Ada tiga pelajaran penting yang saya peroleh selama mengikuti kotbah online menjelang dan merayakan Tri Hari Suci tahun ini. Tiga poin tersebut adalah a) kita melakukan hal yang baik bukan karena kita hebat apa lagi supaya kita dianggap hebat, tetapi karena kita takut kepada Tuhan dan malu kepada sesama (Mgr. Antonius Subianto Bunjamin); akibat dari itu adalah b) penderitaan karena penolakan dan pengkhianatan oleh para sahabat dan orang-orang terdekat kita seperti yang dialami Yesus (Paus Fransiskus Asisi); dan penolakan itu juga menjadi derita keluarga dan orang-orang terdekat kita, seperti c) Maria Pahlawan dalam kebisuan (P. Antonius Komi Koffi).
Dalam banyak hal, berpegang teguh pada prinsip akan berakibat pada permusuhan dengan banyak orang bahkan orang-orang dekat. Yesus sendiri mengalami penolakan dan pengkhianatan, sampai dijual dan tidak diakui oleh para rasulnya sendiri. Penderitaan penolakan dan pengkhianatan ini sudah diantisipasi kita yang memutuskan secara sadar jalan penderitaan (salib) tersebut.Â
Tetapi orang-orang dekat yang tetap mencintai kita seperti orangtua dan anggota keluarga kitapun mengalami penderitaan yang lebih menyakitkan lagi, karena di luar rencana mereka sendiri. Seperti Maria yang sangat menderita melihat anak, darah dagingnya, yang didera sampai mati secara mengenaskan di Golgota. Demikian juga keluarga dan orang-orang yang mengasihi kita sering ikut menjadi korban prinsip dan pilihan hidup kita. Maria dijuluki Pahlawan Hening (Silent Hero). Keluarga dan para sahabat adalah pahlawan dalam keheningan demi kesetiaan dan dukungan kepada kita.
Maka, mohon maaf kepada semua mereka yang telah setia dan mendukung saya dalam menjalani pilihan hidup saya yang terlalu sering penuh pengkhianatan, penyangkalan, dan penindasan. Kita mengambil pilihan yang berbeda bukan karena kita hebat apa lagi sombong, tetapi karena kita takut kepada Tuhan yang telah memberikan kita nurani, untuk membedakan mana yang baik dan benar.Â
Kita juga merasa malu dengan mereka yang telah mewariskan prinsip hidup kepada kita dan juga mereka yang meletakkan harapannya kepada kita. Hidup dan persoalan hidup kita belum apa-apa dibandingkan dengan jalan penderitaan Yesus hingga kayu salib dan Bunda Maria yang mengikuti Puteranya hingga memangkunya setelah diturunkan dari palang pehinaan dan simbol kekonyolan bagi mereka yang memiliki perspektif berbeda.
Kebangkitan Kristus mengajarkan kepada kita untuk tetap percaya ada cahaya di ujung malam nan gelap. Cahaya lilin paskah 2020 kiranya tidak berhenti bernyala untuk mengenyahkan kegelapan malam, bintang kejora itu tak kunjung terbenam, yakni Dia yang setelah kembalinya dari orang mati, menerangi bangsa manusia dengan cahaya-Nya! Selamat Pesta Paskah!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H