Mohon tunggu...
Herman Hidayat
Herman Hidayat Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Swasta

Peminat Kajian-Kajian Filsafat dan Spiritualitas. Penikmat Musik Blues dan Jazz. Menyukai Yoga dan Tai Chi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Maqam"

27 Maret 2018   13:16 Diperbarui: 27 Maret 2018   13:22 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

***

Sepertinya cukup pelik untuk mengetahui kita berada di maqam apa sebenarnya. Mungkin itu rahasia Allah juga. Maka, menurutku, yang penting bagi kita saat ini adalah bagaimana caranya kita terhindar dari Syahwat Yang Samar ini, atau sebaliknya, terhindar dari Jebakan Kemunduran Batin ini, pada maqam apa pun kita mungkin berada saat ini.

Dan satu-satunya cara, atau cara sederhana, meski aku yakin tidak mudah, yang aku pikirkan saat ini adalah dengan Rela, Ridha dan Ikhlas Menerima Apapun anugerah-Nya. Untuk apapun yang engkau miliki, untuk apapun yang engkau hadapi, untuk apapun yang sedang engkau kerjakan, untuk di Level Spiritual dan/atau Duniawi manapun engkau mungkin berada saat ini, Pertama-tama dan yang Utama, engkau hanya perlu Rela, Ridha, Ikhlas dan ber-Syukur. Allah Maha Tahu dengan apa yang Terbaik untukmu, dan yang Terbaik untuk Kemanusiaan secara Keseluruhan.

***

Atau, adakah engkau merasa bahwa menerima segalanya Apa Adanya, sedikit bertentangan bahkan dengan ajaran untuk ber-Do'a, menurutmu? Ah, marilah engkau mencoba untuk tidak mempertentangkannya secara intelektual, apalagi dengan begitu serta-merta. Cobalah dulu untuk melakukannya, menjalankannya.

Lihatlah hasilnya; mungkin engkau akan menemukan sesuatu yang engkau tidak ketahui secara intelektual, tapi lalu akan engkau kenali dalam pengalaman. Bahwa Do'a dan Sikap Rela, Ridha, Ikhlas & Syukur, keduanya itu, tidaklah bertentangan. Bahwa bahkan, keduanya adalah Pasangan. Satu Pasang yang mungkin justru harus dijalankan bersamaan. Tapi, biarlah engkau tidak mengetahuinya secara intelektual, tapi biarlah engkau mengenalinya dalam pengamalan dan pengalaman.

***

Setiap Tindakan kita, betapapun sederhananya ia, bahkan sesederhana merebahkan diri untuk tidur, adalah sebuah Tindakan Penciptaan. Dari Ketiadaan kita menciptakan Sesuatu menjadi Ada.

Maka, di dalam setiap Tindakan, selalu ada tempat untuk Do'a. Di-Tekad-kan dengan Niat, di-Kuat-kan dengan Do'a; harapan agar yang akan di-Laku-kan Berhasil, Berkah dan Mengandung Kebaikan. Lalu, di-Ujung akhir Tindakan, selalu juga terdapat tempat untuk Rela, Ridha, Ikhlas, Syukur; untuk apapun Keadaan dan/atau Hasil dari Tindakan. Apakah Sukses atau Gagal, apakah Baik atau Buruk, apakah Menyenangkan atau Menyakitkan. Semua itu, apapun, selalu dapat menjadi lahan untuk Rela, Ridha, Ikhlas dan Syukur. Maka, Do'a dan Syukur (termasuk Rela, Ridha, Ikhlas), keduanya itu, kata siapa bukan Pasangan?

Bahkan Pasangan yang selalu saling berkelit-kelindan. Engkau ber-Syukur telah selalu di-anugrahi tekad, kesempatan dan kekuatan untuk ber-Do'a. Dan, engkau juga selalu ber-Doa mohon anugrah-Nya untuk menjadi hamba yang senantia Rela, Ridha, Ikhlas dan ber-Syukur. Engkau juga senantiasa ber-Doa mohon anugrah-Nya untuk selalu menjadi hamba yang senantiasa ber-Doa. Dan engkau juga selalu ber-Syukur bahwa engkau telah Allah anugrahi menjadi hamba yang senantiasa ingat untuk Rela, Ridha, Ikhlas dan ber-Syukur.

Lihat, betapa semuanya adalah satu saja; berbincang dengan Allah. Bersahabat dengan Allah. Dari-Nya, dan kembali kepada-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun