Informasi di laman facebook memang tiada siapa bisa menyanggah dan menghalangi. Â Semua tersebar bagaikan angin yang berhembus menyelubungi semua sudut dan sisi bidang informasi untuk dikonsumsi setiap orang. Dunia pendidikan dan segala informasi di dalamnya menjadi sorotan untuk menjadi ukuran perkembangan peradaban masyarakat yang beragam di era globalisasi sekarang ini.
Guru tikam  kepala sekolah, hari guru Nasional tercoreng begitu kelibat tulisan dalam surat kabar online menyita perhatian semua pembaca karena seharusnya di hari istimewa akan terjadi sesuatu kabar gembira dan menyenangkan tapi dengan hadirnya berita ini tentu menimbulkan keresahan dan justru mencoreng nama baik guru dan juga tenaga kependidikan.
Latar belakang apa yang mendasari semua kejadian ini tentu itu yang ingin diketahui oleh semua konsumen berita yang sentak menyebarkan berita panas dan pastinya akan memunculkan andaian dan spekulasi yang beragam. Bisa jadi sesetengah pihak memanfaatkan isu ini sebagai tanda tidak puas hati antara atasan dan bawahan.
Hubungan atasan dan bawahan perlu dirajut sedemikian rupa sehingga dua elemen penting dalam satu unit kerja tetentu mempunyai keharmonisan dan saling menguntungkan. Aspek keadilan dan kepatutan perlu diterapkan dengan melihat kondisi suasana kerja dan beban yang ditanggung bersama. Pertanyaannya bagaimana bisa makanan bisa terasa sedap apabila apabila komposisi rasa dari bahan-bahan yang diperlukan tidak dilibatkan atau justru dikurangkan andil dan perannnya.
Dalam dunia pekerjaan manisnya suatu hasil atau kesuksesan projek didalamnya tidak akan telepas dari kuatnya komitmen antara atasan dan bawahan. Â Bukan berarti atasan dengan kekuasan yang ada ditangannya memutuskan dan memberikan beban kerja kepada bawahannya tetapi lebih indah dan jika terdengar nyaman dengan pernyataan atasan dan bawahan bagi-bagi kerjaan atau bagi-bagi tugas. Ada keterbukaan apa target bersama atasan dan bawahan. Sehingga komunikasi harus terus berjalan jangan sampai tersendat atau tidak seirama karena ini akan berbahaya.
Hubungan yang harmonis apabila tidak dilandasi dengan komunikasi yang baik dan terbuka maka akan menjadi senjata makan tuan. Senjata itu akan menusuk bawahan dan juga menikam atasan. Setelah semua fungsi dipoles cantik dari segi keharmonisan dan komunikasi juga perlu sentuhan kemurahan hati seorang atasan dengan bahasa yang menenteramkan bawahan dalam keadaan senang atau tidak senang.
Kembali ke berita Guru bacok kepala sekolah yang kita kupas tadi dapat diketahui bahwa hubungan antara guru dan kepala sekolah tidak lagi dapat dibendung emosi yang meluap dan mendidih itu. Sehingga tanpa segan-segan mengambil tindakan fatal sehingga tidak menyelesaikan masalah lama tetapi justru menghadirkan masalah-masalah sensitif yang beragam dan berkelanjutan.
Seorang bawahan dengan seabrek pekerjaan dan tugas yang diberikan tentu tanpa ditanya apa yang ia inginkan semestinya mengharapkan adanya suatu penghargaan. Apresiasi seorang atasan kepada bawahan merupakan air yang sejuk sehingga dapat menghapus lelah dan dahaga.
Tentu semangat dan gairah kerja akan timbul kembali dan bahkan akan meningkat ketika adanya suntikan moivasi atasan terhadap bawahan. Mungkin bisa saja penghargaan itu berupa bonus, projek tambahan insentif, posisi yang lebih baik ataupun promosi status untuk diajukan sebagai pegawai negeri sipil contohnya.
Orang bawahan akan bersyukur dan berterimakasih dengan cara yang beragam salah satunya mereka akan meningkatkan prestasi kerja, menebalnya loyalitas terhadap atasan, siap membantu dan memberikan segalanya untuk orang yang berjuang memperbaiki nasib hidupnya.
Kejadian guru bacok kepala sekolah jika dilihat dari sisi kepuasan sudah pasti terdapat banyak timbunan-timbunan perlakuan yang tidak patut atau yang semestinya mencetus ketidak puasan yang sudah menebal. Perhatian dan penghargaan juga harus dipertanyakan, penilaian kinerja dan penyesuaian apa yang sudah dilakukan untuk mengantisipasi ketidaknyamanan dan ketidakharmonisan dalam instansi tersebut.
Guru dan kepala sekolah mempunyai kasta yang berbeda dari segi tingkat dan kepangkatan tetapi tetap dari sisi kemanusiaan mempunyai hak sama untuk disejahterakan dan diperhatikan sehingga kedua-duanya sama-sama menang Guru senang hati mengajar dan kepala sekolah sukses meneraju nama sekolah yang berkualitas dalam pelayanan dan hasil belajar siswa tentu saja dengan  membimbing guru dan memperhatikan kesjahteraannya sehingga akan memberikan efek radiasi sukses dalam sekolah yang menyebar ke seluruh siswa dan siswi tanpa harus berpura-pura dan main tipu-tipu.
Tidak sedikit guru-guru yang mengeluh karena kurangnya perhatian dari kepala sekolah dan jajaran wakil-wakilnya yang banyak berperilaku tidak adil. Guru-guru yang PNS selalu mendapatkan perhatian lebih dengan beban kerja yang sedikit kurang dari yang seharusnya. Sedangkan guru-guru yang non PNS seperti guru honor atau guru kontrak mereka lebih banyak jam mengajar dan beban kerja tapi tidak juga mendapat perhatian.
Guru-guru non PNS seperti pungguk merindukan bulan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka terlalu banyak syarat-syarat administrasi yang dilengkapi hanya untuk mendapakan NUPTK, promosi PLPG, PPG Â dan juga promosi CPNS. Jalan-jalan terjal yang seperti sengaja dihadapkan kepada mereka dengan slogan yang selalu menampar mereka untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru.
Hanya karena selembar surat pengajuan calon pegawai negeri sipil yang tidak mau ditandatangani kepala sekolah guru sanggup membacok dan menikam kepala sekolah maka timbul pertanyaan bagaimana manajemen dan pengaturan mekanisme kerja dan kekeluargaan sekolah tersebut?.
Seorang kepala sekolah tidak hanya kuat dengan pangkat dan golongan saja atau kekuatan disiplin serta streng terhadap bawahan tetapi harus mengedepankan rasa dan perasaan yang disaluti kebijaksanaan yang tidak semua orang mau belajar dan sabar untuk menyelami imu laduni ini.
Seorang kepala sekolah harus koma hingga tiga bulan dan seorang guru harus menjalani  delapan tahun kurungan penjara dalam tahanan ini sebgai bukti dunia pendidikan kita gagal menata hati para kepala sekolah untuk menjadi pemimpin yang penuh kebijaksanaan dan gagal melahirkan kader guru yang sabar dan siap berjuang dengan penuh loyalitas dan kompetensi yang dimilikinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H