Mohon tunggu...
Herlin Variani
Herlin Variani Mohon Tunggu... Guru - Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat, Motivator generasi milenial, Guru

Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat, Motivator generasi milenial, Guru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Selami Hatinya Genggam Dunianya

12 Agustus 2021   14:46 Diperbarui: 12 Agustus 2021   14:58 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat

"Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan antarkan dunia kita ke dunia mereka." (Quantum Teaching)

Baru saja memasuki area sekolah, terlihat seorang siswi kelas enam menangis sesenggukan. Bujukan bunda tak mampu melerai tangisnya.

Penasaran dengan apa yang terjadi, seorang guru muda pun mendekat.
"Hi cantik, ada apa gerangan? Begitu dalam kah duka yang menimpa dikau?" Bu guru bertanya sembari menepuk bahunya.

Bukan jawaban yang diperoleh. Tangisnya semakin kencang.
"Rok nya kebesaran Bu. Dia malu." Bunda menyahuti sembari menatap sendu ke arah putri sulungnya.

"Hi, kau lihat aku."
Diluar dugaan, sang guru muda memamerkan gamis lebar yang dikenakannya pagi itu ke sekolah sembari berputar. Sontak hal konyol yang dilakukan bu guru mengundang gelak tawa siswa yang lain. Begitu pun dengan siswi yang sedang menangis.

Ia tak dapat menahan tawanya sembari membungkuk memegangi perutnya. Karena baru kali itu menyaksikan seorang guru menari tak jelas di depan siswa.

Tak lupa cibiran jenaka guru muda ini diarahkan pada siswi tersebut. Gelak tawa siswa yang melihat makin mengudara.

"Rokmu mini." Teriaknya sembari melenggang meninggalkan sekelompok siswa yang tertawa terpingkal-pingkal.

Bu Guru tersebut tetap mengawasi siswi yang dirundung duka karena rok barunya kebesaran melalui ujung mata. Terlihat dengan jelas, tangisan telah menjelma menjadi tawa.

Siswi tersebut bergegas menghapus air matanya dan memasuki ruang kelas. Senyuman sang Bunda pun mengembang seketika.

Ini ntuk kesekian kalinya guru asal Ranah Minang itu melakukan hal-hal yang rada unik dalam menghadapi warna warni problematika siswa.

Kompleksnya persoalan peserta didik menggiring para guru untuk lebih banyak belajar. Bagaimana cara memahami dunia siswa serta mulai masuk perlahan ke dunia mereka.

Maka dari itu, seorang guru tak hanya mesti cerdas di bidang akademik yang diampunya. Skill sebagai seorang aktor, pelawak, psikolog juga kudu diasah. Agar perlahan tapi pasti mampu menyentuh nurani siswa. Agar hak untuk mengajar peserta didik yang sesungguhnya dapat diraih.

Patut disadari, hak sesungguhnya untuk bisa mengajar hanya akan didapatkan dari siswa. Bukan dari instansi tempat guru bekerja. Walau selembar surat tugas mengajar telah sampai di tangan, namun jika kehadirannya ditolak oleh siswa, maka ia akan menjadi guru gagal.

Kehadirannya yang tak diinginkan peserta didik dapat dipastikan akan membuatnya mereguk  kegagalan dalam mengajar dan mendidik. Otomatis tujuan yang ingin dicapai tak akan pernah tercapai dengan maksimal. Karena semua proses dan suasana pembelajaran penuh dengan tekanan dan kejenuhan.

Oleh sebab itu, sebagai seorang guru juara pengukir masa depan, sudah selayaknya para guru berusaha dengan sungguh-sungguh. Untuk mempersembahkan dedikasi terbaiknya. Dengan melibatkan seluruh aspek kepribadian yang dimiliki oleh manusia.

Baik itu pikiran, perasaan, bahasa tubuh, cinta dan sikap mengayomi siswa dengan ketulusan .  Jika keseluruhan aspek tersebut dikolaborasikan dalam melahirkan ide-ide jitu untuk menakhlukkan hati siswa, maka yakinlah. Hak mengajar akan diberikan dengan penuh oleh siswa.

Jika hak mengajar telah mereka serahkan, si guru akan dipersilahkan masuk ke dunia mereka dengan senang hati. Ini sebenarnya kunci utamanya.

Jika kunci utama telah diraih dengan sukses, perlahan  sang guru akan dapat mengarahkan siswa pada jalan-jalan upaya meraih kejayaan dan keberkahan dalam hidupnya. Tanpa perlu menuai penolakan dan perlawanan dari generasi muda penerus masa depan peradaban ini.

Tak perlu ada teriakan, hardikan, pukulan serta aneka ragam hukuman kekerasan lainnya. Karena mereka telah bersedia dibentuk dengan cinta.

Hukuman kekerasan yang diberikan guru, hanya akan membuat hak mengajar mereka akan kembali ditarik oleh siswa. Pintu hati mereka akan ditutup. Hingga bukan solusi yang didapat. Namun perlawanan yang akan semakin melukai hati.

Ruang Mimpi, Rabu, 18 November 2020

Bahan Bacaan:

Quantum Teaching: Bobbi DePorter,dkk

Parents Smart untuk Ananda Hebat: Herlin Variani

NB. Kisah singkat pengawal tulisan merupakan pengalaman pribadi penulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun