Mohon tunggu...
Herlin Variani
Herlin Variani Mohon Tunggu... Guru - Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat, Motivator generasi milenial, Guru

Penulis Parents Smart untuk Ananda Hebat, Motivator generasi milenial, Guru

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Senyum Imut Pembawa Maut

9 Agustus 2021   21:33 Diperbarui: 9 Agustus 2021   22:10 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa tahun silam saya dikejutkan oleh cerita si bungsu. Ia tertipu oleh salah satu juniornya semasa SMA. Jumlah uang yang ditilap tak main-main. Puluhan juta rupiah. Mendengar keterangan si bungsu membuat hati meradang. Bagaimana tidak, si bungsu yang mencari nafkah dengan menantang bahaya. Begelut dengan ombak besar di tengah samudra. Kini dengan enteng hasil keringatnya ditilap begitu saja.

Dengan kepala dingin dan hati lapang saya mencoba mengorek informasi dari sibungsu. Menurut sang adik yang gemar berolahraga ini, awalnya pelaku mengajak membangun bisnis ternak ayam. Lalu mengajak teman-temannya yang lain yang bersal dari SMA yang sama. Mulanya semua berjalan lancar. Tak ada yang janggal. Selain urusan bisnis, pelaku kerap meminjam uang untuk urusan pribadinya. Pengembalian pinjaman sesuai dengan kesepakatan.

Selang beberapa bulan kemudian mulai ada yang aneh. Pelaku kerap mengulur pembagian hasil usaha mereka. Hingga akhirnya kemudian hilang tanpa kabar. Saat dikunjungi ke kediamannya kami mendapatkan perlakuan yang tidak baik. Namun bukan ini yang ingin saya tekankan di sini.

Sebelum mencoba berkunjung ke rumah pelaku dan menjalin komunikasi yang sehat dengan pelaku, saya mencari informasi dari masyarakat sekitar. 

Jawaban yang didapatkan sungguh menakjubkan. Pelaku terkenal dengan pemuda yang sangat baik dan tak banyak tingkah. Santun dan pemalu. Keterangan yang sama didapatkan dari saah satu instansi tempat dia pernah bekerja sebelumnya. Tak satu pun penilaian negatif yang muncul tentang dia. Pemalu, baik, mudah senyum dan tak banyak bicara.

Dari perawakannya tak terlihat bakat penipu dan penjahat sama sekali. Bahkan matanya begitu teduh. Suka menunduk saat diajak bicara. Ketika ada yang mendebat dia memilih diam. 

Namun siapa sangka, dalam sosoknya yang terlihat imut ini ternyata dia telah menggondol uang teman-temannya miliyaran rupiah. Uang yang dihimpun dari beberapa orang sahabatnya dengan alibi untuk bisnis malahan digunakan untuk renovasi rumah, beli mobil, beli motor dan mejeng sana sini.

Stylenya di medsos laksana kalangan borjuis. Pernah satu kali di salah satu medsosnya mejeng sebuah pesan, "bergayalah dengan dompetmu sendiri". Para korban yang mengintip status ini langsung mencak-mencak.

Menurut teman-teman pelaku, selama mereka mengenal pelaku, pelaku sangat baik. Tak pernah aneh-aneh. Namun sekali aneh-aneh membuat beberapa korban terserang stroke.

Pada momen yang yang lain, saya juga pernah mengenal seorang anak sekolahan yang sangat baik. Pendiam, patuh dan penurut. Nyaris tidak pernah membantah setiap kali diberi nasehat kebaikan. Selalu bersedia mengemban tugas dalam kegiatan bakti-bakti sosial. Dampak dari semua sikapnya ini, ia pun mendapatkan kepercayaan dari banyak orang. 

Namun siapa sangka, setelah mendapat semua kepercayaan itu ia menghilang. Bahkan melanggar prinsip kebenaran yang telah lama dibangunnya dengan tertatih. 

Naasnya lagi, ia mulai mencerca sahabat-sahabat yang selama ini berdampingan dengannya dalam melakukan aktifitas kebaikan. Menutup mata atas segala kebaikan para rekannya yang selama ini dinikmatinya.

Sahabat pembaca, mungkin anda juga pernah mengalami hal yang sama? Mengalami sesuatu diluar nalar dan logika. Apa hikmah yang dapat kita ambil dari hal ini. Tentu saja ada. Selalu ada hikmah berharga dibalik semua perjalanan yang kita lewati.

Ada pepatah yang mengatakan, dalamnya lautan dapat diukur. Namun dalamnya hati siapa yang tahu. Oleh sebab itu, hindari terlalu cepat menilai seseorang dari tampilan luarnya. 

Jangan terlalu terburu-buru beranggapan baik sepenuhnya hingga memberikan kepercayaan pada seseorang yang selalu terlihat manis dan mengeluarkan kata-kata yang melenakan hati. 

Begitu pun sebaliknya. Jangan terlalu cepat berasumsi negatif kepada seseorang yang terlihat kurang cakap apalagi nada suaranya tidak terlalu merdu untuk didengar.

Hindari sikap memberi label nilai di kening seseorang. Bisa saja poin yang diberikan itu meleset dari harapan. So, dalam bergaul hendaknya biasa-biasa saja. Jangan terlalu berharap dan percaya berlebihan kepada orang lain. Namun juga jangan membenci seseorang bertubi-tubi karena ada hal yang tak disukai dari diri mereka. 

Berbuat baiklah pada semua orang dengan dosis yang tepat. Lalu lupakan semua benih-benih kebaikan yang telah kita semai. Agar tak terluka ketika mendapatkan balasan yang kurangmengenakkan dari orang yang telah menerima kebaikan dari kita.

Oret-oret di tengah padatnya aktifitas PPG

Senin, 9 Agustus 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun