Sebenarnya ini sudah termasuk basi, karena memang saya bahkan jauh dari kata amatir untuki review film.Dan saya harus menonton 2 film yang masih tayang sebanyak 2 kali untuk menentukan peringkat. Saya tetap menampilkan no.6 - 10 versi saya tetapi ulasannya lebih pendek. Ini dia.
1. GREEN BOOK ( 9,5/10 )
Apa yang mau saya bilang tentang film drama ini? Tema rasialisme bukanlah tema yang tidak dikenal, sudah cukup banyak film yang mengusung tema ini, namun yang bikin beda adalah 2 karakter yang saling belajar memahami dalam kondisi  dimana Tony Lip (Viggo Mortensen) seorang kulit putih berdarah Itali tulen menjadi supir dan asisten seorang pemain piano klasik pertama di dunia Don Shirley (Mahersala Ali) -- sebuah pemandangan aneh terlebih di area selatan Amerika Serikat di tahun 1960 an.Â
Tidak hanya saling belajar tentang budaya tetapi juga persahabatan yang mulai terjalin dan Tony Lip merasakan bagaimana pedihnya diperlakukan rendah karena disebut orang Itali adalah keturunan negro. Dan bagaimana kita diajarkan memahami bagaiman pediah hati seorang minoritas yang dihargai -- diberi tepuk tangan saat memainkan irama klasik, tetapi ruang ganti kostumnya adalah di gudang makanan kaleng dan toiltenya harus toilet umum diluar vila.Â
Dan bagaimana Don Shirley hidup dalam kondisi ia sulit diterima oleh kaumnya dan ia sehbeat apapun tetap dpandang rendah oleh banyak kaum kulit putih. Ini drama yang sangat kuat dengan akting mempesona dan elemen cerita yang menohok sekalipun tidak begitu provokatif dalam penyampaiannya.Â
2. ORANG KAYA BARU ( 9/10 )
Film OKB benar benar diatas ekspetasi saya. Film ini tidak menjual komedi slapstik. Duet Joko Anwar dan Ody C.Harahap benar benar berhasil mengocok perut sekaligus memberikan pesan berharga tentang bagaimana menghargai hidup dan nilai hidup apa yang tidak bisa dibeli dengan uang. Dengan premis yang beda dimana umumnya masalah muncul ketika dihadaipu kondisi nganggut, bangkrut atau ayah meninggal meningglkan hutang, maka ini ayah meninggal meninggalkan uang belasan milyar dan permsalahan serius justru dimulai setelah sttaus berubah menjadi ORANG KAYA (BARU).Â
Semua casting menjalankan peran dengan baik, Raline Shah menunjukkan perkembangan akting sejak ia tampil dalam "5 cm" hingga drama "Surga Yang Tak Dirindukan", ia bermain alami bersama dengan Cut Mini, Derby Romero, Â Lukman Sardi dan Fatih Unru yang betul betul memiliki momen dalam adegannya maupun bersama aktor lainnya yang lebih senior.Â
Menurut saya, missed nya hanya  film ini tidak bisa memberikan konklusinya yang lebih defenitif dan unsur dramanya tidak cukup bisa membuat kita baper karena kita sudah bertubi tubi dihujani tingkah norak para Orang Kaya Baru,namun overallnya ciamik.
3. THE MULE ( 8,5/10 )
The Mule menceritakan tentang seorang uzur veteran perang Korea bernama Earl yang dalam sepanjang hidupnya dari menikah hingga bercerai bahkan sampai memiliki cucu namun tidak mengenali apa yang bernilai dalam hidupnya. Sampai suatu ketika ia bangkrut lalu mengambil jalan pintas menjadi kurir narkoba --yang dia lakukan demi bisa menebus semua waktu yang ia tahu telah ia sia -- siakan. Dalam perjalanannya kemudian kita dihadapkan pada karakter yang membuat kita memiliki perasaan Nano Nano kepada karakter ini : dongkol, lucu, simpati dan iba.Â
Dan film drama ini benar benar memberikan pesan hidup yang sederhana namun menohok di hati : tentang waktu dan tentang keluarga. Kalau ada hal yang sedikit minus adalah film ini berjalan lamban dan total berfokus pada Earl, padahal ada agen DEA Collin Bates (Bradley Cooper) yang sedang melakukan hal yang sama -- dan tidak digambarkan cukup obsesif untuk mengejar "sang Kuriri" yang sulit dideteksi, sehingga saat dua karakter ini bertemu, pesan yang diberikan kurang memberikan efek simultan. Namun demikian narasi film ini menghanyutkan dalam permainan alur cerita emosi atau riang yang tertata sangat rapi hingga bisa diibaratkan kita hendak menuju suatu kota via jalan raya,kita hanya perlu mengikuti jalan sesuai petanya.
4. INSTANT FAMILY ( 8 / 10 )
 Ini sebuah film keluarga yang juga berdasarkan pengalaman hidup sang sutradara. Dimulai dari kesepakatan sepasang suami istri Pete (Mark Wahlberg) dan Ellie (Rose Byrne) yang memutuskan mengadopsi anak. Dan akhirnya mereka mengadopsi Lizzy (Isabel Moner) yang sudah mulai beranjak remaja beserta 2 saudaranya Juan (Gustavo Quiroz) dan Lita (Julianna Gamiz). Masalah demi masalah silih berganti muncul mulai dari soal makan,pakaian hingga persoalan remaja.Â
Adapun kelemahannya film ini terbawa ke arah kekonyolan (alami,dan lucu) yang terjadi dan menyamarkan isu yang sebetulnya bisa ditampilkan lebih konkrit namun semua terbayarkan karena chemsitry natural di semua castingnya, apalagi akting si remja Isabel Moner yang naik daun setelah tampil bersama Mark Wahlberg (ini kerja sama mereka yang ke 2) dalam Transformers The Las Knight, lalu tampil berkarakter dalam drama crime action "SICARIO : Day of SOLDADO". Film ini memberi kita pelajaran tentang bagaimana membangun keluarga dengan cara yang sangat menghibur, lucu penuh kehangatan.
5. ESCAPE ROOM ( 7,5/10 )
 Escape Room? Yah.Escape Room. Ini sebuah contoh lagi sebuah film dengan premis receh budget kecil namun hasilnya bagus -- budget US$9 juta dengan income brutto lebih dari US$100 juta dari AS dan luar AS. Ceritanya rada receh, tapi thrillernya sangat menghibur. Premisnya simpel, ada 6 orang dengan mendapat undangan khusus untuk mengikuti permainan Escape Room dengan imbalan uang. Begitu mereka berkumpul mereka tidak menyadari permainan sudah dimulai dan benar benar maut.
Memasuki permainan demi permainan korban jiwa mulai berjatuhan dengan tragis. Dan dalam permainan demi permainan setiap tokoh menunjukkan karakter sebenarnya. Setting ruang jebakannya atau teka tekinya tidak ada yang luar biasa dan ruang yang unik adalah ruang bar dan itu adegan yang paling seru dengan menebak siapa yang akan mati duluan dan yang mati ternyata tidak diduga.
Yang bikin film ini tidak bisa mendapt nilai lebih tinggi adalah ketika premisnya yang receh itu : sekelompok orang yang sangat kaya raya yang haus hiburan darah dengan menyewa seorang E.O untuk membuat Escape Room. Namun, rapihnya sutradara dengan efek yang biasa saja namun sukses membangun keseruan demi keseruan.
6. THE UPSIDE Â ( 7/10 )
 Remake dari film drama komedi Perancis yang fenomenal The Intouchables (2011) -- tentang seorang mantan napi kecil Dell (Kevin Hart) yang menerima pekerjaan sebagai penjaga seorang tua kaya peyandang disabilitas (lumpuh) bernama Phillip (Bryan Canston). The Upside tidak sekuat aslinya namun kekocakan Kevin Hart menghidupkan semua chemistry bersama Bryan Canston
7.PREMAN PENISUN Â ( 7/10 )
Film ini kocak, dan jujur saya tidak menyangka kalau tanpa sosok Didi Petet film ini tidak kehilangan greget, editing lompatan tek tok dari 1 adegan ke adegan lain sangat unik. Sayangnya, endingnya semestinya lebih bisa emosional,namun tidak menyentuh demikian juga unsur dramanya. Tetapi ini film unggul dari sisi komedi situasi yang alami dan edit tek toknya.
8.UNSTOPPABLE Â ( 7/10 )
Film ini crime drama Korea  ini cukup asik diikuti,tentang seorang suami (ternyata mantan preman petarung paling maut) yang apes seapesnya karena investasi udang lobsternya ga jelas dan istrinya diculik mafia human trafficking. Sayang konstruksi cerita yang dibangun rada bertele tele,tetapi film ini lumayan asik.
9.GLASS Â ( 7/10 )
Bila ada salah satu contoh trilogi yang anti klimaks dalam segala hal adalah film ini.Cerita film ini sama sekali tidak buruk.Tetapi eksekusi finalnya dan pertarungannya juga buruk membuat kejeniusan (ide superhero super vilain anti versi komik) ini menjadi kehilangan taji. Padahal eskpetasinya score 9.
 10.DREAD OUT  ( 6,5/10 )
Bagi saya,alasan menonton ini adalah nama sutradaranya Kimo Stamboel yang merupakan salah satu sineas pelopor horor slasher. Film filmnya seperti Rumah Dara (Macabre), Killers, dan film action thriller Headshot menjadi bukti. Namun narasi yang dibangun efektif, tidak ada romansa cinta monyet, tidak mengandalkan jumpscare.Â
Kimo mengeksplore tindakan,reaksi putus asa dan ketololan yang dilakukan para karakter yang usia remaja dihadapkan pada situasi diluar nalar sehat. Film adaptasi game online ini bisa lebih bagus kalau CGI yang dipakai lebih baik, dan Kimo menurunkan standar "sadis" nya justru menjadi poin lemah. Tapi bila Kimo mau buat sekuelnya,ada harapan bisa jadi lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H