Mohon tunggu...
hermansah untag2012
hermansah untag2012 Mohon Tunggu... -

BERKELANA UNTUK KEBAHAGIAAN SANG FAMILY...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Nenekku Pahlawanku

25 September 2012   15:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:42 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah pulau yang jauh dari kehidupan kota disertai dengan lingkungan pesisir pantai dan derai ombak yang indah, dimana tempat aku dilahirkan saat pertama aku melihat dunia.

Aku adalah seorang anak yang ditinggal otang tua semenjak berumur 2 tahun, saat itu yang merawat dan memberi ku kasih sayang dalah nenek tercinta. Dia yang memberi ku arti hidup hingga aku dewasa, ketika saat tiba waktunya aku untuk pergi demi pendidikan ku luar pulau ku tercinta.

Ditingkahi hujan gerimis yang tak kunjung bosan menciumi rerumputan itu, suara melengking wali band benar - benar kian menyempurnakan bayangannya berkelindan diufuk hatiku. tak terasa nelum juga tuntas wali band mengakhiri " NENEK Q PAHLAWAN Q " itu, mataku beranak air hangat. kuseka beberapa kali, mengusir isak berusaha mencampakkan bayangannya, senyumnya, kata - katanya, rayuannya saat ingin membuat ku tersenyum.

Aku terpangu diambang pintu rumah q, anatar maju melangkah dan pergi walau aku harus tetap pergi karena alasan kuliah dikota, tapi tak urung kepala ku kembali tertoleh pada tubuhnya yang bola matana menatapi ku penuh dengan cinta dan sayang seorang nenek, hanya terserak derak tangisku yang sungguh menyayat jiwa. ya tuhan, dia sungguh adalah manusia sebagaimana aku punya tubuh, perasaan, kalut, sedih, persis aku yang juga merasakan semua itu. Dia sungguh adalah manusia sempurna, yang kini terpuruk dengan sangat, laksana tak ada lagi guna kehidupan ini. inikah rasanya kasihsayang seorang nenek..?

Akhirnya akupun pergi meninggalkannya tersuruk sendiri didepan pintu yang menyimpan jutaan saksi perpisahan, lambayan tanganku saat meniggalkan rumah itu. aku sempat melihat dengan ekor mataku dia penuh dengan kesedihan, tetesan air matanya yang kian jatuh. aku sempat masih sempat berdoa dalam hati " SEMOGA ENGKAU SELALU BAHAGIA WALAU AKU JAUH DARI MATAMU NEK "

Hari demi hari dengan keadaan yang tak biasa, yang sungguh membuatku tersiksa, semua orang tercinta yang selalu ada di sekelilingku seolah kehilangan makna dan rasa keberadaannya. aku selalu berdoa semoga nenek ku selalu diberikan kesehatan hingga aku bisa memberikan senyuman kembali bersamanya.

Kuliah sudah ku jalani hari pertama, aku masih teringat bayangnya mungkin karena dialah yang selalu ada disisiku, memberi perhaian, merawat ku hingga aku dewasa sampai sekarang.

Demikian ertikel ini, semoga bermanfaat bagi pembaca yang budiman...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun