Saya pikir karena tidak ada destinasi yang diburu waktunya lebih baik kita browsing dahulu Milano Centrale Station setelah itu kita beli tiket anytime. "ok.. grazie signore. We buy ticket later. Thx for the info. Ciaaooo...."
Telaga Sarangan nya Kota Milan
Habiskan waktu berwefie ria di dalam dan luar gedung stasiun, sekilas lewat lagi serombongan orang berpakaian kaos motif garis vertikal biru hitam...para fans Inter Milan lagi. Klub sepakbola yg kini sebagian besar sahamnya dimiliki oleh seorang pengusaha Indonesia. Mungkin akan ada pertandingan sepak bola kali ya dalam hatiku. Ayo kita masuk ke gate kereta .. Cari platform yg sesuai.
Aku bukan termasuk tipikal kebanyakan pria Indonesia yang gila bola yg mempunyai ciri khas sebagai berikut:
a. mau begadang semalaman suntuk     menonton La Liga atau Liga Champion;
b. mau membeli berbagai macam merchandise official product klub terkenal dengan harga mahal;
c. berlangganan tabloid bola atau rutin membaca rubrik bola;
d. mem follow facebook fanpage, twitter dan berbagai medsos lainnya klub bola favorit;
d. menghapal nama2 pesepak bola dunia dan tahu kehidupan pribadinya bahkan kisah percintaannya dgn para wags;
e. mau taruhan walaupun dgn semangkok mie instan, secangkir kopi dan sebungkus rokok (terlebih sy bukan perokok);
f. menghapal motif dan warna kostum klub sepak bola (khusus Inter dan AC Milan tadi sy tahu dari anak perempuan sy kwk..kwk
Menurutku, lebih baik tidur dan menunggu hasil pertandingan esok hari dan tidak surprise juga klo tahu klub mana pun yg menang tanding.
Sesudah beli makanan dan minuman kecil kamipun bertolak ke danau Como pukul 12.00. Aku teringat lagunya si Komo lewat...
Sebelum masuk gerbong, karcis kereta harus diinsert ke dalam kotak kecil berwarna kuning guna divalidasi dan dilubangi scr otomatis. Oh ya..bentuk karcis kereta yg keluar kota agak berbeda dgn karcis dalam kota seperti boardingpass pesawat. Masuk ke dalam gerbong tidak banyak penumpang. "Apa benar ini keretanya," tanyaku kepada si sulung. "Iya...benar. Tadi udah ditanyain, " ujarnya.
Sepanjang jalan aku menghayal mudah-mudahan suatu hari nanti kalau ada rejeki bisa kembali lagi ke Italia dan mengunjungi menara Pisa...semoga menara Pisa nya gak berubah posisi berdirinya, tetap miring seperti saat ini. Tidak diubah tegak atau malah bertambah miring karena keberatan beban dan lama kelamaan bergerak perlahan dan akhirnya...boooom..rubuh...
Buyar langsung mimpiku disiang bolong ketika mendengar suara reruntuhan menara Pisa...aya aya wae.
Sampai di platform akhir Como, penumpang turun dari gerbong dan terlihat banyak kerumunan orang di stasiun. Pada antri mau beli karcis naik ferry atau kembali ke Milan. Diparkiran, ada beberapa bus yang baru datang dan akan pergi, kendaraan parkir serta arus rombongan orang menuju pavement lebar yg jalannya menurun ke bawah menuruni bukit yg landai.
Satu hal yg cukup menarik di Eropa adalah setiap tempat tujuan destinasi favorit berbagai moda trasportasi disediakan dan dipertemukan dalam suatu titik kumpul. Konektivitas dan integrasi antar moda sangat diperhatikan guna lancarnya pergerakan arus orang dan barang.
Kamipun mengikuti arus orang ramai dgn asumsi biasanya kemana orang2 pergi disitu site atau view yg bagus.