Mohon tunggu...
Herlina Hesti
Herlina Hesti Mohon Tunggu... Guru - Fasilitator

Less is more

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Semua Manusia Bisa Berubah

11 Juni 2023   11:11 Diperbarui: 11 Juni 2023   12:23 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang tentunya punya pengalaman masa lalu yang berbeda-beda, ada pengalaman yang tidak bisa dilupakan walaupun sudah berpuluh-puluh tahun lamanya. Ketika anda mengingat kembali kejadian tersebut, anda jadinya tahu persis. Entah itu waktunya kapan, tempatnya dimana, mengenakan pakaian apa, siapa-siapa saja yang ada dalam kejadian itu, mengingat kembali umur Anda saat itu, bisa kembali merasakan bagaimana suasana hati Anda waktu itu, dan lain-lain. Anda seolah-olah seperti menonton kembali film dokumenter Anda yang pernah dibuat. Pengalaman tersebut bisa jadi pengalaman yang menyenangkan, atau pengalaman yang menyedihkan. Yang mungkin Anda jadikannya sebagai motivasi ataupun sebagai pelajaran.

Pernah dengar istilah, anak adalah cerminan dari orang tuanya atau istilah buah yang jatuh tidak jauh dari pohonnya? Atau dengan kata lain sesuatu terjadi karena ada hubungan sebab dan akibat? Melalui istilah tersebut, orang percaya bahwa masa depan seseorang tergantung dari siapa orang tua atau siapapun yang mendidiknya. Saya mau mengajak kita sama-sama membayangkan bagaimana seorang anak yang sering mendapatkan perlakuan yang kurang pantas dari orang tuanya, dimana dia sering mengalami kekerasan fisik atau kekerasan verbal, dan seorang anak yang mengalami  perlakuan yang pantas dari orang tuanya. Berdasarkan hubungan sebab dan akibat yang sudah kita ketahui bersama di atas, bahwa kita sudah bisa membayangkan akibat dari seorang anak mengalami perlakuan yang tidak pantas dari orang tua dan anak yang mengalami perlakukan yang pantas dari orang tua hasilnya akan berbeda. Anak yang mengalami perlakuan yang tidak pantas sudah pasti perilakuknya kurang baik dibandingkan anak yang mendapatkan perlakuan yang pantas dari orang tuanya.

Disini saya mau mengajak kita tetap konsisten dengan pola pikir kita bahwa, semua kejadian karena ada hubungan sebab-akibat. Bagaimana pendapat anda ketika melihat karakter seseorang yang kurang baik, karena pengalaman masa lalunya? Sudah pasti, Anda akan menyalahkan orang tuanya atau siapa pun yang mendidiknya dengan mengatakan "tidak apa-apa ini bukan salah Anda, tapi salah orang yang mendidik kamu." Atau di kejadian lain, Anda bisa terheran-heran dengan anak yang mengalami perlakuan yang kurang tepat saat masa lalunya. Eh, sekarang malah menjadi pribadi yang paling baik bahkan dijadikan contoh karena keberhasilannnya, ketimbang anak yang mengalami perlakuan yang tepat. Pertanyaan saya "dimana letak hubungan sebab akibatnya?" "Ayo, apakah anda akan membatalkan untuk tidak percaya ada hubungan sebab akibat? Haha..."

Sekarang mari kita lihat pengalaman pribadi kita masing-masing. Mungkin Anda yang dahulunya pernah mengalami perlakuan yang kurang tepat dari orang tua Anda, tidak pernah merasakan istilah yang sering disebutkan: masa kecil adalah masa bermain, masa kecil adalah masa bahagia, bebas lepas tanpa beban, dibandingkan teman Anda yang ada disekitar, dimana menurut Anda dialah orang yang paling beruntung di muka bumi ini. Malah sekarang anda merasa semua pengalaman masa lalu berubah drastis, kini anda menjadi orang yang sukses dari karakter maupun finansial. Bukankan itu sebuah hal yang tidak masuk akal?

Semua manusia di dunia ini, sebenarnya bisa berubah. Dalam teori psikologi Alder dalam buku Berani tidak Disukai menyebutkan bahwa: tidak memikirkan "sebab" yang sudah lewat, tapi tujuan saat ini. Tidak ada pengalaman yang dengan sendirinya menyebabkan keberhasilan atau kegagalan kita. Kita tidak menderita syok akibat pengalaman kita yang dinamakan trauma namun sebaliknya kita mengartikannya sesuai dengan tujuan kita. Kita tidak ditentukan oleh pengalaman kita, namun arti yang kita berikan pada pengalaman-pengalaman itu menentukan dengan sendirinya.

Bukan berarti Alder mengatakan bahwa pengalaman tentang malapetaka buruk atau perlakuan kejam saat kanak-kanak atau insiden lain semacam itu tidak mempengaruhi pembentukan kepribadian, pengaruhnya kuat. Namun yang penting disini adalah bahwa tidak ada yang benar-benar di tentukan oleh pengaruh tersebut. Kita menentukan hidup kita sendiri menurut makna yang kita berikan pada pengalaman di masa lalu. Hidupmu bukanlah sesuatu yang diberikan oleh orang lain, tapi sesuatu yang kau pilih sendiri, dan kaulah yang bisa memutuskan bagaimana caramu menjalani hidup. Mungkin kamu salah satu orang yang mengalami kekerasan waktu kecil, tetapi kamu menjadikannya sebagai sebuah pelajaran yang bisa membawamu hingga sekarang. Sudah menjadi orang sukses dengan karakter yang terpuji.

Bukankah saat kita demam, yang kita lakukan adalah berusaha bangun mencari dokter untuk diresepkan obat agar cepat sembuh, atau malah diam dan mengambil minuman kemasan yang ada di freezer anda, yang bisa jadi membuat sakit Anda tambah parah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun