Selemah itu bahkan tak mampu melihat sisi lain dalam diri
Kutahu hanyalah aku sang pemilik hati yang kuat dan tegar
Begitu pun semesta yang selalu berpihak
Membuatku mampu berhenti melupakan sisi lain di hati
Semua berlalu begitu normal Â
Namun, hari ini berbeda
Waktu menghianatiku, merebut semua kekuatan di hati
membawanya pergi dan hilang
Meninggalkanku hanya sebaris luka dan pahit
Aku terdiam, mendalami isi hati yang telah menguasai sisa-sisa hari
Begitu pahit yang kurasa hingga kutak mampu lagi merasakan manisnya hari-hari kemarin
Dalam kerapuhan aku merayu hati untuk memberiku sebuah jawaban
Disana dia memberiku beribu jawaban yang menambah serpihan perih yang menusuk
Perihnya jawaban membuatku semakin enggan untuk menjalani sisa-sisa hari
kupikir, kali ini aku benar-benar kalah
Waktu terus berjalan, memaksaku untuk bangkit menyelesaikan kepercayaan hidup
Dalam kesendirian kubisikan diri untuk kita berjuang bersama
Di sudut kamar itu, kupikir akan menemukan jawaban terbaik memperbaiki kerapuhan hati
Aku terdiam mencari jawaban ditengah keheningan dan sepi
Sekejap aku menyerah oleh genangan air mata yang berlinang
Iya aku menagis, aku benar-benar menangis
Jika kau melihatku mungkin kau akan meremehkanku
dan membentuk luka baru
Tapi di kamar itu dan banyaknya air mata yang kukorbankan, membantuku sembuh dan telah bersaksi untuk kisahku hari ini
Kini terasa legah, kupikir aku lelah
Tubuhku lelah telah terus berjuang menembus batas
Tentang menggapai mimpi yang belum juga tercapai
Tidurlah jiwaku malam ini, semoga esok kita membaik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H