Beberapa hari berlalu, rasanya aku masih penasaran dengan kisah hidup Fauqia. Aku berpikir kisah ini tidak baik hanya menjadi konsumsiku, pak Syarif dan anak-anakku. Kisah ini sangat layak diberitakan kepada banyak anak muda Indonesia. Aku pengen menulis kisahnya dan mempostingnya di media sosialku (facebook dan blog) agar bisa menjadi inspirasi siapapun yg membacanya.
Karena ini kisah pribadi dan masuk dalam ranah private tentu harus meminta ijin Fauqia terlebih dahulu. Aku rada ragu apakah Fauqia akan bersedia dituliskan kisah dirinya olehku yg baru dikenalnya. Aku sempat mengurungkan niatku karena rasanya tidak pantas mendesak Fauqia utk memberikan persetujuannya terlebih dia sedang mengurus paspor kepadaku. Ini gratifikasi dalam bentuk lain menurutku. Tapi pikiran untuk menulis tentang dirinya selalu menggelitik pikiranku.
Akupun mencoba menghubungi Fauqia dan menawarkan alternatif story dengan mencantumkan nama asli berikut foto saat kami bertemu atau menuliskan inisialnya saja dengan foto wajah yg diblur. Dan sebelum diposting aku berjanji utk terlebih dahulu menyampaikan isi tulisan dan mendapatkan persetujuannya.
Aku gak menyangka respon Fauqia sangat positif dan bersedia ditulis kisah hidupnya bahkan gak sabaran menanti hasilnya. "Terima kasih atas kesediaannya ya dan untuk melengkapi kedalaman tulisan, mungkin ada beberapa pertanyaan yg akan saya sampaikan kepada Fauqia, " pintaku. "Baik pak, silakan," jawabnya diujung pembicaraan via whatsapp.
Aku bertanya dan Fauqia langsung menjawabnya. Berikut tuturannya:
Aku (A): Kenapa kuliah ke luar negeri?
Fauqia (F): Saya tdk pernah berfikir kalau orang yang kuliah di luar negeri itu akan selalu lebih sukses dari yg lain. Hanya saja ketika kita keluar dari comfort zone kita, bisa jadi kita melihat wajah dunia yg lain. Dengan itu saya memiliki mental yg kuat. Hal itu yg saya rasa penting.
A: Apakah orang tua mendukung saat mengutarakan keinginannya kuliah ke Jerman?
F: orang tua saya mendukung sejak awal, beliau berpendapat "dimanapun kita berada toh yg menguruskan masih sama, Allah juga".
A: Kenapa memilih negara Jerman untuk kuliah?
F: Kenapa ke Jerman? Karena waktu itu ada yg presentasi ke sekolah dari agent studi. Trus saya cari info ke Gthe institute. Dan sy pikir kuliah di Jerman itu aman dan toleransinya tinggi.