"Assalamualaikum. Pagi semua." Sapa seorang guru muda memasuki lokal kelas VI di sebuah sekolah dasar."Waalaikumussalam. Pagi Buuu..." Warga kelas memberi jawaban serempak bak paduan suara upacara bendera di hari Senin.
Tanpa berbicara sepatah kata pun, guru muda ini segera menuju papan tulis setelah meletakkan tas serta pernak pernik peralatan mengajar di meja guru.
Semua pandangan mata tertuju dengan mulut terkunci pada guru berkerudung standar itu. Ya standar. Tak terlalu panjang. Namun juga tak pendek. Syar'i namun tetap gaul dan modis. Begitu celotehnya murid-murid terkait kerudungnya itu.
Masih tanpa suara, sang guru menulis dengan lihai di papan tulis. Entah apa yang ada dalam pikiran guru muda itu.
Dihari pertama masuk ke kelas, bukannya memperkenalkan diri pada siswa, ia malahan membuat papan tulis di kelas ini penuh dengan tulisan "MATEMATIKA" berukuran besar.
Tulisan diarsir dan dihias sedemikian rupa. Nyaris tak ada bagian papan tulis yang tersisa. Penuh coretan Bu Guru bak seniman yang sedang melahirkan sebuah karya istimewa.
"Semuanya, dalam hitungan ke-3, bagaimana pun caranya, di atas meja kalian telah tersedia bola-bola dari kertas yang tak terpakai." Suara super bas milik sang guru menggema memecah keheningan.
"Satu,..." Hitungan pun dimulai. Dapat dibayangkan apa yang terjadi. Suasana kelas yang awalnya begitu tenang tanpa suara tiba-tiba gaduh. Warga kelas grasak-grusuk mencari kertas bekas dan segera meremas tak beraturan.
Bola-bola kertas pun mulai menumpuk di atas meja siswa. Bu guru baru ini segera mengangkat tangannya ke atas. Pertanda waktu menciptakan bola-bola kertas telah berkahir. Terlihat siswa siswinya mulai tersengal.
"Apa lagi yang akan dilakukan oleh ibu ini?" Mungkin itu yang terpikir oleh para siswa kala itu.
"Kalian suka dengan dia." Tanya Bu Guru lagi sembari menunjuk papan tulis.