Bullying adalah kata-kata yang sering kita dengar bahkan sering kita lihat, atau mungkin, jangan-jangan kamu pernah megalami hal tersebut. Lalu bagaimana perasaan kamu ketika sering dibully? Orang yang dibully biasanya mengalami hal-hal yang berdampak buruk seperti rasa takut, cemas, depresi, dan hal negatif lainnya.
Orang yang membully biasanya punya antena yang tinggi, maka mereka bisa mengenal siapa yang gampang dibully. Orang-orang yang menjadi target pembully biasanya anak yang lembut, anak yang kelihatannya lugu, anak yang lemah, dan ciri-riri lain yang sejenisnya. Maka pembully tidak akan membully dengan orang yang sama-sama kuat. Jadi mereka memang sudah punya target atau objek yang akan menjadi korban.
Anak yang suka membully biasanya anak yang patah hati, anak yang bermasalah. Mereka biasanya adalah anak-anak yang menjadi korban bully di rumah, minimal mereka sering dibully secara verbal atau kata-kata. Sehingga mereka melempiaskan melalui teman-temannya yang dianggap lemah. Selain melempiaskan emosinya, mereka juga meniru apa yang telah mereka alami.
Maka dari itu, sebagai orang tua kita harus tahu bagaimana cara membesarkan anak kita dengan mendidiknya menjadi pribadi yang punya harga diri, punya konsep diri yang bagus, dan kemampuan berpikir kritis, selain itu anak-anak juga perlu dilatih keterampilan fisik, agar kelak bisa membela dirinya.
Dalam mengatasi bully, terkadang orang tua mengajarkan atau mempengaruhi anaknya untuk membalas kembali tindakan bully yang dialaminya. Hal tersebut merupakan sesuatu yang kurang tepat, karena secara tidak langsung orang tua sudah mengajarkan anak untuk kedepannya dia bekerja dengan emosi dan tidak dengan kemampuan berpikir.
Maka solusi terbaik yang harus ditangani orang tua terhadap anak yang menjadi korban bully adalah, membantu anak untuk menyelesaikan dulu urusan emosinya. Misalnya "ya ampun, kamu sakit ya nak, apa yang kamu rasakan," minta pendapatnya untuk berpikir dengan waras "menurut kamu, bagaimana baiknya kalau kamu diperlakukan seperti itu?"
Ajarkan anak untuk berkomunikasi dengan pembully alasan kenapa memukul atau semacamnya. Ajarkan kepada anak jangan sampai mengekspresikan marah dengan tindakan fisik, tapi harus dengan kata-kata, karena dengan kata-kata pembully bisa tersadarkan.
Jika memang tidak bisa dilakukan dengan kata-kata, anak bisa bertindak untuk membela dirinya, dalam membela dirinya, ada beberapa proses yang harus ditanamkan kepada anak. Ajarkan kepada anak untuk berpikir, "kenapa dia memukul, menurut kamu kira-kira dia mendapat pukulan dari mana, jangan-jangan dia suka dipukul di rumahnya" semuanya harus menggunakan kalimat bertanya, supaya nanti anak mempunyai kemampuan analisa saat dia menghadapi masalah.
Pada anak kita, kita bisa ajarkan untuk lebih tenang, karena dia mendapatkan orang tua yang baik, dia mendapatkan rasa aman di rumah, punya rasa percaya diri, diterima, dan diajak berpikir.
Sebagai orang tua jika anak melapor bahwa dia dibully, kita tidak harus pergi ke anak yang membully dan marah-marah. Karena akan melibatkan orang tua dengan orang tua, dan anak tidak mendapatkan pembelajaran apa-apa dari masalah tersebut.
Apabila pembullyan terjadi di sekolah, maka pihak sekolah harus meminta wali kelas untuk menangani terlebih dahulu, jika wali kelas sudah tidak bisa menangani, maka bisa diserahkan kepada kepala sekolah atau bidang kesiswaan.
Kalau terjadi pembullyan di luar sekolah atau di lingkungan, orang tua bisa datang ke rumah anak tersebut, menjelaskan dengan baik kepada orang tuanya, karena anak sama anak otaknya belum bersambungan dengan baik, maka jika disampaikan ke anaknya pasti dia belum mengerti. Kita juga perlu tahu penyebabnya, jangan-jangan merupakan akibat emosi yang bertumpuk-tumpuk atau pengalaman buruk yang dia derita. Jadi anak yang suka membully harusnya diobati dengan cara terapi.
Dalam menyampaikan tindakan bully kepada orang tuanya, memang tidak semua orang tua mau menerima, mereka bahkan membela anaknya. Dari situ kita bisa menyadarkan orang tua anak tersebut, jika tidak bisa diatasi, kita bisa mengambil tindakan lanjut ke pihak yang berwajib seperti polisi, KPAI dan lain-lain.
Anak yang suka membully biasanya punya ciri-ciri seperti gelisah, tidak mempunyai napsu makan, tidak bisa tidur, murung, dan lain-lain. Namun sayangnya orang tua terkadang tidak mengetahui ciri-ciri fisik tersebut karena jarang berada di rumah.
Secara pintas, sulit untuk mengenali anak pembully. Tapi biasanya saat di kelas guru bisa mengenali dengan ciri-ciri seperti: anak yang garang, suka melempar barang di kelas, suka protes, menggoda temannya, tidak fokus, anak-anak yang ingin menyalurkan emosinya dengan cara yang tidak tepat.
Maka peran ayah sangat penting membantu untuk menangani masalah, karena keberaninan diperoleh dari ayah, harga diri diperoleh dari ayah, hubungan ayah dan anak dapat membentuk kemandirian. Berbeda dengan ibu, dalam mendidik anak, seorang ibu akan lebih banyak mengalami perasaan khawatir, mereka takut jika anaknya terluka, jadi peran ayah sangat penting dalam mendidik anak baik itu laki-laki maupun perempuan.
Maka ayah harus hadir dan berkomunikasi dengan anak untuk memecahkan masalah, dalam memecahkan masalah ayah bisa tanyakan "ayah mau tahu nak, bagaimana ceritanya." Karena ayah tidak banyak bicara, sehingga anak akan mudah untuk mengerti. Berbeda dengan ibu yang banyak bicara sehingga membuat anak-anak susah untuk menangkap poinnya.
Dalam mendidik anak, carilah keterampilan yang hilang pada anak, misalnya keterampilan mengeluarkan kata-kata, ataukah keterampilan melindungi diri, keterampilan kehilangan keberanian dan lain-lain. Penyebab kehilangan keterampilan anak, jangan-jangan karena ayah yang selama ini tidak hadir sehingga anaknya tidak punya harga diri dan lain-lain.
Jadi tugas ayah selain mencari nafkah, harus bisa menyempatkan diri untuk mendidik anak, karena ayah bukan hanya pencari nafkah, tapi juga adalah seorang ayah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H