Kembik #1
:kepadaSi Binatang Jalang
Kembikmu tentang tawa dari segala
bahkan pada Ida yang mengulum sukma
tapi kau lupa      Â
bahwa syair tak semegah suara.
Kembikmu mencengkeram
gemanya membungkam
itu riwayat aksara
rahim imaji yang tak lekang.
Kendati raga dikandung liang
tapi ruhmu tetap, ada
di rahim anak-anak aksara.
Warisan, ibadah puisi
tiada pekat
tiada sekat
bebas
napas, sajak-sajak.
Semestinya kami mengembik
biarlah rahim-rahim imaji dicabik.
______
Kembik #2
:kepada si Binatang Jalang
Diammu tersirat sekarat emas
risih dalam khusuk doa
bahwa hina adalah karib naas
di pintu-Nya surga tertawa.
Geliatmu keciprat ronta usang
tak layak dikungkung waktu
Aku ini binatang jalang!
tak hentinya kau menggerutu
mengunya detik yang malang
menghempas erang jiwa, lemau.
Kembikmu merasuk sumsum nubari
di kekinian masih tersimpan mimpi
kisah seribu tahun cahaya
harimu dan hari-hariku nyaris tiada beda.
Biarlah dalam tembang
ada celoteh tentang kenang
bahwa syair ialah sandiwara
jiwa bagi penenun kata
yang tak lelah memintal sesaji
itu kata, rahim segala imaji.
______
HETanouf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H