Marah adalah sebuah emosi negatif yang ditandai oleh pertentangan terhadap seseorang atau perasaan setelah diperlakukan tidak benar. Walaupun begitu, masing-masing orang menangani marah dengan caranya.Â
Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita mengenal karakter seseorang termasuk bagaimana ia marah. Ketika mendengar nama seorang disebut karena marah, kita langsung terkoneksi karena kita tahu persis bagaimana jika orang tersebut marah, ada juga orang ketika menyelesaikan sesuatu yang menyakitinya biasanya dia menyelesaikannya dengan komunikasi yang baik terhadap pelaku.
Pada umumnya setelah kita berdamai dengan kemarahan yang hebat, biasanya kita menyadari bahwa apa yang kita lakukan sebelumnya karena tidak bisa mengendalikan diri, atau karena  tindakan spontan kita terhadap sesuatu yang bertentangan atau menyakiti kita, meskipun temperamen kita biasanya tenang. Jika setiap pelanggaran yang kita lakukan karena emosi, apakah orang yang menjadi korban amarahmu akan memaafkanmu dan hanya menyalahkan emosimu saja?
Dalam buku Berani tidak Disukai yang ditulis oleh Ichiro Kisimi dan Fumitake Koga, menjelaskan bahwa: marah adalah emosi sesaat. Sekarang dengarkan aku punya cerita.Â
Suatu hari seorang ibu dan anak perempuannya sedang bertengkar dengan suara nyaring. Lalu tiba-tiba telepon berbunyi."Hallo?" Sang ibu bergegas mengangkat gagang telepon, suaranya masih kental dengan amarah. Sang penelepon adalah wali kelas putrinya.Â
Segera setelah sang ibu menyadari siapa yang sedang menelepon, nada suaranya berubah dan dia menjadi sangat sopan. Lalu, selama kurang lebih lima menit berikutnya, dia melanjutkan percakapan dengan nada suara terbaiknya.Â
Begitu menutup telepon, ekspresinya berubah dan dia langsung berteriak lagi pada putrinya. Amarah bisa dikesampingkan saat telepon berbunyi, dan dikeluarkan lagi setelah seseorang menutup telepon.Â
Sang ibu tidak berteriak dengan amarah yang tidak dapat dikendalikan. Dia hanya menggunakan amarah dengan suara nyaring untuk menaklukan pasangannya, dan dengan demikian menegaskan pendapatnya.Â
Terkadang kita mengekspresikan marah dengan emosi yang negatif, tujuan kamu marah dengan  berteriak muncul lebih dulu dari yang lain, artinya, dengan berteriak, anda membuat orang yang ingin anda teriaki tunduk padamu dan mendengarkan apa yang anda katakan. Sebagai alat untuk melakukannya, kau menciptakan emosi marah.
Maka dari itu, banyak orang yang menyampaikan sesuatu agar orang lain paham dengan cara yang baik, tidak harus menaikan volume suaranya, dengan begitu orang yang mendengarkan, kemungkinan besar akan sungguh-sungguh minta maaf dan malakukan upaya-upaya yang sesuai dengan perbuatannya.Â