Seperti yang kita ketahui, peringatan bulan bahasa adalah acara rutin tahunan yang dilaksanakan setiap bulan Oktober. Acara ini tidak lain adalah untuk meningkatkan kecintaan bangsa Indonesia terhadap bahasa persatuannya, yaitu Bahasa Indonesia. Bangsa Indonesia terdiri dari beragam suku dan bahasa. Tercatat oleh Badan Pengembangan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ada sekitar 718 bahasa daerah di Indonesia pada tahun ini. Belum lagi maraknya penggunaan bahasa asing karena pengaruh globalisasi. Hal ini mengkhawatirkan akan melumpuhkan bahasa persatuan yang tertanam sejak dulu.
Sumpah pemuda yang jatuh pada 28 Oktober 1928, menjadi latar belakang mengapa bulan Oktober menjadi bulan yang disebut-sebut sebagai peringatan bulan bahasa. Putusan Kongres Pemuda II ini, secara resmi dibacakan pada 28 Oktober 1928 dan berbunyi:
"Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.Kami Pura dan Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia."
Kita tidak dapat menutup mata dan memalingkah wajah dalam hal ini. Isi sumpah pemuda pada bait terakhir sudah sangat kuat menjadi alasan mengapa bulan bahasa ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan isi sumpah pemuda. Para pemuda itu, berasal dari banyaknya suku bangsa di Indonesia, mereka menggunakan bahasa yang berbeda-beda.Â
Hal tersebut menyulitkan para pemuda untuk dapat memahami arti dan berkomunikasi. Maka dari itu mereka memutuskan untuk menjunjung tinggi bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Dengan hal ini diharapkan pemuda pada masa mendatang dapat melestarikan bahasa persatuan dan menghargai setiap bahasa daerah masing-masing suku bangsa.
Masa pandemi covid-19 ini, telah meresahkan berbagai elemen masyarakat. Segala kegiatan perekonomian dan pendidikan banyak yang lumpuh. Banyak kegiatan yang tertunda atau bahkan dibatalkan pada masa pandemi ini. Sektor perekonomian yang lumpuh mengakibatkan lumpuhnya sektor-sektor lainnya, sebagai contoh sektor Pendidikan. Pandemi ini memaksa para siswa hingga mahasiswa untuk belajar secara daring.Â
Mewajibkan seorang akademister memiliki alat penunjang belajar-mengajar seperti laptop dan handphone yang memerlukan banyak kuota internet. Perayaan peringatan bulan bahasa yang rutin dilaksanakan pada bulan oktober melahirkan sebuah masalah baru bagi pemerintah, para guru, penyelenggara acara (osis, bem) hingga lembaga pendidikan di Indonesia. Mengapa? Karena peringatan bulan bahasa tahun ini tidak bisa dilaksanakan secara tatap muka.Â
Acara bulan bahasa biasanya diselenggarakan dengan adanya lomba pidato, teater, pembacaan puisi, menulis cerpen, membuat artikel, hingga kegiatan ringan seperti literasi. Acara yang biasanya diramaikan dengan banyaknya tepuk tangan para penonton dan hadirin, kini tak lagi dapat dijumpai pada peringatan bulan bahasa tahun ini.
Pemerintah bersama dengan segenap pengajar seperti guru dan dosen, tetap melaksanakan peringatan bulan bahasa ini meskipun di tengah masa pandemi covid-19. Seperti yang dilansir Harian Media Indonesia, meskipun secara visual, Kemendikbud tetap mengadakan acara tahunan ini dan acara ini tak kalah meriah dibandingkan acara tahun-tahun sebelumnya. Acara ini disambut positif oleh para peserta.
Pemerintah kali ini mengambil tema Berbahasa untuk Indonesia sehat. Tema ini sebagai perwujudan keinginan seluruh elemen masyarakat di masa panemi covid-19. Indonesia sehat, bukankah itu yang diinginkan seluruh elemen masyarakat? Pada bagian inilah peran bahasa pada masa pandemi, yaitu mewujudkan Indonesia yang sehat.
Terdapat 17 kegiatan peringatan bulan bahasa yang diikuti oleh 11 ribu peserta. Salah satunya adalah Penghargaan Media Massa Cetak. Tujuan penghargaan ini guna mengapresiasi media massa yang secara konsisten menggunakan Bahasa Indonesia secara baik dan benar, sehingga hal ini memengaruhi penggunaan bahasa pada masyarakat umum yang membaca dan mendengar berita-berita dari media massa tersebut.
Para pihak akademis mengandalkan berbagai masukan dan saran, serta berkerja sama dengan pemerintah untuk mewujudkan terlaksanakannya peringatan bulan bahasa pada tahun ini. Dengan itu pemerintah memberikan sejumlah kuota internet gratis yang ditujukan kepada masyarakat kurang mampu dan pedalaman untuk dapat mengakses internet dalam rangka peringatan bulan bahasa. Sejumlah sekolah, kampus dan lembaga belajar lainnya menyelenggarakan lomba peringatan bulan bahasa. Dengan bekerja sama dengan perusahaan telekomunikasi Indonesia, kuota gratis untuk akses internet kini mudah di dapatkan. Sehingga tidak ada penghalang apapun untuk terselenggarakannya lomba.
Pihak penyelenggara juga memberikan sejumlah hadiah untuk menarik minat para peserta, khususnya pemuda yang disebut-sebut sebagai generasi penerus bangsa. Dengan persyaratan lomba yang mudah, fasilitas yang memadai dan antusias para peserta yang tak terbendungi, akhirnya acara peringatan bulan bahasa dapat dilaksanakan walaupun secara virtual.
Peserta lomba mendaftarkan diri, mengirimkan materi lalu saat hari perlombaan tiba, peserta biasanya akan diberi link untuk bergabung. Para penonton pun dapat mengakses link tersebut. Untuk menghindari terjadinya kecurangan, melihat kali ini lomba dilakukan secara visual, pihak penyelenggara membacakan aturan dan tata tertib perlombaan kepada hadirin dan peserta. Acara tetap akan dijalankan oleh seorang moderator dan juri sebagai penilai. Intinya semua dilaksanakan sama persis seperti perayaan peringatan bulan bahasa pada tahun0tahun sebelumnya tanpa mengurangi rasa antusias peserta.
Walaupun banyak penyelenggara lomba yang melangsungkan acaranya secara visual, tidak sedikit pula penyelenggara yang tetap melaksanakan peringatan bulan bahasa secara tatap muka. Tetapi acara tetap mengikuti protokol kesehatan seperti menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan, serta memakai handsanitizer. Biasanya peserta diperbolehkan melepas masker saat gilirannya telah tiba. Pembatasan peserta juga harus diperhatikan oleh pihak penyelenggara. Tidak sedikit pula pihak penyelenggara yang menuliskan persyaratan perserta untuk menyertai hasil tes rapid, hal ini dilakukan untuk memperketat protokol kesehatan dan menghindari penyebaran virus secara serius.
Kedua cara penyelenggaraan peringatan bulan bahasa tadi, memiliki kurangan dan kelebihannya masing-masing. Seperti pada pelaksanaan secara visual, persyaratan lebih mudah tetapi rasa dan suasana yang dirasakan oleh para peserta seperti terasa kurang. Sementara pada pelaksanaan secara tatap muka, rasa kecintaan terhadap bahasa Indonesia sangat terasa karena peserta datang ke lokasi perlombaan yang pastinya sudah di dekorasi bergaya ke Indonesiaan. Tetapi pelaksanaan dengan cara ini sangat rentan terjadinya penyebaran virus.
Terlepas dari kekurangan dan kelebihan kedua cara penyelenggaraan bulan bahasa, tujuan awal pelaksanaan adalah untuk meningkatkan kecintaan bangsa Indonesia kepada bahasa persatuannya dan melestarikan bahasa Indonesia sebagaimana yang telah dilakukan para pemuda pada terdahulu sampai menghasilkan sebuah sumpah pemuda. Hal ini menjadi peran mulia bahasa Indonesia di masa pandemi covid-19. Semangat akan cinta tanah air juga dapat dirasakan dengan terselenggarakannya acara perayaan bulan bahasa ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H