Mohon tunggu...
Herman Wijaya
Herman Wijaya Mohon Tunggu... Administrasi - Pedagang tempe di Pasar Depok

berminat dengan tulis menulis

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Jika Presiden Jokowi dan Menkeu Sri Mulyani Tahu, Mereka Akan Sedih

12 Desember 2018   20:07 Diperbarui: 13 Desember 2018   06:13 820
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menpar Arief Yahya sedang menyangi. (Dok. Pribadi)

Bagaimana Pusbang Film menunjuk pelaksana yang itu-itu juga selama dua tahun, apakah melalui penunjukkan langsung atau tender? Cuma merekalah yang tahu. Patut diduga ada monopoli dan anti persaingan usaha, kalau dalam terminologi bisnis. Siapa yang diuntungkan, direka-reka sendirilah.

Apakah proyek yang sudah berjalan dua tahun itu sudah menunjukkan hasil, dalam arti lahir kritikus-kritikus film baru? Kalau diamati dari media-media yang bertebaran, baik cetak maupun online, penulis kritik film ya itu-itu juga orangnya. Pemenang lomba pun ada yang itu-itu juga.

Jumlah peserta lomba pun, walau dibilang melonjak secara signifikan, faktanya sangat jauh dibandingkan jumlah yang mengikuti semiloka kritik film, dikalikan film-film yang diproduksi. Itu kalau semua ditulis. Katakanlah 10 persennya saja, jumlah film yang ditulis, termasuk tulisan dari kategori lain. Masih sangat sedikit.

Anehnya, dalam lomba yang dibagi dalam beberapa kategori, seorang penulis bisa menyabet hadiah lebih dari satu kategori. Seperti perenang yang bisa menyabet medali dalam gaya punggung, gaya dada, gaya kupu-kupu dan gaya bebas sekaligus. Dan dalam lomba yang diadakan oleh Pusbang Film ini panitia semiloka kritik boleh ikut dan bisa menjadi juara.

Semua memang punya cara. Hukum juga punya celah yang bisa diterobos.

Di era digital ini apa yang dilakukan oleh Pusbang Film adalah sebuah kemandekan kreativitas. Aneh,  untuk mengajar orang menulis kritik film harus memboyong panitia dan para pembicara dari Jakarta, kemudian mengadakan kegiatan di hotel-hotel mewah. Seharusnya Pusbang sudah bisa memanfaatkan teknologi digital untuk mensosialisaikan atau menyebarluaskan ilmu penulisan kritik film.

Lahirnya Pusbang Film untuk menangani perfilman ternyata hanya meneruskan budaya lama yang dilakukan oleh Direktorat Film di mana Departemen Penerangan, Kemenparekraf dan Kemenbudpar.

Kalau Presiden Joko Widodo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani mengetahui acara itu, mungkin mereka sedih.

Jumat, 7 Desember 2018, Kementerian Pariwisata mengadakan Malam Anugerah Pewarta Wisata Indonesia 2018,  di Balairung Soesilo Soedarman, Kementerian Pariwisata.  Acara akan dihadiri oleh Menteri Pariwisata dan para pejabat Asosiasi Bidang Pariwisata.

Setelah makan malam, acara dibuka dengan menyanyikan lagu "Indonesia Raya" diiringi oleh orkestra mini yang didatangkan khusus untuk memeriahkan acara tersebut.

Diselang-seling oleh tari-tarian dan penampilan kelompok penyanyi Surya Vokalia, nama-nama pemenang lomba diumumkan. Pembaca nama-nama pemenang terdiri dari beberapa wartawan, pejabat-pejabat di Kemenpar dan Putri Pariwisata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun