Pernah atau tidak kita bertemu seorang anak, atau ayah bunda memiliki anak yang mudah marah, ketika tersinggung sedikit langsung marah, dan negatifnya ia meluapkan emosinya atau kemarahannya dengan hal-hal negatif seperti membanting, memukul, membentak dan masih banyak lagi yang bisa merugikan diri sendiri dan juga orang lain.
Anak-anak pada usia balita pada umunya mereka sedang belajar beradaptasi terhadap aturan-aturan yang ditetapkan oleh orangtua ataupun orang dewasa, mereka belum tahu bagaimana caranya untuk bisa bergaul atau bersikap kepada orangtuanya maupun orang disekelilingnya.
Nah kalau kemudian kita katakan bahwa anak tersebut adalah pemarah, sebenarnya marah adalah sikap yang normal dan alamiah yang dimiliki oleh setiap manusia, dan marah juga merupakan bawaan sikap dari lahir.
Nah catatanya adalah bawaan lahir ini adalah potensi, dan potensi tersebut kalau diarahkan dan didik dengan tepat, maka anak tersebut akan tumbuh menjadi orang yang luar biasa, biasanya anak-anak yang mudah marah itu potensinya akan menjadi pemimpin, tapi kalau ayah bunda salah mengasuhnya, bisa jadi anak tersebut berkembang menjadi anak yang suka memberontak dan membangkang.
Nah terus bagaimana sikap ayah bunda terhadap pemimpin kecil ini, sifat dasar seoarang anak pemarah itu biasanya suka mengatur, tidak mau kalah, karas kepala, dan lain-lain karena dia memang diciptakan untuk menjadi pemimpin, dan ayah bunda harus tahu bahwa seorang pimpinan itu akan taat dan tunduk kalau dia didik oleh seseorang yang gayanya sebagai pemimpin.
Gaya seorang pemimpin itu seperi apa? Anak yang suka pemarah itu akan bisa dikendalikan kalau ayah dan bunda konsisten, apa yang diucapkan sesuai dengan apa yang ayah bunda aplikasikan.
Sebelumnya kita harus tahu dulu apa itu temperamen, menurut KBBI temperamen adalah sifat batin yang tetap mempegaruhi perbuatan, perasaan, dan pikiran.
Sifat temperamen terjadi biasanya kondisi emosi yang tidak stabil dikarenakan kondisi yang tidak sesuai dengan keinginan atau bertolak belakang dengan keinginan, apabila anak ayah dan bunda mengalami masalah emosi seperti ini, dan jika ayah atau bunda hanya mendiamkannya maka temperamen yang ada pada anak ayah dan bunda akan menjadi kebiasaan, dan jika ini terus menerus dibiarkan maka akan menjadi karakter si anak.
Karena itu emosi negatif anak harus dikendalikan, karena hal ini terkait dengan kecerdasan emosi anak dimana kecerdasan itu akan membangun interpersonal anak untuk menjadi manusia-manusia sukses dimasa depan.
Maka dari itu, sebagai orangtua harus mengetahui tiga poin penting mengatasi masalah emosi anak di bawah ini
Ketahui penyebab anak marah
Ketika anak marah coba kenali emosi marah dari si anak tersebut, mungkin perhatian ayah bunda lebih kepada saudaranya, atau mungkin ayah bunda pernah punya janji kepada si anak yang tidak ditepati, atau bisa juga ayah dan bunda terlalu memaksakan kehendak si anak untuk melakukan segala sesuatu yang ayah dan bunda inginkan, padahal si anak tidak suka dengan apa yang ayah bunda inginkan tersebut.
Atau mungkin karena reaksi si anak yang menginginkan perhatian karena mungkin ayah bunda lebih sibuk di layar laptop atau layar smart phone. Nah, ketika ayah dan bunda sudah tahu penyebab marah si anak, maka akan lebih mudah ayah dan bunda untuk menyikapinya.
Beri ruang dan waktu anak untuk menyampaikan permasalahannya
Sebagai orangtua ketika tahu anak mulai marah, ayah dan bunda bisa dudukan anak tersebut kemudian berikan kesempatan si anak untuk meyampaikan masalah yang ada di dalam hatinya, misalnya "Nak, coba sampaikan ke ayah atau bunda apa yang membuat kamu marah, coba ceritakan ke ayah atau bunda apa masalahnya."
Orangtua harus memberikan ruang dan waktu kepada anak untuk menyampaikan apa yang menjadi permasalahan dalam hatinya dan ketika ayah dan bunda lakukan, maka akan ada pancaran energi positif yang menjadikan anak lebih cair dan lebih mudah untuk terbuka dalam menyampaikan permasalahannya.
Ketika anak bersedia menyampaikan apa yang menjadi penyebab dia suka marah, suka tersinggung, atau uring-uringan, maka biarkan anak menceritakannya sampai selesai. Jangan sampai ayah dan bunda memotong pembicaraanya, apalagi memojokan si anak, karena hal tersebut akan menjadikan emosi negatifnya semakin lebih parah karena ada tekanan disitu.
Ketika anak sudah selesai menyampaikan permasalahannya, ayah bunda harus segera merespon jangan ditunda-tunda. Kalau itu memang kesalahan ada pada ayah bunda, segera minta maaf dengan elegan, karena itu adalah contoh yang baik untuk memberikan teladan kepada anak.
Atau ketika permasalahan itu ada pada si anak atau pada orang lain, maka berikan nasihat yang baik, jangan sampai ayah dan bunda menyudutkan anak, merendahkannya, apalagi membentak si anak karena hal tersebut akan menjadi masalah psikologi baru bagi anak.
Sabar dan tegas
Sabar adalah kunci segala permasalahan ayah bunda, apalagi permasalahan emosi negatif anak. Ketika ayah bunda menghadapi dengan sabar, maka segala permasalahan akan mudah diselesaikan.
Selain sabar, ayah dan bunda harus bersikap tegas kepada anak, karena ada beberapa orangtua yang terlalu memanjakan anak dengan membiarkan dan menuruti kemauan daripada si anak dengan alasan tidak tega. Ada pepata dari Jerman yang mengatakan, kalau kita tidak disiplin pada diri sendiri, maka hidup akan mendisiplinkan kita, dan itu keras.
Nah kalau orangtua tidak tegas dari sekarang, maka hidup akan menegaskan si anak tersebut, maka ayah bunda lebih pilih mana, lebih tidak tega mana? Lebih baik ayah dan bunda tega dari sekarang dengan tujuan menyiapkan masa depan anak yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H