Pendahuluan
Limbah organik, terutama dari rumah tangga, pasar, dan restoran, merupakan salah satu penyebab utama pencemaran lingkungan. Salah satu solusi yang efektif untuk mengatasi limbah ini adalah dengan mengolahnya menjadi ecoenzyme, yaitu cairan fermentasi hasil pemrosesan limbah buah dan sayuran. Konsep ecoenzyme diperkenalkan oleh Dr. Rosukon dari Thailand, dan semakin populer karena manfaatnya yang luas, termasuk sebagai agen pembersih, pupuk organik, dan pengolahan limbah air (Gumilar et al., 2023.
Produksi Ecoenzyme
Ecoenzyme diproduksi melalui proses fermentasi menggunakan limbah gula, buah/sayuran, dan air dengan rasio 1:3:10. Ini berarti untuk setiap 1 bagian gula, digunakan 3 bagian  imbah buah atau sayuran dan 10 bagian air (Gumilar et al., 2023). Proses pembuatannya cukup sederhana, yaitu dengan mencampur ketiga bahan tersebut dalam wadah tertutup dan dibiarkan berfermentasi selama tiga bulan. Selama bulan pertama, gas yang dihasilkan harus dilepaskan setiap hari untuk mencegah tekanan berlebih di dalam wadah.
Modifikasi pada jenis gula atau limbah buah/sayuran yang digunakan juga dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas ecoenzyme. Molases, gula merah, dan jaggery adalah beberapa jenis gula yang umum digunakan dalam proses ini (Gumilar et al., 2023).
Karakteristik Ecoenzyme
Karakteristik ecoenzyme sangat dipengaruhi oleh bahan baku dan kondisi fermentasi. Salah satu parameter utama yang diuji adalah pH, di mana ecoenzyme umumnya memiliki pH di bawah 4, menunjukkan kandungan asam organik yang tinggi seperti asam asetat dan asam sitrat. pH yang lebih rendah menandakan kandungan asam organik yang lebih tinggi, yang penting dalam banyak aplikasi, seperti pengolahan air limbah dan desinfeksi (Gumilar et al., 2023).
Ecoenzyme juga mengandung enzim aktif seperti lipase, protease, dan amilase. Aktivitas lipase optimal pada pH 8, sedangkan protease dan amilase menunjukkan aktivitas terbaik pada pH 6 dan 6,5 (Gumilar et al., 2023).
Aplikasi Ecoenzyme
Ecoenzyme memiliki berbagai aplikasi praktis. Salah satu yang paling menonjol adalah kemampuannya untuk mengolah limbah air dan lumpur dari akuakultur, dengan kemampuan mengurangi Total Suspended Solid (TSS) hingga 89% dan Chemical Oxygen Demand (COD) hingga 88% (Gumilar et al., 2023). Selain itu, ecoenzyme juga efektif sebagai agen antimikroba, mampu melawan bakteri seperti Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
Ecoenzyme juga sering digunakan sebagai pupuk organik cair, membantu meningkatkan kualitas tanah dan pertumbuhan tanaman. Kemampuan serbaguna ini menjadikannya solusi ramah lingkungan yang semakin diminati di berbagai sektor (Gumilar et al., 2023).
Kesimpulan
Ecoenzyme menawarkan solusi efektif dan ramah lingkungan dalam mengelola limbah organik. Dengan proses produksi yang sederhana dan bahan baku yang mudah diperoleh, ecoenzyme memberikan banyak manfaat, mulai dari pengolahan limbah hingga aplikasi di bidang pertanian. Penggunaan ecoenzyme tidak hanya membantu mengurangi polusi lingkungan, tetapi juga menciptakan produk bernilai tambah dari limbah yang seharusnya menjadi masalah (Gumilar et al., 2023).
Reference:
Gumilar, G. G., Kadarohman, A., & Nahadi, N. (2023). Ecoenzyme Production, Characteristics and Applications: A Review. Jurnal Kartika Kimia, 6(1), 45-59.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H