Apalah artinya membina moral dengan cara amoral? Mungkinkah ini jawaban atas kegelisahan Jokpin bahwa kota akan kehilangan dia bila ia tak lagi di sana? Setelah VA, siapa lagi yang pantas untuk dihakimi? Apakah semua yang memberi opini dan komentar sampah adalah manusia-manusia tanpa celah dosa? Pantaskah warna dan ukuran pakaian dalam bahkan kebutuhan selang**ngan menjadi urusan publik? Bukankah sudah ada proses penghakiman yang layak? Mari, semua kita berefleksi.
Memposisikan VA dan pihak lainnya dalam puisi Perempuan Jakarta sama saja menambah luka dan derita yang telah mereka cipta. Sadarlah bahwa tubuh yang ditelanjangi turut melukai jiwa/ batin mereka.
* * * * *
Insaka, 10 Januari 2019
Herman Efriyanto Tanouf