Cukup banyak film bertemakan tentang hubungan orang tua dan anak dengan berbagai genre, mulai dari serius sampai dengan balutan humor. Film AR2Q juga menceritakan tentang itu. Sebuah film yang ringan plotnya,Â
Ali (Iqbal Ramadhan) ditinggal pergi ibunya merantau ke New York untuk mencoba menjadi penyanyi sejak usia 5 tahun. Semua surat-suratnya tidak pernah berbalas, hingga usia dia sudah 17 tahun, pasca wafatnya sang ayah dia menemukan seuah tiket pesawat yang dikrimkan ibunya bertahun tahun yang lalu untuk dia dan ayahnya menyusul ke New York. Akhirnya Ali memutuskan mengontrakkan rumahnya agar memiliki dana untuk mencari ibunya.Â
Di New York dia menemukan alamat ibunya pernah tinggal, namun dia hanya bertemu dengan beberapa wanita dewasa asal Indonesia dengan segala tingkah polah mereka. Party (Nirina Zubir), satu satunya yang ibunya Mia (Marissa Anita), lalu Biyah (Asri Welas), Cintha (Happy Salma) dan Ance (Tika Panggabean). Di tengah proses pencarian itu Ali berkenalan dan jatuh cinta dengan Eva (Aurora Ribero) putri Ance.
Ali memang bertemu dengan Ibunya, namun ternyata tidak berjalan seprti yang dia harapkan.Â
Film yang dibuat berdasarkan naskah ditulis oleh Gina.C.Noer (Habibie dan Ainun, Bebas, Dua Garis Biru) bersama Muhammad Zain ini termasuk sangat biasa. Bahkan untuk seorang sutradara Lucky Suwandi ini film yang paling ringan yang pernah dia garap.
Naskah film tidak menjadikan pertemuan ibu dan anak sebagai klimaks, tetapi menjadi pembuka konflik. Kalau ternyata ayahnya menceraikan ibunya, dan Mia, sang Ibu tidak dapat ikut pulang ke Indonesia sudah menikah lagi dan punya anak yang masih kecil.
Kisah ini tidak juga hanya berkutat kepada hubungan Ibu dan anak, tetapi naskah terbagi kepada subplot empat wanita jomblo asal Indonesia yang mengejar impian untuk berhasil. Ke empat wanita ini juga terlibat dalam membantu Ali mencari sang ibu, mendukungnya untuk berjuang. Ketika konflik antara Ali dan ibunya muncul ke permukaan, rasa frutasi itu kemudian menarik serta ke empat wanita itu.Â
Apa yang suka dari film ini adalah, cara membuka konfliknya, cara bertuturnya, penempatan lagu lagu yang tepat, angle pengambilan gambar suasana Queens, New York. Lucky mengeksekusi naskah ini dengan cara berutur yang sangat ringan sekalipun ada monolog yang filsofis tentang makna kebahagiaan.
Belum lagi ke empat sekawan dalm film ini, benar benar mencuri perhatian, dan di sini saya setuju kalau Asri Welas sangat menonjol, walaupun Happy Salma, Tika, dan Nirina juga tampil bagus dan hubungan emosional antar empat sahabat yang alami. Auroroa juga tampil menambahkan sisi manis dalam film ini.
Adegan yang terkuat justru di menit ke 36, dimana Ali pertama kali (akhirnya, sekalipun bukan akhir cerita) bertemu dengan Mia. Sinar mata yang ditunjukkan oleh Iqbal dan sorot mata yang terkejut oleh Marissa, senyap namun cukup menggambarkan emosi yang muncul.Â