Mohon tunggu...
Herman Wijaya
Herman Wijaya Mohon Tunggu... Administrasi - Pedagang tempe di Pasar Depok

berminat dengan tulis menulis

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Syuting Film Penuh Tawa bersama Penyandang Disabilitas

1 Desember 2018   12:24 Diperbarui: 1 Desember 2018   15:02 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengambilan gambar sedang berlangsung. Para pemain beraksi menunjukkan akting terbaik mereka. Semua kru yang terlibat, bekerja dengan serius. Boomer yang sedang memegang tongkat mike untuk merekam audio, juga tak kalah serius, meski pun lehernya sudah basah oleh keringat.

Suasana tersebut tiba-tiba pecah. Bambang, juru kamera yang tak kalah serius dalam bekerja, tiba-tiba berteriak keras. "Wuaaaah! Hu.., hu..., hu..!" sambil menggerak-gerakan tangan.

Tidak sampai di situ, dia langsung mendekati seorang pemain, dan menuntunnya untuk melakukan blocking yang benar. Cara Bambang menunjukkan kesalahan sang mentor dan membenarkannya, sangat serius. 

dokpri
dokpri
Tingkah Bambang justru membuat suasana tegang mencair. Hampir semua yang ada di lokasi ketawa. Boomer sempat nyeletuk, "Kalau mau stop ngomong dong!"

Yang lain ninpalin. "Itu dia udah ngomong!"

Tentu saja Bambang tidak mendengar. Dia seorang tunarunggu. Pemain yang dibimbingnya untuk melakukan blocking dengar benar agar tidak "out" dari kamera adalah Guntoro Sulung, seorang juru kamera senior, sutradara film yang mentor akting dalam syuting itu.

Celetukan-celetukan spontan tidak bermaksud melecehkan, tetapi membuat suasana terasa segar, penuh tawa. 

dokpri
dokpri
Begitulah suasana dalam latihan membuat film untuk para penyandang disabilitas yang diadakan oleh Komunitas Cinta Film Indonesia (KCFI) bekerjasama dengan Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) dan Yayasan Citra PPHUI di Inovation Room Connection Gedung Kemenaker, Jl. Gatot Subroto Jakarta, Jum'at (30/11/2018).

Suasana syuting yang dilakukan oleh para penyandang disabilitas terkesan serius dan santai. Apalagi Bambang yang bertindak sebagai juru kamera sering menghentikan syuting tiba-tiba dengan gayanya yang khas. Bambang juga memikiki asisten penyandang disabilitas runggu. Keduanya berbicara dengan bahasa isyarat yang hanya dimengerti oleh mereka. 

"Sebetulnya memang juru kamera tidak boleh menghentikan pengambilan gambar. Itu kan domainnya sutradara. Tapi dalam membimbing anak-anak disabilitas ini kita tidak boleh terlalu kaku. Kita biarkan aja, supaya mereka merasa diorangkan. Mereka kan bangga bisa punya otoritas di sini," kata Guntoro Sulung, salah seorang mentor.

Menurut Guntoro, ketika pertama kali diajak praktek pembuatan film, umumnya para penyandang disabilitas malu-malu, takut, mungkin merasa memiliki kekurangan. Tetapi dengan penuh kesabaran para mentor membimbing mereka, sehingga mereka semakin percaya diri.

Dari berbagai penyandang disabilitas diarahkan sesuai dengan minat dan kemampunya. Penyandang disabilitas runggu pria kebanyakan memilih sebagai juru kamera, menulis cerita atau tata cahaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun