Mohon tunggu...
Herman Hidayat
Herman Hidayat Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Peminat Kajian-Kajian Filsafat dan Spiritualitas. Penikmat Musik Blues dan Jazz. Menyukai Yoga dan Tai Chi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

40 Day Cleansing Project: Membuang Kerak Hitam di Dinding Hati

3 Oktober 2022   09:18 Diperbarui: 3 Oktober 2022   09:48 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Istighfar, Taubat, Memohon Ampun kepada-Nya, memang mudah. Karena Dia, Allah, memang Maha Pengampun, dan Dia pun telah berjanji akan memberikan pengampunan, kepada siapa pun yang mohon pengampunan. Tapi, benarkah semudah itu? Benar, memang semudah itu; bagi Allah, Yang Maha Kuasa. Tapi, siapa bilang mudah juga bagi kita?

Mari kita lihat diri sendiri, seberapa sering kita ber-istighfar selepas shalat. Seberapa rutin. Dan seberapa banyak kita membasahi bibir kita dengan ucapan ringan tersebut. 

Di luar shalat, saat kita berjalan ke kantor, saat kita berdiri di lift, saat kita berjalan ke warung, saat kita jeda kerja dan merokok, saat terduduk oleh sebuah keresahan, oleh kekecewaan, oleh kekhawatiran, dan seterusnya dan seterusnya. Total jenderal; seberapa banyak kita menggumamkan lafadz mulia itu dalam sehari semalam.

Menurut dugaan saya, kita belum cukup sering dan banyak melakukannya. Pada umumnya, kita masih suka menelantarkannya.

[-] "Guru, aku menyerah, Guru; aku selalu terlalaikan kembali, setelah melakukannya mungkin selama dua atau tiga hari. Atau, paling lama, satu minggu; sesudah itu, lupa dan malas lagi untuk melakukannya," suatu ketika aku curhat, karena meski aku mencoba mulai men-dawam-kan  dzikir Istighfar ini, tapi, selalu terputus di tengah jalan.

[+] "Itu karena engkau selalu tergesa-gesa. Ingin dalam sekejab berhasil. Tidak bisa bersabar," Guruku menegurku, dengan suara pedas, hampir seperti ketus.

Dalam banyak kesempatan, ketika Guru menceritakan kisah-kisah Para Guru Agung, beliau memang sering menceritakan betapa Para Guru Agung itu pun mencapai maqam-nya juga dengan usaha muhasabah-mujahadah bertahun-tahun. 

Bahwa bahkan Para Guru Agung itu pun, baru dapat merasakan kelezatan ber-dzikir, beribadah, setelah bertahun-tahun ajeg, konsisten, melakukannya. Dan aku melupakan itu untuk diriku sendiri; padahal, aku begitu miskin ilmu, dan telah begitu jauh berkecimpung di dalam "remang-remang" kehidupan ini.

[+] "Lebih parah dari itu, engkau juga selalu ingin mencapai banyak hal sekaligus".

Itu memang typical saya banged. Belum ajeg-konsisten dengan Istighfar, saya sudah pengen juga memperbanyak dzikir asmaul husna, Ya Rahman Ya Rahim. Ini belum selesai, juga sudah ingin memperbanyak shalawat. Ini belum ajeg, sudah ingin juga merutinkan khatam al-Quran setiap tiga hari. Pengen juga merutinkan puluhan raka'at shalat-shalat Sunnat.

Semuanya adalah amal ibadah dan dzikir-dzikir yang memang harus kita dawamkan, pada akhirnya. Semuanya baik. Semuanya adalah sunnah. Tapi, dengan cara tergesa-gesa itu, dengan sikap tidak sabar untuk menekuni prosesnya, setahap demi setahap, memang justru hasil akhirnya bisa tidak maksimal, kalau pun tidak justru sering gagal, dan terbengkalai. Apalagi di saat-saat awal memulai perjalanan ini, di saat-saat hati masih berlepotan dengan kerak hitam dosa.

Kegagalan itu, mungkin bukan hanya karena tidak fokus, melainkan juga karena di dalamnya terkandung sikap tamak, dan tidak sabar itu, dimana keduanya adalah kualitas yang memang pada dirinya sudah tidak sesuai dengan perjalanan spiritual, seperti halnya api tidak sesuai bagi air.

Saya berpikir tentang proyek, karena saya terbiasa bekerja di proyek. Maksudnya, saya terpikir untuk memperlakukan issue ini sebagai proyek. Proyek 40 Hari Penuh Istighfar, misalnya. Atau, 40 Day Cleansing Project. Mindset dan sikap batin menghadapi proyek, biasanya, berbeda; ada keseriusan lebih disini, ada fokus, ada rencana, ada control, ada evaluasi, ada mitigation action, dan seterusnya. Apalagi ini proyek untuk merampungkan hidup kita sendiri, yang, katakanlah, masih berantakan, secara spiritual.

Rencananya bisa bermacam-macam; setiap orang memiliki kecenderungannya masing-masing. Mungkin dimulai dengan membaca Istighfar 1000 kali sehabis shalat Maghrib. Atau, tidak dalam jumlah, tapi dalam waktu; sejak ba'dha Maghrib hingga Isya'. Mungkin juga nanti ditambah, sejumlah tertentu yang lain, 500 kali, atau, setengah jam sebelum tidur, hingga terlelap. 

Mungkin juga sesudah shalat Tahajjud hingga shalat Subuh. Mungkin juga ba'dha Subuh hingga matahari terbit. Mungkin dalam rentang waktu, atau bisa juga dalam jumlah, yang ditetapkan. Dan seterusnya, dan seterusnya, kita rencanakan, untuk mengisi dengannya, kesempatan-kesempatan kita coffe break Kerja, atau dalam perjalanan, ketika menunggu sesuatu, dan seterusnya.

Intinya, periode 40 Hari Proyek ini, Cleansing Project ini, kita gunakan hanya untuk fokus dengan Istighfar, Taubat, ini. Fokus, disiplin, Konsisten. Fokus untuk merontokkan dan membuang kerak-kerak hitam yang menempel di hati, oleh semua shortcoming kita selama ini. Saya percaya dengan angka 40, sebagai waktu minimal untuk menggantikan kebiasaan lama dengan yang baru. 

Atau untuk meruntuhkan karakter lama, dan menggantinya dengan yang baru. Orang lain ada yang percaya dengan waktu 21 hari, cukup. Saya, kira, itu tergantung juga dengan seberapa tebal kerak hitam yang telah menempel di dinding hati kita masing-masing.

Dan, ini inti yang lain lagi; kita  perlu mendapatkan metode itu dari guru kita masing-masing. Saya hanya menyampaikan gagasan umum saja; dan ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk menggantikan petunjuk langsung dari seorang guru, syekh, yang kita percaya; yang memang ahli ilmu, ahli ibadah, penempuh perjalanan spiritual ini, dan bahkan telah mencicipi hakikat perjalanan ini. Seseorang, yang lebih dari kita sendiri, lebih memahami kita masing-masing; struktur emosional kita, watak kita, pemahaman kita, penyakit-penyakit kita.

[The Writer expressly disclaim responsibility for any adverse effects that may result from the use or application of the information contained in this writing]  Hehehe, Kidding.

Tapi, proyek 40 hari ini adalah proyek pondasi; yang tanpa keberhasilan dalam proyek ini, saya khawatir tidak akan ada "bangunan-bangunan" lain yang bisa dibangun di atasnya. Ini adalah Langkah Pertama, yang tanpa keberhasilan dalam langkah ini, saya khawatir, tidak akan ada perjalanan spiritual ini.

Dan perjalanan satu mil, selalu dimulai dengan satu langkah pertama. Dan tentu saja kemudian langkah kedua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun