Kali ini bersama angin aku ingin
menjamah wajah
kau yang lelap dalam sembap
di pembaringan sarat air mata.
Ada iri yang purba
pada empuk di kepalamu
adanya lebih setia
dari gerutu kepada waktu.
Berkali-kali aku ingin
angin membawa riwayat
ini rindu yang sekarat
dalam bisik di kanan telingamu.
Kau tahu hembus tiada nada
saat tangan terlampau gegabah
menjamah setiap isyarat
tanpa kata di kiri telingamu.
"Perempuanku!"
Kesekian kalinya aku ingin
hangatnya napasmu
menerpa sisa-sisa rindu di ini dada, dan
sesaat kita lupa kisah air mata.
Ada merdeka di sana
ialah urai rambutmu, yang
menggelitik pori nganga
memanggil datangnya tawa.
Dan kita lupa
entah berapa kali ada merdeka
hingga angin cemburu
setelah tubuh-tubuh menyatu lalu layu.
__________
Insaka, 2018/2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H