Mohon tunggu...
Herman Hidayat
Herman Hidayat Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Peminat Kajian-Kajian Filsafat dan Spiritualitas. Penikmat Musik Blues dan Jazz. Menyukai Yoga dan Tai Chi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Amanah Jabatan

16 April 2018   07:43 Diperbarui: 16 April 2018   09:19 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada saat Umar bin Abd al-Aziz diangkat menjadi Khalifah, dia mengundang Salim bin Abdallah,  Raja bin Hayat dan Muhammad bin Ka'b al-Qurazi. Dan dihadapan mereka khalifah berkata, "Apa yang harus aku lakukan dalam penderitaan ini? Karena, aku menganggap ini semua adalah penderitaan, meski kebanyakan orang akan mengatakan ini keberuntungan?"

Seorang dari mereka menjawab: "Jika engkau ingin diselamatkan kelak dari Hukuman Abadi, perlakukanlah para orang tua kaum muslimin sebagai orang tuamu, dan anak-anak muda mereka sebagai saudaramu, dan anak-anak mereka sebagai anakmu. Perlakukan keseluruhan wilayah Islam sebagai rumahmu, dan orang-orangnya sebagai keluarga. Kunjungi orang tuamu, hormati saudaramu dan cintai anak-anakmu." (Al Hujwiri, Kasf al Mahjub)

Tapi, kita suka mengira, bahwa jabatan yang memiliki tanggungjawab berat, yang kelak harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya itu, hanyalah jabatan presiden, atau jabatan khalifah. Sehingga, kita sukanya mengarahkan ingatan dan perhatian, setiap kali mendengar pesan bahwa Jabatan itu adalah amanah, hanya pada satu orang itu saja, presiden. Berharap kalau saja presiden itu orang-nya amanah. Atau, mungkin juga mengira, paling jauh, termasuk jabatan gubernur; sehingga kita suka hanya berharap bahwa para bapak gubernur itu akan amanah.

Kita sendiri; kita lupakan. Padahal kita, mungkin adalah seorang CEO sebuah perusahaan. Padahal mungkin kita adalah seorang kepala divisi sebuah organisasi. Padahal engkau adalah seorang manager sebuah kelompok kerja. Padahal mungkin engkau seorang marbot. Padahal engkau adalah seorang kepala rumah tangga. Padahal engkau seorang ibu bagi anak-anakmu. Padahal engkau seorang kakak bagi adik-adikmu.

Apakah engkau tidak melihat; siapa saja atau apa saja yang telah diamanahkan kepadamu? Entah banyak atau sedikit? Besar atau kecil, luas atau sempit?

Tapi akh, saya pun suka lupa diri; siapa saya. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun