"Suasana kelas adalah penetu psikologis utama yang mempengaruhi belajar akademis."Â (Walberg&Greenberg,1997)
"Tulisan Raisya udah bagus Bu."
Tulis salah seorang siswa kelas dua SD dalam sebuah surat cinta sederhana yang dikirmkan pada guru kelas satunya.
"Kami merindukan Bu Herlin. Kami ingin belajar dengan ibu lagi. Kami berjanji akan menjadi anak yang baik bu." Tulis Wulan lagi di selembar kertas.Â
Saya kerap tersenyum kecil setiap kali membaca surat-surat sederhana dari para siswa di sekolah. Cara mereka mengeskpresikan rasa sayang pada seorang guru sungguh unik dan menggemaskan. Kalimat penuh pujian terus mereka layangkan. Tentu saja semua ini penuh ketulusan dan tak berharap nilai dan lain sebagainya. Sebab guru yang dikirimi surat tak lagi mengajar di kelas mereka.Â
Sejatinya kelas bagi seorang guru ibarat sebuah panggung. Tentu saja sang guru aktor utamanya. Sekira aktor utamanya menarik dan menyenangkan, tentu para audience akan ikut senang dan menikmati segala aktivitas yang ada di panggung. Bahkan para siswa yang menjadi audience akan dengan senang hati mengikuti segala isyarat dari aktor yang berada di panggung.
Seumpama para penonton gampang jenuh bahkan mulai menghilang satu persatu, kepiawaian aktor dan kondisi panggung perlu dievaluasi secara signifikan. Hindari sikap menyalahkan audience yang tak betah dengan kehadiran sang aktor. Akan lebih baik jika aktor utama evaluasi diri. Apa yang membuat penonton jemu.
Begitu juga dengan guru di kelas. Kondisi siswa yang tak terkendali bahkan mengabaikan semua pesan dari guru tentu ada penyebabnya. Faktor penyebab ini yang mesti dipelajari dan dicarikan solusi terbaiknya. Bukan menebar kemarahan dan mewariskan berbagai ancaman agar siswa manut.Â
Jika ingin menjadi guru yang kehadirannya selalu dinantikan siswa tentu ada treatment tertentu yang mesti dilakukan. Agar kehadiran kita sebagai seorang guru selalu dirindukan dan disenangi oleh siswa baik di kelas tinggi maupun di kelas rendah. Beberapa langkah yang saya tempuh hingga menuai cnta yang membanjir dari siswa diantaranya adalah sebagai berikut:
Satu. Selalu menyapa siswa. Setiap kali berpapasan dengan siswa baik di dalam maupun di luar area sekolah saya selalu menyapa mereka dengan hangat. Bahkan jika ada diantara mereka yang menghindar karena melakukan sebuah kesalahan,saya refleks mendekati mereka. Sembari memulai obrolan singkat penuh kejenakaan. Hingga komunikasi langsung cair.
Dua. Memberikan sapaan positif. Menyapa siswa dengan bahasa-bahasa positif dan menyenangkan. Siswa kelas rendah kerap disapa dengan menggunakan kata-kata sayang, my future, sohibku yang tampan, sohibku yang kece, dan lain sebagainya. Siswa kelas tinggi kerap disapa dengan menggunakan bahasa yang mereka senangi, seperti sister, brother, sohibku dan lain sebaginya.
Tiga. Cenderung menjadi problem solver di tengah siswa. Patut disadari bahwa siswa kita merupakan individu yang masih sangat muda. Mereka diantarkan ke sekolah agar bisa memperoleh pendidikan hingga bisa menjadi yang lebih baik. Tentunya akan ada peluang mereka melakukan kesalahan atau punya masalah. Saat ini terjadi, sebagai seorang guru hindari menebar kemarahan dan hukuman pada mereka. Upayakan menawarkan solusi dari problem yang mereka hadapi dengan bahasa dan fashion yang sesuai dengan mereka.
Empat. Membaur dengan siswa. Kerap membaur dengan siswa akan membuat mereka nyaman dengan kehadiran kita. Terkadang saya ikut bermain dengan siswa di jam istirahat. Seumpama mereka main tali, saya ikut bergabung. Walau tak jarang ini mengundang gelak tawa mereka. Tersebab selalu gagal melompati tali yang mereka rentangkan pada ketinggian tertentu.Â
Begitu juga saat mereka makan dan sedang ngobrol bersama. Saya ikut nimbrung. Beberapa kali saya sempatkan mengajak siswa makan di sebuah resto sederhana bin ekonomis. Tentu saja mereka ditraktir. Hehehe
Lima. Beri ruang maaf pada siswa. Sekira siswa melakukan sebuah kesalahan, beri mereka ruang maaf. Jangan mengungkit-ngungkit keasalahan yang pernah dilakukan di masa lalu. Apalagi sampai mengungkit kondisi keluarganya. Akan lebih bijak jika kita dengan setia memotivasi dan mengarahkan mereka menjadi pribadi yang lebih baik.
Enam. Sajikan suasana pembelajaran yang menarik, hangat dan mengasyikkan. Sesuaikan strategi dan media pembelajaran yang kita gunakan dengan kondisi dan kebutuhan siswa. Ketika hasil belajar siswa tak sesuai ekspetasi upayakan guru tetap menampilkan wajah rileks. Suntikkan semangat dan motivasi pada mereka, jangan menghadiahkan bentakan. Cara mengajar kita diperbaiki bukan siswa yang disakiti saat hasil belajar mereka tak tuntas. Sering-sering memberi reward, pujian dan penghargaan terhadap hasil kerja mereka. Hindari memberikan punishment yang berlebihan.
Sebagai seorang guru yang baik kita mesti selalu berupaya memancing agar energi positif pada siswa membanjir. Bukan menghadirkan berbagai tekanan hingga tanpa disadari membunuh potensi mereka.
Semoga bermanfaat.
Oretan Pasca Subuh di Ruang Mimpi
Jum'at, 17 September 2021
Bahan bacaan:
Quantum Teaching; Bobbi DePorter, Mark Reardon, Sarah Singer-Nourie
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H