Mohon tunggu...
Suherman Tjan
Suherman Tjan Mohon Tunggu... -

Pendidikan terakhir S1 Ekonomi Pernah bekerja di INTRACT Sekarang wiraswta di bidang PERCETAKAN & KOMPUTER

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bangsa Pembohong

7 Juli 2011   12:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:51 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari-hari  ini kita mendengar dan melihat di TV pejabat-pejabat, orang-orang penting dan orang ternama sedang dihadapkan dengan suatu masalah. Ketika ditanya mereka selalu berkata tidak jujur. Karena kalau jujur mereka akan di tangkap dan masuk penjara. Allhasil mereka bersandiwara sampai ke pengadilanpun mereka berusaha untuk tidak menjawab dengan jujur.  Bahkan sampai ada yang sakit baik itu sakit jantung maupun sakit pelupa. Orang yang sakit pelupa berobatnya keluar negeri dan akhirnya tidak tau pulang, mungkin dia lupa juga jalan pulang kemana? (namanya juga sakit lupa).

Mereka berdebat, bahkan sampai mengacam akan buka kartu satu sama dengan yang lainnya sehingga kita sebagai penonton dibuat bingung. Siapa yang berbohong?, Siapa yang di percaya? Mungkin ada juga perkataan yang mengatan "maling teriak maling" atau "pencemaran nama baik". Sehingga orang yang berbohong menyerang orang yang benar, karena merasa takut atau langsung di tanggapi oleh pihak kepolisan yang mungkin juga berpihak sehingga masalahnya selesai begitu saja.

Oh.... bangsaku mengapa begitu menjadi susah dan menjadi ruwet. Seandainya ada seorang pendeta atau hamba Tuhan yang dengan lantang berkata :"hai saudara-saudaraku jika kamu bersalah atau berdosa karena kebohonganmu atau pelanggaranmu, akuilah kesalahanmu di hadapan Tuhanmu yang maha mengampuni dan akuilah itu semuanya dihadapan negara dimana kamu telah diberikan kenikmatan  dan bertobatlah dengan rela dirimu untuk dihukum sesuai dengan perbuatanmu."  Seandainya mereka meresponi mungkin penjara penuh tetapi akan ada sukacita karena dibebaskan dari beban yang berat.

Oh... bangsaku maukah kamu mengampuni putra-putrimu untuk menuju Indonesia yang baru, Indonesia yang memiliki cita-cita luhur menjadi bangsa yang adil dan makmur.  Seandainya ini terjadi INDONESIAKU....... JAYA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun