Mohon tunggu...
Herman Hidayat
Herman Hidayat Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Peminat Kajian-Kajian Filsafat dan Spiritualitas. Penikmat Musik Blues dan Jazz. Menyukai Yoga dan Tai Chi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Motif: Permulaan Perjalanan Spiritual "Thariqah"

19 September 2022   08:41 Diperbarui: 19 September 2022   08:42 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini khususnya sangat mendesak dan urgent untuk kita yang sudah mencapai usia 40 tahun, dan super khusus, untuk yang sudah memasuki masa pensiun; untuk hendaknya tidak lagi menunda-nunda melakukan perjalanan spiritual, thariqah

Maka, sekedar bersitan “keinginan sekilas” untuk memulai perjalanan ini adalah merupakan anugerah-Nya yang agung; yang pertama-tama kita harus bersyukur untuk itu, dan senantiasa bermohon kepada-Nya agar senantiasa “benih” itu dikokohkan-Nya. Bermula keinginan sekilas, sebagai benih, mudah-mudahan akan terus tumbuh menjadi motif dan dorongan yang kuat. 

[-] “Apa yang harus aku lakukan, supaya aku senantiasa termotivasi kuat untuk menempuh perjalanan, thariqah, ini, Guru?” suatu ketika aku pernah bertanya pada guruku, di kampung. 

[+] “Pertama, sesudah engkau memiliki keinginan, niat, engkau perlu mulai memilah-milah aktivitas harianmu, yang mungkin tidak cocok dengan perjalanan ini, dan meninggalkannya. Hal-hal yang mungkin akan lebih menyibukkanmu, hal-hal yang akan melelahkan dan melemahkanmu untuk menempuh perjalanan ini. Hal-hal yang akan menyita hatimu dengan kegelisahan, kehawatiran dan bahkan kemalasan. Hal-hal yang akan menyibukkanmu dengan angan-angan yang tiada berkesudahan,” jawaban Guruku, agak panjang, dengan mata menerawang. 

Setiap orang, sangat mungkin, memiliki hal-hal berbeda yang mengganggunya, yang melemahkannya, yang menggelisahkan hatinya, yang banyak menghabiskan waktu dan energinya. Saya sendiri mungkin HBO, mungkin WA dan Facebook. Orang lain mungkin coffee time di Starbucks. Dan lain sebagainya. 

Tapi, bahwa siang hari memang adalah waktu yang dikhususkan untuk mencari nafkah, maka yang paling penting, dan yang sangat patut disayangkan, adalah kalau waktu malam harinya pun, yang seharusnya adalah waktu untuk ber-munajah dan taqarrub ilallah-pun terbuang sia-sia. Memperhatikan satu hal ini saja, sudah akan merupakan bantuan besar untuk memperkokoh tekad kita memulai perjalanan ini. 

 [-] “Baiklah, Guru. Tapi, hal apalagi yang harus aku lakukan, Guru?” waktu itu, aku masih melanjutkan pertanyaanku. 

[+] “Kedua, tentu saja, engkau pun harus pandai-pandai memilah-milah aktivitas apa yang bersifat positif, yang akan mendorong dan memudahkanmu memulai, dan teguh dalam perjalananmu itu, dan engkau lakukan, sesering mungkin. Yang paling mudah adalah bergaullah dengan orang-orang shaleh, orang-orang berilmu. Hadirilah majelis-majelis mereka. Dengarkan mereka, pandanglah mereka, dan biarlah mereka memandangmu. Milikilah komunitas para penempuh jalan ini, jangan hanya memiliki komunitas hobby saja. Yang tebaik adalah miliki seorang guru, yang akan membimbingmu, dan percayakan dirimu kepadanya.” 

Yang sangat penting untuk selalu disadari adalah, waktu kita didunia ini, pada dasarnya memang tidak panjang. Dan untuk yang tidak panjang itu pun, sudah berlalu banyak tahun, mungkin, kita sia-siakan. Sisanya, sudah tidak banyak lagi. Kematian, maut, bukan ilusi; ia memang akan datang, bahkan dengan tidak disangka-sangka. Sehingga, in anyway, kita hanya perlu untuk berusaha dan terus berusaha, di dalam setiap detik waktu yang tersisa ini. 

Tidak kendor, tidak berlambat-lambat, tidak lamban, tidak menunda-nunda, tidak mengakhir-akhirkan. Setiap kali ada kesempatan, maka pergunakanlah. Setiap ada pintu terbuka, maka masukilah. Setiap ada seruan, maka penuhilah. Senantiasalah waspada dengan godaan-godaan “nanti”, atau “besok”; karena ia adalah bisikan syaitan. 

[+] “Berjalanlah menuju Allah meski dalam keadaan timpang dan patah kaki, dan janganlah menunggu sehat. Karena sesungguhnya, menunggu sehat untuk ber-amal ibadah adalah kecacatan mental.” suatu ketika Guruku juga berkata.

[+] “Dan penundaanmu dari melakukan amal-ibadah karena menunggu adanya waktu senggang adalah sebagian dari tanda kebodohan jiwamu.

Sesungguhnya, setiap hari, setiap detik, setiap saat; Dia selalu melimpahkan berbagai karunia-Nya, hidayah-Nya. Kita hanya perlu berusaha untuk meraihnya. Dzikirullah, atau tafakkur, akan senantiasa dapat dilakukan, anytime, sebagai salah satu cara untuk meraihnya.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun