:kepada Tuan Elcid Li
di depan kamar tuan Pastor, tujuh merpati
putih memilin biji-biji jagung paling mungil, sedang
di taman di dekat aula Emaus, itu lelaki
memungut remah mamah dan tulang-tulang
ikan dari bungkus-bungkus nasi
dibelinya tiga puluh menit lalu di warung
Mas Jawa yang jualan di Atambua
biar anak-anak tiada kepayang
oleh lapar dan dahaga.
seperti sembahyang
itu lelaki dengan kacamata di kepala
khusyuk dalam tunduk di antara mekar asoka
isyarat tanpa kata
dipanggilnya anjing-anjing biara
remah-remah nyaris habis
setelah dikulum mulut-mulut amis
itu anak-anak yang duduk manis
antara kenyang tawa dan sinis.
di bola mata kanan lelaki itu empat merpati
melintas lalu singgah ke hati
kepak bertalu-talu
sedang di bola mata yang lain
tiga merpati hinggap di kepala
kepak amat megah, ada cakra paling mewah
merebak ke mana-mana
terbukalah segala!
Emaus tak hanya milik Kleopas
dan murid lainnya setelah perjamuan
malam itu bersama Sang Guru
remah-remah ialah lupa paling purba.
di Emaus, itu lelaki menggenggam remah-remah
ialah mamah dari mulut murid-murid
yang lupa tentang kerumun lalat
dan geliat ulat-ulat gemuk.
pelayan ialah dia
yang peka sebelum disapa
itu isyarat, tanpa aksara.
Emaus, Februari 2019
HETanouf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H