Mohon tunggu...
herman hurit
herman hurit Mohon Tunggu... Apoteker - Hermanus Ehe Hurit

Saya adalah Apoteker praktisi di Klinik Pratama Jakarta dan sebagai dosen di program studi Farmasi Unversitas Esa Unggul.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

PEMBUATAN ECO-ENZYME DARI SAMPAH BUAH DAN SAYURAN

21 November 2022   12:00 Diperbarui: 22 November 2022   15:07 1020
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dampak dari pembusukkan sampah tersebut sebanyak 76,92 % mengetahui dapat meyebabkan diare. Hal ini biasanya disebakan oleh vektor (lalat) yang menyebarkan bakteri dari sampah ke bahan atau makanan dan minuman yang disajikan dalam kesehariannya. Hal yang sama juga responden sebanyak 76,92mengetahui bahwa sampah dapat mengakibatkan polusi atau pencemaran terhadap udara.

Kehadiran tim abdimas dianggap membawa angin segar terutama melalui pelatihan 

pemilahan sampah yang sangat diminati yang tentunya akan mengurangi dampak-dampak dari pembusukkan sampah yang teerjadi jika tidak dilakukan pemilahan. Hal ini terlihat 76,92% responden bersedia menikuti pelatihan yang akan diselenggarakan oleh tim abdimas.

Dari survei awal ini, hanya 15,31% responden yang pernah mendengar tentang eco-enzyme, dan 84,69% responden belum mengetahui tentang eco-enzyme. Umumnya responden juga belum mengetahui bahan dasar pembuaatan eco-enzyme, yakni sebanyak 84,69% dan hanya 15,31% yang mengetahuinya karena pernah mengikuti kegiatan serupa di tempat lain. Ketika responden diminta kesediaan untuk mengikuti pelatihan eco-enzyme yang diadakan oleh tim abdimas Farmasi Universitas Esa Unggul, ternyata hanya 38,46% yang bersedia dan sisanya tidak bersedia. Hal ini dapat disebabkan karena para responden umumnya belum mengetahui eco-enzyme dan manfaatnya.

Responden yang sudah mendengar atau mengetahui bahan dasar pembuatan eco-enzyme hanya 15,31% dan yang belum mengetahuinya sebanyak 84,69%. Hal ini mendorong tim abdimas untuk mewujudkan kegiatan ini dengan baik. Namun hanya 38,46 responden yang bersedia mengikuti pelatihan dan pengolahan hasilnya menjadi produk yang bermanfaat bagi kebutuhan rumah tangga dan lingkungan setiap hari. Selain itu hasil dari kuisioner didapatkan bahwa hanya 15,31% yang bersedian menjadi penggiat eco-enzyme dan 84,69 menyatakan tidak bersedia. Dan 100% responden menyatakan belum mengetahui manfaat eco-enzyme dalam kehidupan sehari-hari dan tidak mengetahui apakah bisa dijual secara massa kepada masyarakat.

Dari hasil jajak pendapat diawal meluli kuisioner tersebut di atas memberi masukkan berharga dan memacu tim abdimas untuk membantu mengatasi masalah lingkungan tersebut dengan memberikan ceramah dan pelatihan terkait pemilahan, pengolahan dan pemanfaatn hasil olahan limbah sampah organik (sampah basah) rumah tangga. Hal ini disambut baik oleh Mitra abdimas kami, sehingga proses pelaksanaan dapat berjalan. Kegiatan Capacity Building diawali dengan ceramah terkait masalaha sampah, pemilahan dan pengolahannya menjadi peroduk yang bermanfaat. Dari hasil ceramah tersebut didapatkan perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat Kampung Kresek RW. 012 Duri Kosambi terkait pemilahan dan pengolahannya menjadi produk yang bermanfaat. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.3 dan dan 5.4.

Peningkatan pengetahuan terkait pemilahan sampah sangat dirasakan responden, terlihat dari hasil kuisioner bahwa respon bersedia melakukan pemilahan sampah secara mandiri dari rumah masing-masing sebelum membuangnya ke tempat sampah, yakni dari 0% menjadi 100%. Hal ini berdampak pada pengurangan pencemaran pada udara, bahwa semua responden mengatakan sampah yang dibuang tidak menyebabkan bau lagi karena sudah dipiah. Hal ini tentunya akan mencegah terjadinya diare pada masyarakat setempat  karena 

berkuranganya lalat yang mengerumuni sampah yang busuk, diman lalt merupakan vektor penyebaran penyakit. Hal ini dapat terlihat jelas pada tabel 5.2 dan 5.4 serta gambar 5.1 di atas.

Setelah mengikuti ceramah dan pelatihan, peserta memiliki peningkatan pengetahuan tentang  manfaat dan bahan dasar pembuatan eco-enzyme dari 15.31 menjadi 100%. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat berusaha untuk mengatasi maslaha sampah di lingkungannya menjadi sesuatu yang bermanfaat melalui pembuatan eco-enzyme. Selain itu kesediaan peserta untuk mengikuti pelatihan pembuatan eco-enzyme dan pengolahan hasil eco-enzyme setelah dilakukan ceramah terkait eco-enzyme meningkat sangat sgnifikan, yakni dari 38.46 menjai 100%. Bagi kebanyakan masyarakat di RW. 012 eco-enzyme merupakan sesuatu yang baru dan bisa dilakukan secara mandiri dan bersamaa-sama. Dalam pembuatan eco-enzyme berbahan dasar molase dan sampah organik. Molase bisa dibuat sendiri atau dibeli di market place. Semua petunjuk pengolahan eco-enzyme menjadi produk yang bermanfaat dengan takaran yang sesuai dan semuanya sudah dibuat didalam brosur yang dibagikan kepada semua peserta. Hasil olahan ini tentunya sangat beranfaat bagi kesehatan lingkungan misalnya untuk penjernihan air untuk mandi ataupun untuk menjernihkan air di selokan. Pemanfaatan yang lain dengan komposisi tertentu untuk larutan pembersih lantai, alat dapur bahkan untuk pembersih luka.

Peserta setelah mengikuti pelatihan tersebut tertarik menjadi penggiat eco-enzyme yang dapat dilihat pada tabel 5.2 dan 5.4, meningkatdari 15.31% menjadi 100%.  Hal ini membuktikan bahwa masyarakat mulai menyadari untuk bersama-sama pemerintah mereduksi pembuangan sampah ke TPA, dan yang terpenting adalah dapat diolah menjadi produk yang bernilai ekonomis. Masyarakat mendapatkan pengetahuan baru untuk manfaat olahan produk eco-enzyme dan kedepannya bisa menjadi lahan bisnis yang baru jika ditekuni dengan baik, yang dapat dilihat peningkatannya dari 0% menjadi 100%. Saran yang ajukan oleh peserta adalah bahwa kegiatan pelatihan seperti sebaiknya tidak hanya sekali, namun berkelanjutan agar dan meluas ke semua RW. Di Kelurahan Duri kosambi bahkan se-Jakarta sehingga permasalahan sampah dari waktu-waktu menjadi berkurang.

Setelah tercaaampur semua antar limbah Buah dan Sayuran serta MOlase dan air, maka sediaan Eco-enzyme akan didiamkan selama minimal 6 Bulan.
Setelah tercaaampur semua antar limbah Buah dan Sayuran serta MOlase dan air, maka sediaan Eco-enzyme akan didiamkan selama minimal 6 Bulan.
Setelah tercaaampur semua antar limbah Buah dan Sayuran serta MOlase dan air, maka sediaan Eco-enzyme akan didiamkan selama minimal 6 Bulan.
Setelah tercaaampur semua antar limbah Buah dan Sayuran serta MOlase dan air, maka sediaan Eco-enzyme akan didiamkan selama minimal 6 Bulan.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun