Mohon tunggu...
Menick Herlinda
Menick Herlinda Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang ibu dari 2 orang Anak dengan profesi sebagai Guru. Anak, Mendidik dan Menulis bagi saya merupakan bagian dari hidup saya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sampahmu Bukan Untukku

19 Mei 2024   21:25 Diperbarui: 19 Mei 2024   21:29 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Menit berikutnya tubuhku mulai lemas, terlalu banyak sampah yang mereka berikan untukku, bahkan ada beberapa yang tidak dapat lagi masuk di tubuhku, sehingga berserakan di sekitarku. Dan yang lebih menyakitkan, aku tetap dipaksa untuk menampung sisa-sisa makanan, yang seharusnya milik kakakku.

"Kak, lihatlah mereka masih saja memasukkan jatah yang seharusnya buat kakak, tapi tetap dipaksa masuk ke tubuhku, kapan mereka akan sadar ya?"

"Sabar, yang penting kamu sudah menjalankan tugasmu. Kamu hebat dek, tetap semangat walau kamu lelah dan kesal dengan kelakuan anak-anak"

"Tapi terkadang aku  kesal saja kak, sudah jelas namaku terpampang di atas tubuhku, sudah jelas apa yang aku butuhkan, tapi mereka tetap saja tidak mau nurut."

Ya...kenalkan namaku adalah AnOrganik dan di sebelahku adalah kakak kembarku bernama Organik. Kami berdua diberi amanah oleh kepala sekolah untuk menjaga kebersihan. Tugas utamaku adalah menampung sisa-sisa buangan dari suatu produk atau barang-barang yang sudah tidak tenilai lagi, tetapi masih dapat di daur ulang menjadi barang yang bernilai. Ciri-ciri sampah yang ku butuhkan yakni sulit terurai, seperti plastik, kaleng, styrofoam.

Sedangkan kakakku di beri tugas menampung sampah yang terdiri atas bahan-bahan organik. Sifat sampah organik adalah tidak tahan lama dan cepat membusuk. Biasanya sampah jenis ini berasal dari makhluk hidup. Sampah organik juga dapat diproses menjadi pupuk kompos. Kemudian tempat sampah organik ditandai berwarna hijau Contohnya adalah sayur-sayuran, buah-buah yang membusuk, sisa nasi, daun, dan sebagainya.

Tapi sayangnya, tugasku tidak semudah itu. Masih banyak di sekolah ini  tangan-tangan yang tidak peduli dan tidak bertanggung jawab. Mereka tidak pernah memperhatikan kodisi aku dan kakakku. Tidak memikirkan bagaimana  sulitnya kami menampung sampah yang tidak seharusnya. Hanya bebarapa saja yang sudah memilah-milah bagianku dan bagian kakakku.

Aku selalu berharap dan menanti masa itu akan tiba, masa di mana siswa sekolah ini sadar dengan kebersihan, membuang sampah pada tempatnya dan memilah sampah organik atau anorganik. Aku yakin semua itu akan berhasil jika semua warga sekolah dengan ikhlas berkolaborasi untuk mewujudkan  Cinta Lingkungan   menjadi Budaya Positif yang ada di sekolah ini. Semangat!! 

Baturaja, Mei 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun