Mohon tunggu...
Hermansyah Siregar
Hermansyah Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - ASN

Menguak fakta, menyuguh inspirasi

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Serunya Menikmati Kuliner Khas Thailand di Thai Park, Berlin

14 Oktober 2018   11:11 Diperbarui: 15 Oktober 2018   12:14 1663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gelar tikar dan pembeli silakan lesehan. Dokpri.

Ternyata perkiraanku kali ini terjungkirbalikkan ketika siang ini berkunjung ke Thai Park di Brandenburgische Str. 10707 Berlin. Anakku yang sulung bilang pasar ini sangat ramai dan banyak dikunjungi tidak hanya orang Thailand atau Asia tetapi juga oleh orang asli Jerman dan Eropa. Banyak makanan khas Thailand juga dijual di sana.

Bayanganku, pasar ini pasti didesain sedemikian rupa bernuansa etnik Thai dengan pelayan yang berdandan rapi dengan pakaian khas tradisionalnya. Meja dan kursi ditata rapi dengan sajian dan tampilan menu yang sekaliber dengan ala western food.

Setelah berkeliling berkali-kali di luar pasar untuk mencari parkiran. Akhirnya aku tiba di lapangan yang luas dengan rumput yang sangat hijau. Namun, dari luar sudah terlihat warga sedanng  berjubel tumplek blek memenuhi lapangan tersebut.

Searching Thai Park via Google.
Searching Thai Park via Google.
Di tepi lapangan, aku lihat segerombolan orang yang sedang bermain bola sambil bertelenjang dada. Di atas rumput banyak orang menggelar tikar seadanya, ada yang duduk dan berbaring. Ada yang sedang tertelungkup tanpa baju dan sedang dipijat oleh pemijat yangg roman mukanya seperti orang Thailand.

Ada pula yang makan dengan bungkusan di tangan seperti sedang memegang pisang goreng. Di segenap penjuru lapangan, ku lihat juga  ada antrian pembeli yang mengular yang sedang mengantri untuk membei gorengan.

Selain itu, terdapat juga penjual makanan lainnya seperti penjual kerak telor. Tiap-tiap pedagang dibatasi dengan sekat karton setinggi 20 cm sebagai pembatas. Dan menariknya adalah pembeli antri dengan tertib menunggu pesanan. Hal tersebut jadi membuatku teringat suasana pasar di halaman luar Stadion Manahan Solo setiap minggu pagi. 

Melihat pasar di Berlin, membuatku jadi berpikir mengapa pasar di Indonesia begitu semrawut. Yah kalau begini mana mau turis datang berkunjung dan menikmati makanan sambil duduk lesahan. Namun ternyata suasana semrawut terkadang  juga didambakan oleh mereka yang hidup di dalam serba keteraturan, sungguh absurd.

Gelar tikar dan pembeli silakan lesehan. Dokpri.
Gelar tikar dan pembeli silakan lesehan. Dokpri.
Namun walaupun kelihat semrawut dan berdesak-desakan, ternyata tetap ada keteraturan; teratur untuk membuang sampah pada tempatnya, teratur antri sesuai jalur menuju penjualnya.

Udara berdebu memang tidak terhindarkan di musim panas ini tapi mungkin itu juga menjadi daya tarik menambah eksotisme kesemrawutan.

Aku penasaran kenapa pasar ini dinamakan Thai Park dan kenapa sampai pemerintah kota Berlin begitu mengistimewakan pedagang kaki lima yang berasal dari Thailand. Harus kita akui di berbagai negara Eropa, representasi budaya dan kuliner negara yang berasal dari Asia Tenggara lebih didominasi oleh Thailand dan Vietnam karena memang populasi diasporanya lebih banyak, terlebih sejarah panjang pasca perang dunia kedua dan perang dingin dahulu.

Banyak imigran pengungsi yang berasal dari Vietnam ke negara Eropa pada masa itu. Dan saat ini selain restoran Vietnam, restoran Thailand juga sudah merambah ke berbagai pelosok kota-kota di Eropa. Tidak hanya restoran, namun relaksasi Thai massages sudah mulai bertebaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun