Mohon tunggu...
Herman Matius
Herman Matius Mohon Tunggu... -

math

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Azas Manfaat Dalam Kebaikan

6 April 2015   09:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:29 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Azas Manfaat Dalam Kebaikan

Saya pernah memperdebatkan sendiri apakah salah memberikan sumbangan atau apapun kepada pengemis atau peminta sumbangan di jalan asalkan kita ikhlas dibandingkan kita harus mengetahui kemanakah sumbangan itu dialirkan?

Apakah hanya karena ikhlas saja kita sudah dapat pahala? Atau lebih tepatnya pertanyaannya adalah: Apakah jika kita tahu sumbangan kita ke tangan yang tidak jelas, kita sengaja berkata yang penting ikhlas, itu pahala. Atau saya kasih contoh lebih kongkrit. Kita tahu setiap hari  ada seorang pengemis di jembatan karena tiap hari kita lewat di sana? Apakah kita memberikan uang ke dia termasuk pahala?

Bagi saya jawabannya tidak karena seharusnya kita sudah tahu tanpa dengan sistem uang kita tidak akan berguna. Ya, dengan kata kasarnya, jawabannya adalah ya, itu adalah pahala bagi Anda yang bodoh yang tidak tahu bahwa pengemis itu palsu dan lain-lain. Maafkan kata kasar saya, kadang diperlukan.

Beranjak dari pemikiran "Jika ingin membantu, harusnya membantu dengan tuntas atau dengan sistem" dan "Seharusnya sumbangan kita jatuh ke orang yang tepat". Saya disini untuk posisi mengajak saudara-saudara untuk berpikir lagi. Ada dua cara: cara formal dan cara non formal. Cara formal melalui lembaga yang terpercaya dan cara non formal melalui diri sendiri dan orang yang mengaku lembaga di tengah jembtan meminta sumbangan tanpa identitas jelas. Berikut perbedaannya.

1. Cara formal

Seharusnya jika kita menyumbang ke PMI, yayasan jantung Indonesia, dll, kita tahu kemana uang kita. Artinya uang kita masuk ke orang yang benar. Artinya sumbangan kita berguna.

2. Cara non formal

Melalui orang yang meminta sumbangan di  jembatan dll. Apakah Anda yakin uang Anda masuk ke tempat yang benar walaupun ia mengatasnamakan palang biru Indonesia, Yayasan Pesan Tren, Rumah Yatim Piatu, dll.

Pertanyaan terakhir.

Apakah Anda sudah menyumbang di PMI? sudah menyumbang di suatu yayasan resmi dll. Saya mengajak kita semua untuk menyumbang secara bulanan melalui yayasan terpercaya seperti PMI, rumah yatim yang telah Anda pastikan, perpustaakaan, lembaga, dll. Pastikan mereka benar ada dan terpercaya.

Dibanding uang kita ke orang yang tidak tepat, atau mungkin tepat tapi tidak terlalu berefek. Sistem lebih baik daripada kita sndiri. Alangkah baiknya kalau sistem yayasan itu berjalan sempurna.

Okay. Saya mengerti bagi Anda atau kelompok Anda yang berhati mulia mempunyai yayasan dan ingin beraprtisipasi membantu masalah sosial. Akan tetapi, alangkah bagusnya Anda memikirkan cara lain meminta sumbangan. Jangan cuma di jembatan dll. Anda juga tidak mau kan, kalau ada yang mengaku dari yayasan Anda berlaku sama meminta sumbangan disana. Lakukanlah dengan sempurna.

Dan saya juga mengerti bagi Anda yang tidak percaya dengan siapapun dengan lembaga apapun. Kalau gitu lakukanlah sendiri, buatlah sistem yang lebih baik.

Maafkan tulisan yang acak adul ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun