Oleh sebab itu, masyarakat di kampung Ekafalo selalu melakukan ritual adat di Naija Lu'u setiap tahunnya pada tanggal 4 November, beberapa hari setelah peringatan Hari Arwah. Dalam Bahasa Dawan sehari-hari disebut sae on fafon nae, he tlol teo oela (menuju ke atas untuk berkurban; ke atas merujuk pada sumber mata air yang berada di puncak bukit, sedangkan kurban merujuk pada hewan dan segala harap dalam tutur adat). Tradisi tersebut pun menjadi bagian dari program Lopo Muni Insaka yakni melestarikan beragam ritual adat (tetap dijalankan). Usaha yang ditempuh adalah mendukung dan turut serta setiap kali ada ritual di sumber mata air, bahkan anak-anak pun turut serta.
Dalam prosesnya, ritual adat dimaksud hanya dapat dilakukan oleh Amnasit/ Amnaistina (para tetua-tokoh adat). Lopo Muni Insaka hadir sebagai lian munif atau  sufa' kauf (artinya pucuk: merujuk pada generasi masa kini/ anak-cucu/ orang muda yang ingin belajar dan selalu siap dibekali pengetahuan budaya). Tindakan konkret yang sudah dilakukan lian munif atau  sufa' kauf tersebut adalah turut menjaga adanya sumber mata air Naija Lu'u melalui sen hau ana' (menanam pohon/ penghijauan). Setelah sen hau ana' dilanjutkan lagi dengan poep senat (siram, merawat tanaman).
Dapat dipahami bahwa sikap peduli atau mencintai sumber mata air tidak terbatas pada aktivitas tanam-menanam, tetapi perlu adanya tindak lanjut yaitu menjaga dan merawat tanaman-tanaman agar tetap tumbuh. Di satu sisi, merawat secara rutin adalah usaha untuk menjadikan mata air tetap mengalir. Dengannya, hidup manusia akan tetap berlangsung-bertahan sebagaimana air itu mengalir. Posisi orang muda sebagai sosok-sosok energik, memiliki peran penting dalam usaha meningkatkan kapasitas (debit air).
Atas konsep yang demikian orang-orang muda di Lopo Muni Insaka sebagaimana dalam video, mengindahkan titah-titah tersebut. Sekalipun diguyur rintih hujan hingga kuyup, mereka tetap bersemangat saat menanam. Selain karena musim hujan, situasi tersebut adalah isyarat "restu" dari alam atas tindakan orang-orang muda yang memperlakukan alam secara positif.
Nah, tentu orang muda sebagai generasi produktif sudah seharusnya menaruh kecintaan terhadap lingkungan yang telah menjadikannya hidup. Sumber mata air sebagai nadi kehidupan pun perlu dirawat agar tidak timbul nanah dari luka-luka yang mendatangkan air mata bagi mata air. Sebelum akhirnya ada air mata, jaga dan timanglah mata air itu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H