Mohon tunggu...
Herman Efriyanto Tanouf
Herman Efriyanto Tanouf Mohon Tunggu... Penulis - Menulis puisi, esai, artikel lepas

Founder dan Koordinator Komunitas LEKO Kupang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memungut Keping-keping Kehancuran "Manusia-manusia Patung"

31 Januari 2019   15:38 Diperbarui: 31 Januari 2019   15:53 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komunitas Penulis Kompasiana Kupang dan NTT

Di sana ada satir-sarkas bahwa belaskasihan tidak lebih dari cemooh sosok-sosok di sekitar "aku". Mesin-mesin yang berperan untuk merobohkan adalah gambar penolakan (sosial) terhadap si "aku', manusia tidak berdaya, manusia tidak berguna, manusia patung, manusia sampah, manusia yang sebaiknya mati saja.

Sehingga pada bagian /5/ sekaligus penutup puisi, Gufak menggambarkan sosok "aku" yang telah mati sebelum meninggal. Si "aku" bukanlah siapa-siapa. Ia hanyalah patung (bukan karya seni). Adanya hanya "memperkosa" kehidupan itu sendiri. Ya, si "aku" adalah potret dari manusia-manusia patung yang membangkang kehidupan yang seharusnya dihidupi. Hidup itu memuakkan, mati saja lebih baik. Setelah mati, mati lagi.

Dalam puisi "Aku" karya Chairil Anwar ada intensi tentang individualitas yang berusaha bebas dari situasi keterkungkungan tanpa adanya kekuatan luar. Atau intensi yang selaras dengan konsep Friedrich Nietzsche (Filsuf Eksistensialisme) bahwa penderitaan mengajarkan agar manusia kuat. Nah, Manusia-manusia Patung adalah kebalikan dari puisi "Aku". Jika Chairil ingin hidup seribu tahun lagi, maka Gufak menggambarkan sosok yang ingin mati seribu tahun lalu.

Baiklah setelah masuk, kita coba keluar lagi untuk melihat sepintas si "aku" dalam Manusia-manusia Patung dari radius sejarak cinta dan benci. Bisa jadi, melalui puisi tersebut Gufak menyikapi realitas yang tidak bisa dipungkiri. Bahwa di sekitar pembaca atau pembaca itu sendiri adalah "aku" dan "aku yang lain".

Ada indikasi bahwa dalam kehidupan ada sosok-sosok yang sengaja diasingkan atau mengasingkan diri, entah dalam lingkup sosial, politik, budaya, ekonomi, dll. Namun demikian, sebagai individu perlu ada perjuangan untuk menjalani kehidupan itu sendiri. Seperti Chairil yang dengan "sombong" meramu kekuatan untuk bebas dari segala bentuk penderitaan tanpa pengaruh kekuatan di luar dirinya.

Memang, adanya individu tidak bisa terlepas dari orang lain. Ingatlah "zoon politicon"nya Aristoteles (filsuf Yunani) atau konsep Adam Smith (filsuf berkebangsaan Skotlandia) tentang homo homini socius. Tetapi perlu diingat pula bahwa dalam lingkup sosial, manusia bisa saja menjadi serigala bagi sesamanya (homo homini lupus, Thomas Hobes).

Artinya lingkungan sosial tidak seharusnya membuat nyaman keberadaan individu. Kalau usaha untuk menghidupi diri sendiri saja tidak mampu, bagaimana mau memberi sumbangsih terhadap lingkungan sosial? Hidup itu adalah pertarungan, yang menang akan tetap hidup, yang kalah sudah tentu mati.

"Manusia dikutuk untuk bebas; karena begitu terlempar ke dunia dia bertanggungjawab atas semua yang dia lakukan" (Jean-Paul Sartre, filsuf Prancis). Bisa jadi Manusia-manusia Patung adalah sangkalan atas pernyataan tersebut. Ialah sosok yang setelah dikutuk untuk bebas, ia lalai akan segala bentuk tanggungjawab, termasuk dirinya sendiri. Seperti patung, layaknya dirobohkan.

Sebagai bagian dari penutup, apresiasi setinggi-tingginya diberikan kepada penulis (Gusty Fahik) yang telah "melahirkan" puisi luar biasa ini dari rahim imajinasi. Pembaca makin tertantang untuk tidak sekedar membaca puisi-puisi santai yang berseliweran di mana-mana, tetapi perlu membaca puisi-puisi sebagaimana Manusia-manusia Patung.

_____________

Kupang, 31 Januari 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun