa kapal milik nelayan atau sering disebut dengan “kapal ojek”, kamipun berangkat ke Pulau-pulau sekitar Pulau Tidung untuk mencari spot-spot untuk ber-snorkling.

Rute pertama yang dituju adalah Pulau Air, Pulau Air adalah pulau yang dibelah menjadi 2 bagian oleh pemilik pulau tersebut, sehingga di tengah pulau tersebut terbentuk selat kecil yang indah, sebenarnya entah apa alasan pulau tersebut di belah pemiliknya.

1296754768492661070
1296754768492661070
Pulau Air

Setelah puas ber-snorkling disekitar Pulau Air, Kapal ojek kamipun berpindah ke Pulau Payung sebagai spot ke dua. Pulau Payung adalah pulau yang cukup besar jika dibandingkan dengan pulau kecil lainnya di sekitar Pulau Tidung, Pulau tersebut dihuni kurang lebih 40 kepala keluarga. Area atau spot untuk snorkling di sekitar Pulau Payung sangat bagus, terumbu karang masih terlihat hidup dan masih banyak ikan-ikan kecil berenang diantara terumbu karangnya.

129675462597476646
129675462597476646

Ikan-ikan berenang di antara terumbu karang Pulau Payung

Pulau Karang Beras adalah pulau yang tidak berpenghuni dan tidak begitu besar, terumbu karang di sekitar Pulau Karang Beras masih sangat alami, air laut jernih, dangkal dan tenang, membuat orang-orang yang melakukan snorkling merasa sangat dimanjakan dan betah untuk berlama-lama di sana.

Terumbu Karang di Kepulau seribu sangat cantik, ikan hias laut yang biasanya saya lihat di akuarium air laut masih bisa saya lihat secara lansung, bahkan mereka seolah-oleh menyapa saya, sungguh pengalaman yang sangat menajubkan, menemukan spot snorkling yang bisa dikatakan masih terjaga di dareah yang dekat dengan Jakarta.

Namun diantara keasikan dan keterkaguman saya menikmati keindahan alam bawah laut di Kepulauan Seribu saya sangat terkejut ketika saya melihat dan menyaksikan sendiri nelayan-nelayan yang menyewakan kapal pada kami melempar jangkar dengan tidak memperhatikan terumbu karang di bawah kapal. Saya dan teman-teman sungguh sangat terkejut melihatnya dan kamipun memutuskan untuk menanyakan hal tersebut kepada nahkoda kapal ojek yang kami sewa, dari keterangan nahkoda kami memperoleh informasi bahwa mereka belum mengetahui bahaya kerusakan terumbu karang akibat tidakan mereka melempar jangkar di spot snorkling. Jika asumsi semuanalayan kapal Ojek melakukan hal yang sama dan dalam periode satu minggu (2 kali seminggu hari Sabtu dan Minggu) ada sekitar 20 kapal yang mengantar para wisatawan untuk melakukan snorkling maka kira-kira akan ada 120 lemparan jangkar ke spot-spot snorkling dan merusak terumbu karang, karena dalam satu kali berangkat ke laut rata-rata kapal-kapal Ojek akan mengunjungi 3 spot dan akan melempar 3 kali jangkar, bayangkan jika dalam waktu 3 – 4 tahun kedepan perilaku para operator kapal ojek tetap seperti itu maka terumbu karang di kepulauan Seribu akan tinggal cerita untuk anak cucu kita. Karena Terumbu karang membutuhkan waktu 1 tahun untuk tumbuh sepanjang 1 cm.

Dari beberapa literatur yang saya baca berikut ini adalah hal-hal yang tidak boleh dilakukan pada saat melakukan snorkling

  1. Jangan memberi makan ikan yang hidup bebas di terumbu karang, karena ekosistem alami ikan laut harus mencari makan sendiri
  2. Jangan mengijak terumbu karang, para wisatawan yang melakukan snorkling biasanya merasa kelelahan jika sudah berada di dalam air lebih dari 30 menit, dan tidak sedikit diantara mereka beristirahat dengan mengijak terumbu karang, hal ini sangat dilarang, karena akan mengakibatkan kerusakan pada terumbu karang yang menjadi rumah bagi ikan-ikan dan ekosistem laut lainnya
  3. Jangan melempar jangkar kapal di sekitar spot snorkling, melempar Jangkar akan mengakibat terumbu karang rusak parah bahkan mati dan memerlukan waktu yang sangat panjang untuk mengembalikan kerusakan yang diakibatkan oleh lemparan jangkar. Idealnya kapal ojek tidak perlu melempar jangkar, walaupun kapal akan terbawa ombak, pasti tidak akan bergerak jauh dari orang-orang yang melakukan snorkling, karena perairan di spot snorkling relatif tenang dan tidak berombak.
  4. Jangan buang sampah ke laut, sampah dapat mengakibatkan pencemaran di laut dan pasti akan menggannggu ekosistem di dalamnya. membawa kembali sampah yang kita hasilkan adalah cara yang paling efektif agar laut tetap bersih dari sampah.

Menjaga kelestarian alam bawah laut khususnya terumbu karang di kepulauan Seribu adalah tanggung jawab kita semua (wisatawan, Agen pariwisata, Nelayan, penduduk Pulau dan Pemerintah). Jika sejak awal pemerintah sering melakukan penyuluhan kepada para nelayan dan agen wisata tentang pentingnya melestarikan dan menjaga terumbu karang dan ekosistem laut mungkin hal-hal seperti di atas akan dapat dihindari. Selain itu kita juga sebagai wisatan seharusnya mampu untuk mengingatkan para nahkoda atau operator kapal untuk tidak melempar jangkar kapalnya pada saat mengantar wisatawan ke spot-spot snorkling.

Semoga keindahan alam bawah laut di Kepulauan Seribu tetap terjaga dan bisa dinikmati oleh anak dan cucu kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun