Puncak Joglo dan Watu Cenik terletak di Desa Sendang, Kecamatan Wonogiri, Wonogiri, Jawa Tengah. Dari Kota Solo, Puncak Joglo bisa ditempuh dalam waktu 80 menit dengan jarak tempuh 42 kilometer. Alamat tersebut sudah terdaftar di Google Map, jadi menuju lokasi bisa memanfaatkan aplikasi ini atau GPS.Â
Dari ketinggian ini, pengunjung dapat menikmati indahnya bentang alam Pegunungan Seribu. Pegunungan Seribu adalah pegunungan yang terletak di bagian Selatan Pulau Jawa, merupakan pegunungan kapur yang membentang dari Pacitan, Wonogiri, Gunung Kidul hingga Kebumen.Â
Pegunungan Sewu ditetapkan sebagai Global Geoparks Network atau Taman Bumi Dunia oleh UNESCO pada tahun 2015 di Jepang. Kawasan Geopark atau Taman Dunia ini adalah suatu kawasan atau situs warisan geologi yang di dalamnya memiliki nilai ekologi dan warisan budaya yang tinggi sekaligus berfungsi sebagai daerah konservasi, edukasi dan pembangunan berkelanjutan.
Di sisi lain, hamparan perbukitan hijau menambah uniknya landscape bentang alam wilayah ini. Langit biru dengan hiasan awan putih tipis berarak semakin menciptakan perpaduan warna-warna alam kontras yang menambah kemegahan latar untuk sekedar berswafoto atau duduk menikmati keindahannya. Hembusan angin kencang pun menyejukkan dan membuat betah pengunjung. Â
Sekilas jika berdiri di atas Puncak Joglo atau Watu Cenik, mirip dengan magisnya foto unggahan pemandangan alam Raja Ampat di Papua. Foto-foto keindahan bebukitan dengan latar waduk ini pun banyak bersliweran di media sosial seperti Instragram dan Facebook. Publikasi informal oleh para warga net (netizen) ini membuat pariwisata di Wonogiri semakin menggeliat dengan keterlibatan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) sebagai pengelolanya.
Kedua tempat wisata ini berada dalam satu kawasan bukit yang sama sehingga pengunjung bisa menjelajah ketiganya dalam waktu setengah hari. Untuk mencapai tempat tersebut, pengunjung harus melewati medan perbukitan yang berkelok dengan tingkungan dan tanjakan curam sehingga diperlukan keterampilan berkendara dan keadaan mobil yang prima.Â
Namun, jangan kuatir karena jalanan sempit menuju lokasi telah beraspal halus sehingga cukup nyaman. Khusus yang membawa motor matik, sangat disarankan untuk berhenti sejenak sesekali untuk mendinginkan rem. Jika terlalu panas, hal itu bisa menyebabkan rem blong saat melewati turunan selanjutnya.
Nantinya akan dijumpai pos retribusi ketika sampai di perkampungan. Pengunjung harus merogoh kocek sebesar Rp 7.500 per orang untuk melanjutkan perjalanan. Tiket ini berlaku untuk tiga destinasi yakni Watu Cenik, Puncak Joglo, dan Menara Pandang Soko Gunung yang semuanya berada di bawah pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Sendang Pinilih. Ketiga destinasi ini bisa dikelilingi dalam waktu setengah hari atau apabila pengunjung ingin menikmati syahdunya matahari terbenam, bisa menghabiskan kunjungan terakhir di Soko Gunung yang tertinggi di antara ketiganya.
Yang membedakan Puncak Joglo dengan lainnya adalah keberadaan landasan terbang olahraga paralayang atau gantole tingkat internasional. Setiap tahun digelar pertandingan paralayang  berkelas internasional di Puncak Joglo yang diikuti atlet maupun pehobi paralayang dari berbagai negara, seperti Singapura, Korea, dan Belarusia.Â
Jika tertarik, pengunjung bisa mencoba wahaya gantole berpasangan dengan tarif sekitar Rp400.000,00 sekali terbang sambil menikmati keindahan Waduk Gajah Mungkur dan Kota Wonogiri dari atas dengan durasi sekitar 30 menit.Â
Harga tersebut sudah termasuk dengan biaya dokumentasi kamera dan pilot paralayang yang sudah berpengalaman dan bersertifikat. Yang jelas adrenalin pasti terpacu kencang saat berada di angkasa dengan hembusan angin yang cukup kencang.
Warna langit terpantul di atas permukaan danau dengan cantiknya. Keramba nelayan dan perahu nelayan yang melintas nampak bagai miniatur. Pengelola pun sudah menata kawasan Watu Cenik dengan baik. Jalan setapak sudah sangat nyaman dilalui dan tak licin. Telah disediakan pula ornamen-ornamen untuk berfoto berbentuk hati hingga balon udara berlatar belakang panorama yang indah.
Di balik tulisan, deretan batu tersusun persis seperti namanya. Pengunjung bisa berfoto di atas bebatuan ini dengan latar waduk dan pegunungan sehingga hasilnya pasti ciamik. Gunakan sepatu yang nyaman dan tidak licin sehingga saat naik ke bebatuan aman. Hendaknya diingat, ketika berfoto, agar tetap berhati-hati sehingga tidak sampai terjatuh dari ketinggian.
Sementara itu saat sore hari yang cerah, suasananya syahdu dan magis apalagi ditemani bisikan angin sepoi. Duduk di landasan pacu atau batu sembari menatap langit berpendar penuh warna jingga dengan semburat emas saat senja datang, berteman semilir angin tentu akan membuat siapa pun enggan tergesa beranjak.Â
Barisan pegunungan karst yang membentang elok bagaikan deretan ratusan prajurit yang menjaga kawasan ini. Saat lingkaran surya mulai meredup, mereka pun mengiringinya dengan tatapan syahdu.
~Take only pictures and leave only footprints~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H