Mohon tunggu...
Herman Susanto
Herman Susanto Mohon Tunggu... Human Resources - Film, Musik, Kuliner

Suka U2, Dewa, Wolverine, Batman, Marvel, Coklat, masakan ayam, sate, rawon, bakso, warna hitam, putih, abu abu, biru.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"The Call of The Wild", Bukan Klasik, tetapi Menggirangkan Hati

23 Februari 2020   21:03 Diperbarui: 23 Februari 2020   21:03 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel legendaris karya Jack London ini sudah berulang kali di filmkan. Dari semua versi yang paling dikenal adalah yang dibintangi Clark Gable (1935). 

Kini setelah 85 tahun, Disney melalui anak perusahaannya 20th Century Fox meluncurkan The Call of the Wild dan menggunakan full CGI untuk menampilkan kawanan anjing penarik kereta pengantar surat.

Film ini beriksah tentang Buck -- seekor anjing besar jenis St. Bernard Collie -- yang dipelihara oleh Hakim Miller yang terpandang. Buck adalah anjing yang sangat enerjik, cerdik dan manja. Dia sepertinya tahu bahwa tidak ada 1 orangpun di kota yang berani menyentuhnya bila dia bermain sesuka hatinya. 

Suatu hari dia mengacaukan sebuah pesta ulang tahun yang berakibat dia dihukum untuk tidur di luar, tanpa menyadari bahwa dia sudah lama diincar oleh penjual anjing ilegal. Akhirnya dia diculik, dan dibawa ke Yukon, sebuah daerah jauh di pedalaman Canada untuk dijual.

Di sinilah Buck sang anjing bangsawan merasakan pedihnya kehidupan, tidak menikmati makanan yang dimasak khusus, bersama kawanan anjing lain menarik kereta salju pengantar surat bersama pasangan petugas pos yang baik hati Perault (Omar Sy) dan Francois (Cara Gee) hingga pemilik baru yang kejam Hal (Dan Stevens) dan akhirnya bersahabat dengan penambang emas tua bernama John Thornton (Harrison Ford) yang menyelamatkannya dari kematian. 

Petualangan ini membawanya menemukan jati dirinya sebagai anjing pemimpin ksatria, belajar tidak mementingkan kesenangan diri, pengorbanan, dan bahkan jatuh cinta pada serigala putih betina.

Memang film ini tidak akan menjadi tontonan klasik terutama karena justru penggunaan CGI nya demi menangkap emosi hewan hewan tersebut, namun ada kalanya terlihat "terlalu manusia" -- ini mungkin karena sutradara Chris Sanders (Trilogi How To Train Your Dragon) lebih mempertimbangkan penonton anak-anak. 

Namun saat yang bersamaan, ada adegan tertentu yang menurut saya membuat film ini lebih ke BO (Bimbingan Orang Tua) daripada SU (Semua Umur).

Film ini benar benar sebuah film yang menggirangkan hati, dan berhasil menyentuh dalam beberapa momen, terutama tingkah nakal Buck. Dibuka dengan narasi oleh suara Harrison Ford dan pada beberapa bagian menambah kesan yang kuat. 

Semua binatang yang ditampilkan full CGI yang nyaris 100% sempurna -- sepertinya agak disayangkan -- namun dengan melihat hasilnya dan terutama seringnya momen close up untuk menangkap emosi dari Buck,perasaan itu tergantikan. 

Ditambah dengan pengambilan alam hutan Yukon yang indah dan CGI untuk efek lingkungan salju serta salju longsornya benar benar menakjubkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun