Mohon tunggu...
herlina adyaputri
herlina adyaputri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi of Pharmacy

Ada yang Susah Tapi Tidak ada Yang Tidak BIsa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hidup Tenteram Tanpa Perilaku Bully

25 Maret 2021   08:36 Diperbarui: 25 Maret 2021   10:24 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nama : Herlina Adya Putri

GB : 12

Benjamin Carson (kandidat presiden Amerika Serikat), saat di Sekolah Dasar sering dihina oleh teman-teman kelasnya karena kulit hitam, hanya terlihat putih saat ia membuka mulutnya terlihat giginya berwarna putih kekuning kuningan. Karena sering mendapat penghinaan, Carson pernah melakukan percobaan pembunuhan terhadap teman yang menghinanya, namun tidak membawa korban. Peristiwa tersebut menjadi head line berita di seluruh benua Amerika, bermacam-macam spekulasi hingga memunculkan rasisme (konflik warga kulit hitam dan kulit putih), singkat cerita Carson tidak naik kelas, namun ibunya Sonya dan seorang gurunya dengan sabar membimbingnya, setelah peristiwa tersebut, ia menjalani proses pendidikan yang baik dan mencapai prestasi gemilang, akhirnya di usia 27 tahun Carson tercatat sebagai seorang dokter ahli bedah menjadi keahliannya dan berhasil untuk pertama kali memisahkan bayi kembar di bagian belakang.

Berikan tanggapan terkait kasus tersebut, dan bagaimana mengondisikan diri sebagai mahasiswa jika berada diposisi sebagai carson yang terus terusan di bully.

Mengenai kasus tersebut menurut saya  dalam bentuk apa pun atau ditinjau dari segi mana pun, bully tetap suatu perbuatan yang salah, sebab dapat mengganggu psikis dan mental dari korban bully itu sendiri, dan ini dapat dilihat dari contoh kasus yang di atas, di mana Benjamin hampir saja membunuh pelaku pembullyan. Selain itu menurut saya, perlu adanya pemahaman yang diberikan kepada anak sejak usia dini, orang tua perlu memberikan pemahaman bahwa tidak boleh membeda-bedakan seseorang hanya karena perbedaan warna kulit, berbeda ras dan lain sebagainya.

Di sisi lain, seorang anak juga harus diajarkan terbuka pada orang tuanya sehingga ketika anak mengalami suatu masalah, ia bisa menceritakannya dan meminta pendapat dan bersama dengan orang tua bisa mencari jalan keluar dari masalah yang anak hadapi.

Setiap orang mungkin  berbeda sikap perihal menanggapi suatu pembullyan, seorang anak yang tumbuh di lingkungan toksik seperti itu dan apalagi ditambah tidak ada dukungan moril dari orang orang terdekatnya, membuat anak tersebut tidak percaya diri dalam menjalani harinya, lambat laun, ia menjadi seorang yang tidak percaya dengan mimpinya dan merasa bahwa setiap apa yang ia lakukan salah sebab tidak mendapat dukungan dari siapa pun.

Namun juga di sisi lain, ada seseorang yang menanggapi bully sebagai acuan ia untuk melangkah lebih maju, dengan ia di bully ia berusaha membuktikan bahwa apa yang orang katakan padanya, tidak sepenuhnya benar, dan percaya bahwa tidak akan ada yang menghalangi mimpinya.

Seorang anak yang tumbuh di tengah-tengah kehangatan keluarga tentu berbeda dengan seorang anak yang tumbuh dari keluarga yang tidak begitu peduli. Dengan adanya keluarga seorang anak merasa ia punya teman, ia tidak takut di bully karena adanya penanaman kepercayaan diri yang diberikan kepadanya.

Tingkat bullyng sebenarnya sangat bisa diminimalisir, apalagi jika itu dalam lingkungan sekolah, maksudnya bagaimana, di sini sangat perlu peran dari guru sebab di sekolah sebagai pengganti orang tua, guru mengambil andil besar dalam pembentukan pola pikir anak. Seorang guru bisa menanamkan nilai-nilai Hak Asasi dan persemaan derajat pada siapa pun tanpa terkecuali. Seorang harus menjunjung tinggi hak orang lain, jika haknya juga tidak ingin diganggu gugat.

Dalam kasus seperti yang diceritakan di atas, dapat kita lihat peran penting keluarga khususnya seorang Ibu dalam keberlangsungan hidup anaknya. Selain itu juga betapa pentingnya peran guru. Benjamin dapat melewati kasus bully yang pernah menimpanya dan menjadikan dirinya manusia yang hebat.

Mengenai konflik yang muncul antara kulit hitam dan kulit putih akibat dari masalah Benjamin perlu ditelisik lebih dalam, sebab biasanya media hanya langsung memberitakan adanya kekerasan yang terjadi atau rasisme yang dilakukan oleh seseorang, tanpa pernah mencari alasannya kenapa kekerasan itu bisa terjadi, apa motif dari perilaku sebenarnya. Walaupun bisa dikatakan bahwa dari kedua perilaku tersebut yang sebenarnya berkolerasi tidak ada yang bisa dibenarkan salah satunya.

Menurut saya, jika saya adalah mahasiswa dan  ada di posisi sebagai Benjamin sebenarnya saya adalah termasuk orang yang cukup cuek dengan menghadapi kasus seperti itu jika terjadi di hidup saya, dalam tanda kutip jika efek pembullyan hanya berdampak ke diri saya sendiri. Namun sebenarnya perlu di garis bawahi, cukup cuek berarti tidak ingin hidup tanpa kasus seperti itu, karena seperti yang kita ketahui bahwa sudah hakikatnya seorang manusia untuk selalu mencari rasa keamanan dan kenyamanan dalam kehidupannya. Dan tidak ada yang bisa dibenarkan bagi perilaku bully.

Walaupun jika ternyata korban bully tidak merasa tertekan, pembullyan tetap salah dan pelaku berhak mendapatkan hukuman. Sebab mengapa, rasanya tidak ada orang yang akan cukup sabar untuk berlangganan setiap hari dengan sesuatu yang tidak mengenakkan.

Kasus bully yang masih sangat marak, harus menjadi perhatian besar karena bully bukan kasus biasa saja, perlu perhatian lebih. Korban bully tidak hanya mendapatkan kekerasan dalam hal fisik tapi yang pasti kata-kata yang keluar dari pelaku bisa menmbulkan trauma mendalam pada psikis korban. Dan yang menjadi harapan besar adalah seorang manusia yang tumbuh mulai dari anak-anak hingga ia kembali di panggil pulang bisa selalu merasakan kenyamanan tanpa harus merasakan apa itu pembullyan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun