Kekhawatiran utama terhadap dampak kesehatan dari krisis, adalah wabah di kota-kota besar di negara-negara Asia Tenggara akan membanjiri rumah sakit, menambah korban jiwa dan mengarah pada dampak ekonomi lebih lanjut.
Ada kekhawatiran bahwa pembatasan yang terlalu ketat dan gangguan pasar dalam rantai pasokan makanan akan menyebabkan kelaparan dan kekurangan gizi di antara kaum miskin kota, yang dapat menyebabkan kerusuhan sosial dan kekerasan politik. Bagi masyarakat miskin pedesaan, situasi pangan mungkin lebih mudah dikelola, tetapi kurangnya kapasitas dalam sistem perawatan kesehatan di daerah pedesaan akan mengkhawatirkan.
Perhatian terakhir difokuskan pada gelombang kedua infeksi yang kita lihat di Singapura dan bagian lain di Asia yang lebih awal terkena Covid-19. Negara-negara Asia Tenggara perlu bersiap menghadapi infeksi multi gelombang, yang selanjutnya akan memperumit strategi pemerintah dan memperbesar dampak ekonomi. Indonesia sudah mulai mempersiapkan gelombang kedua dari wabah COVID-19 ini dengan melakukan evaluasi kebijakan PSBB, kebijakan isolasi pada lokasi PSBB, pemantauan ketat pekerja migran, dan jaringan pengaman social bagi masyarakat yang terdampak secara ekonomi.
Kerjasama antar negara-negara Asia Tenggara harus dilakukan untuk mencegah gelombang kedua menjadi lebih besar. Negara-negara Asia Tenggara harus segera membuat kebijakan untuk mencegah gelombang kedua COVID-19 dengan skala yang lebih besar dari gelombang pertama, kebijakan dapat dilakukan merencanakan semua skenario tanpa berasumsi, kebijakan yang bisa dilakukan antara lain:
1. Â Mencegah & mendeteksi kedatangan di luar negeri atau kantong infeksi yang tidak terdeteksi
2. Â Tindakan jarak fisik & sosial untuk memperlambat transmisi masyarakat
3. Â Memperkuat kapasitas layanan kesehatan di setiap wilayah
4. Â Respon kolaborasi lokal secara global
5. Â Menjaga perbatasan dengan mengurangi kedatangan kasus impor
6. Â Prosedur pengujian, penelusuran & isolasi yang ketat
7. Â Memperpanjang penutupan sekolah dan tempat kerja.