Mohon tunggu...
Hermansyah Siregar
Hermansyah Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - ASN

Menguak fakta, menyuguh inspirasi

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Milano, Kota 2 "Scudetto"

27 Maret 2018   15:23 Diperbarui: 29 Juni 2019   19:25 862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Milano (15/04). So What is our planning for tomorrow...? Aku yg masa remajanya tahun 80 an, yang buku wajibnya Himpunan Pengetahuan Umum (HPU) terbitan Tiga Serangkai, dengan tegas mengatakan, "ke menara Pisa!!! One of the 7 wonders in the world". Anakku yg gede air mukanya keliatan flat.

Dengan suara datar bilang, " daddy aku sdh googling, dari Milan ke menara Pisa itu bisa 3 sampai 5 jam. Waktu kita sempit. Kita habiskan waktu seharian hanya lihat satu site aja..". Dengan agak melotot aku menukas, "trusss...kita mau kemana? Dengan hati-hati si sulung menjawab, "lebih baik kita explore kota Milan aja banyak tempat yg bisa kita kunjungi spt kathedral, castle, mall...bangunan mall nya keren loh daddy. Banyak orang berkunjung ke mall tsb hanya sekedar lihat bangunannya. Atau kita ke Venice naik gondola menyusuri sungai, itu juga seru. "

Mendengar jawabannya aku agak emosi karena teringat pengalaman masa kecilku yg diwajibkan oleh guru menghapal berbagai macam ilmu pengetahuan umum. "Siapa yg bisa menjawab boleh pulang sekolah duluan," begitu iming-iming guruku pada masa itu. Dan aku termasuk murid yg sering diperkenankan pulang duluan walaupun akhirnya tetap menunggu teman lainnya di luar kelas sampai bubaran.

Apa nikmatnya pulang duluan sendirian pikirku, mending bareng dgn sahabatku, bermain bola atau keluyuran naik sepeda. Keluar kelas duluan hanya sekedar buat gagah-gagahan ajah..

Dengan suara meninggi akupun berseru, "gak bisa...kalian spt bukan anak sekolahan aja. Walaupun satu site yg kita kunjungi tapi perjalanan tsb sangat monumental. Selain candi Borobudur, kita juga perlu melihat kemegahan menara miring Pisa walaupun hanya sekedar foto diluarnya. Klo hanya mall, dimana2 juga ada. Sy tdk mau kalian jd remaja yg konsumtif, kok jauh2 ke Milan mau liat mall!!!".

Istri dan kedua anakku terdiam dan akhirnya mengalah. Suasana menjadi hening. "Besok kita berangkat lebih pagi agar gak kesiangan sampai ke menara Pisa. Sore hingga malam kita bisa eksplore kota Milan," ujarku menutup pembicaraan.

Esok harinya sekitar pukul 08.00 cet setelah sarapan ala eropa di Hotel Panizza, anakku bertanya kepada resepsionis, "how to reach Pisa Tower from this hotel?" Sama spt gayanya kemarin, petugas hotel langsung mengeluarkan lembaran peta, melingkari titik lokasi dgn pulpennya dan bilang, "ok. Your position now here and then you go to Conciliazione subway station. Afterward you go to Milano centrale stasion. At central station you buy train ticket to Pisa Tower. If you want to spend your time all day here I recommend to buy 24 hours ticket. Cheaper."

Menara Pisa Semoga Tetap Miring

Kamipun beranjak dari hotel menuju Conciliazione station. Disepanjang jalan sering bertemu bergerombol muda mudi, bapak ibu hilir mudik dgn mengenakan kaos bermotif garis vertikal variasi warna biru dan hitam. Kaos seragam klub sepak bola Inter Milan. Terkadang ada juga yg mengenakan kaus dengan motif garis vertikal variasi warna merah dan hitam kaosnya AC Milan.

Dipintu gate berjajar vending machines penjualan tiket. Mau bertanya kpd petugas subway utk beli tiket rada khawatir, bisa gak bahasa english. Mending kita coba beli tiket dgn vending machine. Sulit gak sih...ternyata pakai dwibahasa Italiano and english.

Sesuai anjuran petugas hotel pilih option 24 hours tiket aja dan surprise, harga tiket mmg jauh lebih murah hanya 4,5 euro seharian. Lebih murah dibanding tiket serupa di Berlin yg seharga 6,7 di area inner city (AB). Kali ini info petugas hotel gak salah...4,5 euro x 4 orang = 18 euro

Aku coba masukkan uang kertas 50 euro tapi ditolak mesin, ternyata kegedean. Vending machine gak mau terima klo kegedean, apakah gak ada kembalian atau mesinnya blom pinter ngitung ya...he..he..

Dengan berbekal tiket terusan 24 hours dan telepon genggam yang punya kuota internet maka kemanapun pergi keliling kota jangan khawatir. Mbah google akan memberi petunjuk dan arah yang jelas serta informasi jalur dan rute transportasi umum bahkan waktu keberangkatan dan kedatangannya.

Tiket yg dibeli sdh terintegrasi dgn berbagai moda angkutan umum tapi kelihatannya masyarakat Milan lebih nyaman naik kereta. Kehidupan bawah tanah apalagi rush hour lebih hectic dibandingkan suasana atas tanah. Pukul 19.00 cet suasana kota sudah sepi.

Warga Milan lebih suka nongkrong di cafe, makan di restoran berjam-jam dari pada muter jalan di tengah kota. Tipikal pembawaannya romantis lebih suka dengan suasana hening dan hikmat...he..he..

Ayo kita masuk ke gate..insert tiket ke dlm box pintu masuk dan putar tongkatnya ke arah luar. Cari platform yg sesuai. Suasana subway di Milan agak berbeda dgn Berlin. Atapnya dilapisi cat berwarna hitam dan tidak terlalu tinggi sehingga terkesan agak suram dan gerbong keretanya ada yg jadoel dan ada juga yg modern.

Khusus subway sebagian besar masih baru tp kereta atas tanah banyak juga spt gerbong kereta di Indonesia yg atapnya rada dekil dan dindingnya kurang mulus. Ada juga kereta trem yg modelnya sangat klasik tapi tampilannya kurang resik dan bunyi roda kereta trem yg menderit, merintih spt kekurangan oli.

Untuk transportasi publik, harus diakui Jerman is the best di Eropa dibandingkan dgn London, Paris dan Milan. Aku sebut Jerman karena hampir semua kota yang pernah dikunjungi di Jerman punya standar transportasi yg sangat nyaman, bersih, punctual dan modern.

Satu hal yg membuatku kagum, untuk naik kereta di Jerman, baik di atas tanah (S-Bahn) maupun di bawah tanah (U-Bahn) tidak ada pintu masuk sebagai barikade penyortiran menuju platform kereta, yg bisa dibuka setelah kita menginsert lembar karcis ke dalam meja box nya. Penumpang bebas keluar masuk menuju platform dan membeli karcis di vending machine di setiap paltform atau ke ticketing office. Karcisnya hanya berupa kertas tipis yg ukurannya lebih kecil dari KTP.

Penumpang nakal bisa aja langsung naik tanpa tiket karena tidak ada yang mengecek tiket ketika naik kereta namun hati-hati, kadang ada razia saat kereta sudah berjalan. Sanksinya denda minimal 60 euro. Masyarakat Jerman lebih disiplin dan sangat takut melanggar hukum.

Kalau ada yang bertanya, sistem mana yg lebih baik kita adopsi bila Mass Rapid Transportation (MRT) di Jakarta beroperasi. Aku memilih sistem yg ada di Milan (kurang tahu bagaimana dengan kota di Italia lainnya) dengan pertimbangan disiplin masyarakat kita yg masih rendah dan rawannya gangguan keamanan. Selain penumpang yg tidak berbayar, gerbong MRT pun akan dijejali pedagang asongan, pengamen dan.... copet.

Tiket kereta sebaiknya berbahan platik spt di Singapore bukan kertas seperti di Milan karena mudah terlipat dan contain magnetiknya mudah rusak seperti yg aku alami.

Saat menginsert karcis ke dalam box pintu barikade, sistemnya menolak dan berbunyi kemudian mengeluarkan kembali karcis karena sdh rusak terlipat. Petugas pun datang melihat dan memperhatikan karcis..mungkin melihat validasi waktunya lalu mengarahkanku menuju line khusus tanpa harus menginsert kartu.

Kami pun tiba di central station. Bangunannya cukup megah dan luas berarsitektur renaissance. Oiya...karena tiket roundtrip hanya berlaku di dalam kota Milan aja maka kami harus beli tiket kereta api (Trenitalia) ke menara Pisa di ticketing counter (Biglietteria).

Di depan counter, petugas pria setengah baya dalam bahasa Inggris beraksen Italiano yg gaya ngomongnya spt orang bernyanyi berkata, "well..there are two kind of train to Pisa Tower. Express train and regular one. Because today is holiday, express train already fully book. Usually it takes 3 hour from central station with this train. We just have tickets for regular train but it takes 5 hours."....

Huffsss..aku mulai mikir. Bisa dibayangkan waktu yang akan dihabiskan seharian. Dengan penasaran aku bertanya, "so If we go there..is there other special place to visit?". Petugas counterpun kembali tarik suara ehh..bicara, "how long will you stay here?". Kami jawab serentak, "2 days. We are going back on Monday."

Lalu ia berkomentar, "karena kalian tidak lama berada di Milan, aku sarankan lebih baik pergi ke Venice besok hari. Di sana banyak tempat yang bisa kalian kunjungi. Sedangkan kalau ke menara Pisa, kalian hanya bisa melihat tower aja."

Mendengar jawabannya, anak sulungku wajahnya berubah berseri seperti petinju yang baru memukul telak lawannya di sudut ring. Aku dalam hati rada bingung, kok orang Italia ini malah gak menyarankan kami pergi ke tempat salah satu dari 7 keajaiban dunia? Apa buku HPU ku dulu salah kutip ya?

Counterman kelihatannya membaca pikiranku dan berkata, "lain kali saat hari libur kalian bisa berkunjung ke menara Pisa, suatu objek wisata 1 dari 7 keajaiban dunia." Ia tapi loe yg bayarin yee...(dalam hatiku).

Tidak mau beri kesempatan lawannya yg sedang sempoyongan di sudut ring, anakku langsung mendaratkan jab dikombinasi dengan upper cut bertubi2, "berapa lama waktu tempuh dan ongkosnya ke Venice. Apakah memungkinkan kami pergi sekarang dan adakah kereta cepat ke sana. Mudah2an tidak fully book ya?".

Sambil mengutak-utik mesin komputer dia menyarankan pergi hari minggu saja ke Venice karena tiket Trenitalia yg available berangkatnya agak siang. Lama perjalanan pulang pergi sekitar 2,5 jam. Kalian tidak akan puas utk browsing kota Venice. Lebih baik hari ini explore kota Milan aja. Mulai dari danau como, Katedral Duomo di Milano, Mal dan castle.

Saat menjelaskan lokasi wisata tsb, anakku men search danau Como. "Waw..viewnya bagus bener..ada danau, yacht dan suasana resort yg indah. Kita ke sana aja dulu ya, dad," pintanya. Aku setuju walaupun dalam hati sangat kecewa gak jd brkt ke menara Pisa. "Tanyakan sm petugasnya gimana caranya mau ke sana," ujarku.

Si petugas kembali utak-utik komputernya dan bilang, "kalian bisa booking tiket ke danau Como disini atau bisa juga di vending machine. Harga tiket per orang sekali jalan 4,80. Banyak kereta regular commuter ke sana."

Saya pikir karena tidak ada destinasi yang diburu waktunya lebih baik kita browsing dahulu Milano Centrale Station setelah itu kita beli tiket anytime. "ok.. grazie signore. We buy ticket later. Thx for the info. Ciaaooo...."

Telaga Sarangan nya Kota Milan

Habiskan waktu berwefie ria di dalam dan luar gedung stasiun, sekilas lewat lagi serombongan orang berpakaian kaos motif garis vertikal biru hitam...para fans Inter Milan lagi. Klub sepakbola yg kini sebagian besar sahamnya dimiliki oleh seorang pengusaha Indonesia. Mungkin akan ada pertandingan sepak bola kali ya dalam hatiku. Ayo kita masuk ke gate kereta .. Cari platform yg sesuai.

Aku bukan termasuk tipikal kebanyakan pria Indonesia yang gila bola yg mempunyai ciri khas sebagai berikut:
a. mau begadang semalaman suntuk         menonton La Liga atau Liga Champion;
b. mau membeli berbagai macam merchandise official product klub terkenal dengan harga mahal;
c. berlangganan tabloid bola atau rutin membaca rubrik bola;
d. mem follow facebook fanpage, twitter dan berbagai medsos lainnya klub bola favorit;
d. menghapal nama2 pesepak bola dunia dan tahu kehidupan pribadinya bahkan kisah percintaannya dgn para wags;
e. mau taruhan walaupun dgn semangkok mie instan, secangkir kopi dan sebungkus rokok (terlebih sy bukan perokok);
f. menghapal motif dan warna kostum klub sepak bola (khusus Inter dan AC Milan tadi sy tahu dari anak perempuan sy kwk..kwk

).

Menurutku, lebih baik tidur dan menunggu hasil pertandingan esok hari dan tidak surprise juga klo tahu klub mana pun yg menang tanding.

Sesudah beli makanan dan minuman kecil kamipun bertolak ke danau Como pukul 12.00. Aku teringat lagunya si Komo lewat...

Waktu tempuh kereta selama 40 menit. Keretanya sudah agak tua. Jauh berbeda tampilannya dengan kereta subway.

Sebelum masuk gerbong, karcis kereta harus diinsert ke dalam kotak kecil berwarna kuning guna divalidasi dan dilubangi scr otomatis. Oh ya..bentuk karcis kereta yg keluar kota agak berbeda dgn karcis dalam kota seperti boardingpass pesawat. Masuk ke dalam gerbong tidak banyak penumpang. "Apa benar ini keretanya," tanyaku kepada si sulung. "Iya...benar. Tadi udah ditanyain, " ujarnya.

Sepanjang jalan aku menghayal mudah-mudahan suatu hari nanti kalau ada rejeki bisa kembali lagi ke Italia dan mengunjungi menara Pisa...semoga menara Pisa nya gak berubah posisi berdirinya, tetap miring seperti saat ini. Tidak diubah tegak atau malah bertambah miring karena keberatan beban dan lama kelamaan bergerak perlahan dan akhirnya...boooom..rubuh...

Buyar langsung mimpiku disiang bolong ketika mendengar suara reruntuhan menara Pisa...aya aya wae.

Sampai di platform akhir Como, penumpang turun dari gerbong dan terlihat banyak kerumunan orang di stasiun. Pada antri mau beli karcis naik ferry atau kembali ke Milan. Diparkiran, ada beberapa bus yang baru datang dan akan pergi, kendaraan parkir serta arus rombongan orang menuju pavement lebar yg jalannya menurun ke bawah menuruni bukit yg landai.

Satu hal yg cukup menarik di Eropa adalah setiap tempat tujuan destinasi favorit berbagai moda trasportasi disediakan dan dipertemukan dalam suatu titik kumpul. Konektivitas dan integrasi antar moda sangat diperhatikan guna lancarnya pergerakan arus orang dan barang.
Kamipun mengikuti arus orang ramai dgn asumsi biasanya kemana orang2 pergi disitu site atau view yg bagus.

Sesampainya diujung pavement ada patung yg terdiri dari dua buah potongan tangan hingga pergelangan seolah" seperti tergeletak. Namanya Monumento ai Caduti per Servicio. Patung dua tangan yg didedikasikan kepada para penyandang disabilitas yg telah berkorban dan berjuang mempertahankan nilai kebangsaan.

One hand is actively serving the country in defense of institutional values. The other hand is wounded in the line of duty 

Aku kutip utuh dan kalian terjemahkan sendiri ya..khawatir kurang tepat maksudnya

Lanjut terus beriringan dgn arus keramaian, akhirnya berada disuatu distrik yg ramai orang berkumpul kongkow ditenda atau udara terbuka menikmati hangatnya mentari disepanjang trotoar dan di luar bangunan yg banyak berarsitektur klasik dan sampailah di tepian danau. Aku mengira danaunya eksotis seperti yang ada digambar promosinya tapi kenyataannya biasa aja.

Aku jadi teringat Telaga Sarangan di Magetan yang sering kami kunjungi saat bertugas di kota Madiun. Keindahan alamnya di bawah pengunungan Tawang Mangu yg udaranya sejuk dan berkabut lebih indah dibandingkan danau Como.

Bagiku pemandangan alam danau Como biasa aja namun yg membuat daerah itu menarik untuk dikunjungi adalah selain ada danau juga karena ketersediaan infrastruktur disekitar danau yg sangat tertata rapi, bersih dan nyaman serta tidak ada pedagangan asongan yg ngintil nawarin dagangan.

Ditepi danau dibuat pagar pembatas dgn pengunjung setinggi pinggang yg cukup panjang. Pagarnya bukan terbuat dari besi atau kayu tetapi dari kaca tebal dua lapis. Hal yg menarik dengan adanya pagar kaca ini menandakan tingginya kesadaran dan disiplin masyarakat untuk merawat kaca yg berada di ruang publik. Tidak ada coretan dan goresan pada kaca.

Menurutku, pemasangan kaca di ruang publik oleh pemerintah dapat dimaknai dalam dua prespektif yaitu tingginya kepedulian pemerintah menyediakan fasilitas publik yang nyaman kepada warganya dan disisi lain meningkatnya respek warga terhadap pemerintah karena dipandang mereka mampu menjaga dan merawatnya. Mutual understanding between society and government.

"Sepertinya kita udahan ya di Como. Mending balik ke Milan explore objek wisata lain di kota, " kataku. Semuanya pada setuju. Yang semula direncanakan kembali ke Milan pukul 17.00 seperti tertera pada tiket PP, dipercepat menjadi pukul 15.30. Perubahan jadwal kembali tidak dikenakan biaya tambahan cukup melapor saja ke petugas.

Vittorio dan Duomo... Dunia dan Akhirat

Sampai di Milano Centrale Station, aku tanya sisulung yg untuk pertama kalinya ditetapkan sbg tour leader bagi kami sekeluarga. Dia yg selamai ini selalu menggebu pengen liburan dikasih prasyarat kalau mau dipenuhi keinginannya yaitu:
a.mencari dan membeli tiket murah scr online;
b. melakukan check in pesawat scr online;
c. mencari dan mereservasi serta membayar hotel yg murah dan bersih scr online;
d. mencari lokasi yg patut dikunjungi;
e. menyusun waktu dan agendanya; dan
f. mencari tahu kendaraan dan tiket menuju lokasi.

Adapun tugas daddynya adalah mencari dan menyediakan duit...he..he..., tugas maminya menyiapkan logistik dan sibungsu jd pembantu umum. Barang bawaan disiapkan seminimal mungkin. Setiap orang bertgjwab membawa ransel barang. Demikian pembagian tugas travelling di dlm keluarga kecilku.

Sisulungpun menyampaikan paparannya. Kunjungan pertama kita pergi ke kathedral Duomo di Milano, kemudian ke Mall Galleria Vittorio Emauele II dan yg terakhir ke castle Castello Sforzesco. Mulutnya sengaja dimonyong-monyongin dengan alunan suara naik meninggi dan mengayun diakhir kalimat agar keliatan seperti Italiano.

Menuju site pertama dan kedua kami naik kereta Metro dari Milano centrale menuju Duomo. Ternyata kathedral dan mall letaknya berdekatan. Disepanjang perjalanan masih terlihat serombongan orang2 yg mengenakan kaos Inter Milan dan AC Milan.

Tiba-tiba ada notifikasi di wall facebookku, berkomentar teman di dlm postingan check in location. "Hi friend, klo ke Milan jangan lupa nonton derby Milan. That is my dream, " tulisnya diinbox comment.

Dalam hatiku, walaupun masih ada waktu tidak akan mungkin dapat beli karcis nonton derby Milan di stadion dan sangat beresiko bawa anak2 kecil ke pertandingan sepakbola. Ah..diabaikan aja sepak bola Milan, pikirku.

Btw..apaan sih artinya Derby. Aku penasaran dan bertanya kepada mbah google, ``Mbah apa ya artinya Derby?' Dengan sigap mbah google baca mantra. Karena istilahnya agak asing mbah google kelimpungan dan meneruskan pertanyaan kepada adiknya Wikipedia dan segera keluar kalimat,

"Derby adalah pertandingan antara tim olahraga (umumnya lokal) yang mempertemukan dua tim yang masing-masing memiliki rivalitas tersendiri. Pertandingan derby dapat terjadi karena persaingan prestasi antara kedua tim satu kota dalam dunia olah raga yang membuat pertandingan menjadi bergengsi, ataupun suatu sebab lain yang menyebabkan kedua tim memiliki rivalitas."

Setibanya di stasiun Duomo, kami mencari Kathedral (Duomo) dan diterlihat bangunan yg sangat tinggi, mengerucut atapnya dan anggun. Dipelatarannya yg berlantai batu sangat ramai orang berkerumun berselfie ria dengan latar belakang gereja Khatolik. Katedral Milano adalah salah satu bangunan paling termasyhur di seluruh Eropa.

Duomo ini sangat besar dan dibangun dengan arsitektur Gothik yang terletak di lapangan utama di pusat kota Milano dan merupakan katedral Katolik Roma kedua terbesar. Gereja ini panjangnya 157 meter dan total 40.000 orang dapat ditampung di dalamnya dengan nyaman. Jendela-jendela yang besar dari bagian paduan suaranya terkenal sebagai yang terbesar di dunia.

Selesai bergantian foto dan berselfie ria, melihat2 kerumunan dan arsitektur gedung kathedral yg indah, terlihat ada bbrp rombongan yg perawakannya spt orang Indonesia. Kami hanya saling senyam senyum aja...

Disebelah kanan gereja terdapat 2 bangunan besar yg dipisahkan oleh atapnya yg melengkung tinggi dan indah tersambung. Istilah lengkungan atap dlm bahasa inggrisnya klo gak salah Arcade. Banyak orang keluar dan masuk dari lorong arcade t.

Dikanan kiri arcade terdapat banyak toko2 yg menjual barang fashion branded. Bangunan inilah yg disebut Galleria Vittorio Emauele II. Kawasan oerbelanjaan mewah di kota Milan. Lokasinya persis disebelah Kathedral Milan. Bangunannya beraksitektur neo klasik sbg salah satu pusat perbelanjaan tertua di dunia.

Nama mall diambil dari nama raja pertama Kerajaan Italia, yaitu Vittorio Emanuele II. Pusat perbelanjaan yang dijuluki il salotto di Milano (ruang tamu Kota Milan) ini dirancang pada tahun 1861 dan dibangun oleh Giuseppe Mengoni antara tahun 1865 hingga tahun 1877.

Selain berbagai macam toko busana, galleria ini juga memiliki berbagai macam bar dan restoran yang menyajikan menu-menu khas Italia.

Kalau anda membawa istri ke galleria ini segeralah rangkul bahunya dan jangan lepaskan. Tunjukkan kasih sayangmu yg tulus dengan selalu memegang tangannya. Jangan sekali2 dilepaskan. Karena kalau lepas maka dia akan seperti kuda liar, berjalan bahkan berlari kesana kemari masuk keluar toko menunjuk" brand terkenal seperti Gucci, Versace, Fratelli Rossetti, Prada, Cartier, Channel, Dior dll. Selanjutnya terserah anda..

Selesai mengunjungi 2 site, selanjutnya kita menuju objek wisata berikutnya yaitu istana Castello Sforzesco. Istana ini didirikan pada abad ke-15 oleh Fransesco Sforza, Duke of Milan. Terdapat sejumlah ruang yang terkenal di istana ini salah satunya berisi lukisan-lukisan fresco yang dilukis oleh Leonardo da Vinci, seniman dan ilmuwan Italia terpandang.

Di antara lukisan terkenal da Vinci adalah lukisan fresco di biara Renaisans abad ke-15, Santa Maria delle Grazie. Lukisan ini menggambarkan Yesus saat perjamuan terakhir. Lukisan ini dianggap sebagai salah satu lukisan Renaisans yang paling terkenal.

Lelah berjalan, kami mampir dahulu di sebuah cafe di depan istana castello. Kalau ke cafe di Eropa sebaiknya melakukan 2 kegiatan sekaligus. Pertama, pesan minuman dan makanan terlebih dahulu dan kedua, tanya dimana lokasi toiletnya. Kenapa harus tanya lokasi toilet? Karena sangat sedikit toilet umum di tempat keramaian termasuk di Milan.

Kalau kamu belum mau buang air lebih baik jangan ke cafe dahulu, ntar aja. Karena klo hanya sekedar masuk ke cafe utk memakai toilet tapi tidak pesan makanan atau minuman kadang ditolak masuk oleh waiter. Walaupun berbayar masuk ke toiletnya. Umumnya letak toilet di berbagai bangunan tua di Eropa berada di ruang bawah menuruni anak tangga.

Kandang Scudetto

Setelah minum dan makan cake, waktu masih menunjukkan pukul 19.30. Masih cukup terang cuacanya di musim summer ini. "Abis ini kita kemana daddy, " tanya anakku. Tempat wisata yg terkenal di kota Milan sudah kami datangi. Kemudian dilayar TV terdengar tayangan berita berbahasa Italia bahwa pertandingan derby Inter Milan dan AC Milan berakhir dengan hasil seri 2 - 2. Kok ngerti..ya iyalah..ada tulisannya. 2 - 2..he..he..

Pantesan tadi dijalanan banyak orang pakai kostum Inter dan AC Milan tapi pada akur dan tidak terlalu urakan. Mungkin karena hasilnya seri atau memang sudah tradisinya karena pertandingan sesama saudara kandung sekota.

Derby hanya menarik jika klub sekota yg bertanding keduanya termasuk klub papan atas seri liga nasional seri A dan kota Milan lah kota yg paling eksotis menyajikan pertandingan derby yg disebut Derby Della Madonnina.

Tiap kota yg mempunyai 2 klub papan atas dan suka menyelenggarakan pertandingan derby mempunyai istilah derby masing2 spt Derby della Capitale antara AS Roma vs SS Lazio. Derby della Mole antara Juventus vs Torino F.C dan derby d'Italia antara Inter Milan vs Juventus.

Melihat suasana yg cukup kondusif aku mengajak keluargaku melihat stadion tempat pertandingan tadi berlangsung. Aku tahu mereka juga bukan penggemar fanatik sepak bola tapi kesempatan liburan kali ini yg saat bersamaan ada pertandingan derby. Setidaknya mendapatkan pengalaman melihat olah raga sepak bola yg telah menjadi suatu industri dapat menghidupi banyak orang bahkan kota itu sendiri bahkan menjelma seperti agama karena mempunyai pengikut setia, fanatisme fans dan ritual tersendiri.

"Coba lihat di google, dimana pertandingan derby tadi berlangsung. Daddy pengen kita kesana lihat stadiun dan suasana disekitarnya, "kataku. Lalu anakku googling, "nama stadiunnya San Siro Stadion, daddy. Kita bisa kesana naik kereta Metro sekitar 30 an menit, " kata Amira sisulung.

Dalam perjalanan, aku coba searching profile kedua klub. Klub Inter Milan, dikenal juga dgn nama Internazionale Milano FC dengan berbagai nama julukan seperti:
- I Nerazzurri (The Black and Blues);
- La Beneamata (The Cherished One);
- Il Biscione (The Big Grass Snake).

Didirikan pada tanggal 9 Maret 1908. Pemilik klub adalah Suning Holdings Group (68.55%), International Sports Capital HK Limited (31.05%), Pirelli (0.37%), pemegang saham lainnya (0.03%). Presiden klub Erick Thohir dan pelatih kepala Stefano Pioli.

dokpri
dokpri
Tentu kita semua tahu Erick Thohir adalah seorang pengusaha muda Indonesia yg juga punya klub basket di Indonesia dan Amerika. Sangat membanggakan melihat putra bangsa Indonesia berada pada pucuk pimpinan suatu klub berkelas dunia walaupun bukan berasal dari negari yg mempunyai prestasi bola yg membanggakan. Negeri yg lebih sibuk mengurusi pengurusnya sendiri yg bertikai daripada mengurusi para pemainnya.

Mas Erick Tohir, sy panggil mas ya karena masih muda. Sedikit saran dari saya, kalau ingin diminta kontribusinya untuk turut memajukan persepakbolaan Indonesia menurut saya mas, sampeyan gak perlu harus bersusah payah menyeleksi atau mengirim pemain Indonesia ke Inter Milan atau mencari pemain lokal Italia untuk ditransfer ke Indonesia dengan harga yang miring dan ditawarkan utk mengajukan naturalisasi.

Program seperti itu hanya mencari jalan pintas dan instan dan sesuatu yang instan tidak akan bertahan lama, loh mas. Membangun suatu klub dan industri persepakbolaan berkelas dunia haruslah didukung dengan sistem manajemen yang juga berkelas dunia.

Lebih baik mas Erick mengirim berbagai manajer persepakbolaan dari Milan atau Italia untuk membenahi manajemen pembinaan, sistem kompetisi, bisnis industri persepakbolaan, manajemen organisasi persepakbolaan, manajemen pembinaan fans, bentuk dukungan pemerintah, kepelatihan dll atau memberikan kesempatan orang2 muda Indonesia mempelajarinya ke Italia.

Harus orang muda loh mas seperti mas Erick..yang masih segar dan murni kecintaannya untuk bola. Mereka bisa mempelajari bagaimana suatu kota yang bernama Milan mampu mengelola 2 klub raksasa dunia sehingga menjadi penopang utama kehidupan kota tersebut. Ah...saya kok jadi sok tahu ya ...ngerti bola aja kagak, pikirku. Maaf ya mas Erick.

dokpri
dokpri
Selanjutnya sy coba cari tahu profile AC Milan. Nama lain klub ini adalah Associazione Calcio Milan. S.p.A. Punya julukan:
- I Rossoneri (The Red and Blacks);
- Il Diavolo (The Devil);
- Casciavit (Lombard for: Screwdrivers).

Usia klub sdh sangat tua 117 tahun yg berdiri tanggal 13 December 1899. Pemiliknya adalah Rossoneri Sport Investment Lux (saham 99.93%) dan pemegang saham lainnya (0.07%). Presiden klub Li Yonghong dan pelatih kepala Vincenzo Montella.

Ada yg menarik ketika membaca profile kedua klub ini. Usianya sdh cukup tua melewati 1 abad dan presiden klubnya berasal dari negara dunia ketiga yg banyak populasinya. Presiden klub Li Yonghong seorang businessman berasal dari negara China. Ternyata orang Asia punya obsesi yg sama ya pengen berkiprah di fora persepakbolaan dunia. Sekarang kelihatannya China juga pengen belajar dari Italia untuk mengurusi klub sepakbola. Kita juga hrs belajar yg sama dgn China jgn sampai ketinggalan.

China dan Indonesia punya nasib yg sama. Malah China lebih tragis dari kita. Masyarakatnya gila bola dan dgn populasi 1,5 milyar orang tapi sampai saat ini belum punya satupun klub sepak bola berkelas dunia yg hanya butuh 11 orang saja padahal China merajai cabang olah raga yg lain. Jadi kita jgn terlalu berkecil hati kawan. Sekedar cari alasan pembenaran untuk menghibur diri...he...he...

Lamunanku terlalu jauh mikirin sepak bola...tidak terasa sdh sampai di platform kereta San Siro stadiun. Keluar dari stasiun terlihat menjulang stadiun San Siro yg berbentuk bundar.

Sy sebelumnya membayangkan bangunannya pasti modern dan megah minimal seperti Alliance Stadion di Munchen tapi ternyata bangunan lama dan terkesan sederhana. Apakah demikian juga di dalam stadion ..sayang kami gak bisa masuk sekedar melihat suasananya.

Di halaman luar stadiun banyak berserakan bekas botol kaca minuman (bukan botol plastik) sepertinya minuman keras dan sampah yang berserakan. Dipintu keluar kereta metro tercium bau pesing yg menyegat. Hmmm..ternyata penonton sepak bola sama aja ya dimana2. Kirain di stadiun berkelas internasional penontonnya lebih tertib..sama aja.

Di pinggir jalan ada halte dan bus yg sedang menunggu penumpang. Tidak berapa jauh di depannya ada deretan trem yg berhenti. Halaman parkir kendaraan bermotor dibatasi dengan pagar besi memisahkannya dengan pelataran luas utk pejalan kaki. Terdapat 2 kios besar penjual minuman dan makanan ringan sebelum mencapai konter tiket yg sedang berkemas menutup kiosnya.

Keadaan seperti ini menunjukkan stadion merupakan titik pertemuan berbagai moda transportasi publik yg mampu membawa banyak penumpang yg akan menonton pertandingan sepak bola dari berbagai penjuru kota Milan. Mudah untuk mencapai stadiun dan mudah pula keluar dari halaman stadiun begitu pertandingan usai.

Sejajar dgn pagar pintu stadiun terdapat beberapa kios tempat penjualan official merchandising tapi sudah tutup. Sepi dan hening seperti pesta perkawinan di suatu gedung yg baru saja usai ditinggal yg punya hajat dan tamu undangan. Tamunya puas dan pengantinnya lemasss...

Stadiun San Siro juga dikenal dengan stadiun Giuseppe Meazza pemain sepak bola legendaris yang membawa Italia menjuarai Piala Dunia 1934 dan 1938, sekaligus mantan pemain Inter dan AC Milan. Stadion dibangun oleh Piero Pirelli, presiden AC Milan saat itu dan dibuka secara resmi tanggal 19 September 1926.

Di stadiun inilah markas lahirnya 2 scudetto yg menjadi magnet menyatukan ratusan juta pasang mata manusia. Berbeda klub tapi satu jiwa menyebarkan virus fanatisme melintasi batas negara dan menciptakan lahirnya transnasionalisme baru di abad 21.

Berfoto dan mengitari sebagian bangunan gedung, kamipun kembali ke central station. Sebagai kenang2an, sy yg seumur hidup hanya pernah membeli sekali saja kaus bola berwarna merah itupun bukan official product (maafkan daku PSSI) pada waktu AFF Cup, membeli kaos kandang Inter Milan seharga 25.

dokpri
dokpri
Toko souvenir yg pertama sudah kehabisan stok dan menawarkan kaos AC Milan tp sy menolak secara halus dan bilang, "sorry signore. I am from Indonesia. Do you know Erick Tohir?" tanyaku. Penjaga toko rada ragu dan menjawab, "ooo Tohiiirrrrr....Tohiiiirrrr.....haaa I know him the president of Inter Milan... but the size of Inter Milan T shirt especially for adult already sold out signore."

Akhirnya kaos tsb kudapat dari toko sebelah dan langsung dikenakan dgn penuh kebanggaan. Transnasionalisme gaya baru sudah merasuki.

Tulisan ini sudah pernah dimuat didalam personal blog penulis dengan di sini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun