Mohon tunggu...
HERLINA PEBRIANI
HERLINA PEBRIANI Mohon Tunggu... Mahasiswa - I am an engineering student who is interested and started writing about climate change issues, women, and reviewing books

Knowledge plays a crucial part in our daily life and in every deeds. Knowledge helps us take better decisions, and take care of ourselves and lead a qualitative life.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seperti Hati, Logam ini akan Meleleh di genggamanmu

23 Januari 2022   00:14 Diperbarui: 23 Januari 2022   00:20 2112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika kita memikirkan logam, kemungkinan besar kita memikirkan kekuatan dan ketangguhan. Nah, logam yang satu ini hadir untuk mengubah persepsi itu.

Logam tsb adalah Gallium,  dikenal sebagai logam yang memiliki titik leleh tepat di atas suhu kamar yaitu 29,78oC yang berarti dapat meleleh di tangan kita. Namun, titik didih untuk elemen ini cukup tinggi, yaitu pada suhu 4044°F (2229°C). Dalam bentuk unsur, relatif tidak beracun, tidak seperti merkuri. Gallium memiliki simbol atom Ga, dan nomor atom 31. Letaknya di sebelah kanan seng, dan di sebelah kiri germanium. Gallium berada dalam Golongan 3A dari tabel periodik, kelompok boron, dan terletak di bawah aluminium dan di atas indium. Gallium Ini memiliki sifat fisik dan kimia yang mirip dengan aluminium dan indium, terutama indium. Atom galium memiliki 3 elektron valensi, itulah sebabnya ion galium +3 adalah yang paling umum. Galium sering ditemukan sebagai elemen yang terkandung di dalam diaspore, sphalerite, germanite, bauksit dan batubara.

Sejarah Penemuan Galium

Gallium diprediksi oleh Ahli Kimia Rusia bernama Dimitri Mendeleev pada tahun 1871 yang kemudian menamai unsur yang belum ditemukan ini dengan nama eka-aluminium karena ia tahu bahwa unsur ini jika sudah ditemukan pasti terletak di bawah unsur aluminium. Ditemukan pada tahun 1875 oleh ahli kimia Prancis Paul Emile Lecoq de Boisbaudran, menggunakan spektroskopi pada bijih seng. Lecoq de Boisbaudran berpendapat bahwa galium terdapat dalam bijih seng, karena kedua unsur ini memiliki nomor atom yang berdekatan (Zn = 30 dan Ga = 31). Pada Agustus 1875, menggunakan metode spektroskopi, Lecoq de Boisbaudran akhirnya memastikan bahwa ia menemukan unsur galium. Dalam laporannya, Lecoq de Boisbaudran mengatakan bahwa unsur spketrum unsur baru ini terdiri dari sinar ungu/violet yang sempit tetapi mudah terlihat. Setahun kemudian, Lecoq de Boisbaudran berhasil medapatkan logam galium murni melalui elektrolisis galium hidroksida dalam kalium hidroksida. Berkat penemuannya tersebut, Lecoq de Boisbaudran diberi berton-ton bijih seng oleh para penambang. Dari bijih ini, dia bisa akhirnya bisa memproduksi beberapa gram logam galium murni. Lecoq de Boisbaudran memberi nama unsur baru yang ditemukannya sebagai Galium, yang berasal dari bahasa Latin untuk negara Perancis, “galia”

Kegunaan Galium

Galium paling banyak digunakan dalam bidang elektronika. Faktanya, sekitar 95 persen galium yang diproduksi setiap tahunnya digunakan untuk membuat galium arsenida (GaAs), suatu senyawa yang digunakan untuk membuat sirkuit mikrowave dan infrared, semikonduktor dan LED berwarna biru dan ungu. Galium arsenida bisa menghasilkan cahaya laser jika dialiri oleh listrik sehingga bisa digunakan untuk membuat penel surya.

Senyawa galium nitrida (GaN) digunakan sebagai semikonduktor dalam teknologi Blu-ray (suatu format DVD yang didesain untuk menyimpan data dan video high definition), smartphone, sensor tekanan untuk teknologi layar sentuh.

Galium dapat dengan mudah berikatan dengan unsur logam lainnya sehingga sering digunakan untuk membuat alloy (campuran logam) dengan titik leleh yang rendah. Galium merupakan salah satu dari 4 unsur logam (3 lainnya adalah raksa, rubidium dan cesium) yang bisa berwujud cair pada suhu kamar. Diantara keempat logam tersebut, galium merupakan unsur yang paling tidak reaktif dan tidak beracun. Sifat ini membuat galium aman digunakan oleh manusia dan lingkungan sehingga sering dimanfaatkan untuk membuat termometer suhu tinggi, barometer, dan AC.

Galium cair bersifat lengket sehingga akan mudah menempel pada kaca, kulit tubuh atau pada kebanyakan bahan kecuali grafit, pasir dan teflon. Galium cair juga mengembang ketika membeku sehingga logam ini tidak bisa disimpan dalam wadah kaca. Galium juga punya manfaat dibidang kesehatan. Contohnya, isotop radioaktif Ga-67 sering digunakan untuk mengecek ada atau tidaknya peradangan, infeksi atau kanker di dalam tubuh seseorang. Galium nitrat digunakan dalam banyak obat-obatan, seperti untuk menyembuhkan penyakit hiperkalsemia (suatu penyakit yang bisa memicu munculnya tumor pada tulang).

Galium membasahi gelas atau porselen dan membentuk kaca yang menakjubkan jika dicat pada gelas. Unsur ini banyak digunakan sebagai bahan doping untuk semikonduktor dan transistor. Galium memiliki sifat semikonduktor, terutama sebagai gallium arsendite (GaAs). Galium arsenide (GaAs) dapat mengubah aliran listrik menjadi cahaya dan dapat dipakai sebagai bahan campuran logam, digunakan dalam light emitting diodes (LED) pada berbagai layar alat elektronik dan jam tangan.

Galium cair jika dikenakan pada permukaan porselin dan kaca akan membentuk lapisan terang sangat reflektif yang bisa digunakan membuat cermin. Galium mudah berpadu dengan sebagian besar logam sehingga digunakan untuk membentuk paduan dengan titik leleh rendah. Plutonium pit pada senjata nuklir menggunakan paduan logam galium untuk menstabilkan alotrop plutonium. Analog integrated circuit merupakan salah satu aplikasi paling umum untuk galium, dengan perangkat optoelektronik (kebanyakan dioda laser dan dioda pemancar cahaya) sebagai penggunaan terbesar kedua.

Referensi

Cowley, A.H., Jones, R.A., Mardones, M.A., & Nunn, C.M. (1991). Isopropylphosphido and arsenido derivatives of gallium and indium. Isolation of gallium-phosphorus and indium-phosphorous dimmers and trimers. Organometallics, 10(5), 1635-1637

Pettruci. Ralph.H. (1999). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi ke 4 Jilid III. Jakarta : Erlangga.

Sugiyanto, Kristian H dan Suyanti, Retno D. (2010). Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sunardi. (2008). 116 Unsur Kimia. Bandung : Iyrama Widya.

Widom, M dan Mihalkovic, Marek.2007. Symmetry-broken crystal structure of elemental boron at low temperature. https://www.researchgate.net/publication/1901699_Symmetry[1]broken_crystal_structure of_elemental_boron_at_low_temperature

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun