Mohon tunggu...
Herlina Puspawati
Herlina Puspawati Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Ibu rumah tangga. aktifitas sehari hari mengajar AL Qur'an, suka dengan kegiatan kegiatan sosial , suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Merajut (Dalam) Gelap

8 November 2023   09:31 Diperbarui: 9 November 2023   06:27 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"(Yaitu)  orang orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram" (Ar Ra'd : 28)

 

Hidup adalah sebuah proses menata, mengatur dan menyeimbangkan setiap episode episode kehidupan untuk menjadi sebuah rangkaian cerita yang terbaik.

Jika saya umpamakan episode episode kehidupan itu ibarat uraian benang yang bertebaran, maka warna warna benang menunjukan kondisi episode kehidupan. Warna gelap simbolis dari ujian hidup yang membuat kegusaran, keperihan dan kesedihan hati. Sedangkan warna warna cerah menggambarkan episode kegembiraan hati.

Benang benang yang terurai itu harus disatukan, dirajut untuk menghasilkan karya yang bagus. Perpaduan warna semakin mempercantik karya. Maka hasil rajutan akan menjadi indah tatkala dirajut dengan kesungguhan, kerja keras dan kesabaran bukan cuma mata dzahir yang harus terlibat juga mata bathin punya peran yang sangat penting.

Mungkin sebagian besar dari kita masih belum mampu membuat hasil rajutan dengan bagus, bisa jadi salah satu penyebabnya karena kita merajut (dalam) gelap. Mata dzahir belum mampu menghalau pandangan maksiat dan mata bathin belum sepenuhnya bersih. Semakin kegelapan menyertai kita maka bukan saja kita tidak mampu membuat rajutan yang bagus, yang terjadi malah  benang benang tersebut menyatu layaknya benang kusut, semakin kusut dan susah terurai.

Episode ujian hidup yang berat terkadang membuat diri, jatuh pada kesedihan, keterpurukan dan rasa putus asa. Rasa ketidak mampuan untuk bangkit dan melawan semakin membuat diri lemah. Ketika mata bathin sudah  mulai menjauh bahkan semakin menjauh dari keperpihakan kepada takdir dan tawakal kepada Allah, maka hanya gelap yang menyertai hidup. Kegelapan yang semula semu semakin pekat.

Jika ingin selamat, maka hanya satu cara yang harus kita lakukan memaksakan diri untuk memberikan ruang cahaya bagi kegelapan. Buka perlahan namun pasti, hingga kegelapan benar benar hilang berganti dengan semburat cahaya.  Semburat cahaya yang akan menuntun kita melihat uraian urain benang, Semburat cahaya yang menemani kita membuat rajutan kehidupan.

Semburat cahaya hanya akan hadir jika diri kita mengenal siapa Rabb kita. Mata dzahir dan mata bathin akan berfungsi sempuna jika sudah terpaut denganNya. Runtuhkan keperpihakan kepada egoisme diri dan kesombongan. Akui ketidak mampuan diri walaupun untuk hal hal yang sepele dalam hidup.

Teruslah berjuangan untuk mencari semburat cahaya, teruslah merajut kehidupan agar menghasilkan karya terbaik , dampai Allah mengizinkan kita menapaki SurgaNya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun