Mohon tunggu...
Herlina Hesti
Herlina Hesti Mohon Tunggu... Guru - Fasilitator

Less is more

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Kenangan Nasihat Ayah

29 Juni 2023   16:24 Diperbarui: 29 Juni 2023   19:32 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ayah...
Tidak terasa ya, waktu begitu cepat berlalu
Rasa rindu ini seperti sudah berdamai bahwa Engkau tak mungkin kutemui lagi
Namun, kenangan dulu bersamamu begitu jelas dalam ingatanku  
Aku tahu Engkau mencintaiku begitu dalam...
Aku merasakan itu, sungguh...

Hari-hariku nan panjang bersamamu, terasa begitu lengkap dengan kasih ibu
Aku menikmati masa kecil yang paling bahagia secara total dengan dampingan Ayah, Ibu
Nasihatmu untuk beradab selalu Kau gaungkan untukku dan adik-adikku
Sebuah ajaran untuk menghadapi hidup yang sesungguhnya
Saya pikir, ini bekal berharga untuk kuwariskan buat anak cucuku nanti

Ayah...
Aku merindukanmu untuk semuanya, bahkan saat ketika Engkau memarahiku
Dibalik ketegasanmu kini aku mengerti pesan tersirat dibalik sikap itu
bahwa hidup butuh perjuangan, bahkan nanti tanpamu menopangku
Ah,  Ayah... aku rindu...

Hatiku rapuh, ketika aku tahu bahwa umurmu takan lama lagi
Sikap kekanak-kanakanku aku latih untuk segera berubah,
Kenyataan pahit itu pun datang,
Tubuhmu yang kurus itu, kini terbaring kaku dengan tenang
Namun kali ini berbeda seperti hari kemarin
Sebuah kenyataan bahwa aku tak mungkin membangunkanmu
untuk mendengarkan nasihatmu, sekali lagi...
Kali ini aku benar-benar kehilanganmu, sungguh...
aku benar-benar kehilangan, bahkan untuk semuanya

Namun Ayah...
Hari terus berjalan kan... kehidupanku juga masih panjang
Aku harus berjuang keras, kali ini sendirian, tanpamu dengan cara kekanak-kanakanku,
Apakah Kau tahu Ayah? Itu hal yang tersulit yang pernah ku lewati
Sempoyongan, jatuh bangun, mencari orang sepertimu bahkan saya mau ke ujung dunia,
tapi Aku sadar, Engkaulah satu-satunya, takan tergantikan

Hari berganti aku menjalani hidup dengan kasih Ibu yang tulus
Kasih Ibu mengajarkanku untuk ikhlas,
sebuah kata yang penuh duri untuk jadi ikhlas yang sesungguhnya

Aku masih ingat hari terakhir Ayah meninggalkanku
mungkin dalam hatimu ada terbesit tanda tanya penuh ragu,
dalam hati mungkin Engkau mengatakan "apa jadinya anak ini, jika saya pergi?"

Iya, kata itu sering Aku dengar, dikala Engkau menasihatiku
tentang kehidupan yang sesungguhnya,
tentang sebuah harapan masa depan nan indah
Tapi Ayah, ibu tak pernah gagal mendampingiku dalam menjalani hari melewati kesulitan hidup bersama

Kini Ayah, hari ini aku sudah cukup dewasa,
aku tumbuh dengan nasihatmu dulu,
ingin sekali menemuimu dan mengucapkan
terimakasih untuk nasihatmu,
Tapi sayang, aku bingung kemana harus mencarimu
Ingin ku buktikan, bahwa aku mampu menjawab harapanmu
tapi sayang, Aku bahkan tak tahu bagaimana caranya

Sekian dulu Ayah,
kata-kataku sudah habis untuk mengungkapkan isi hatiku
Aku mencintaimu, Ayah...

bahkan nanti sampai saya kembali ke Tuhan,
Terimakasih Ayah...

surga tempat terindahmu

By: Herlina Hesti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun