Semburat Cahaya
Air mata yang pertama adalah air mata kebencian
Benci....pada keadaan yang seolah tidak pernah berpihak pada diri
Walau segala upaya sudah dilampaui untuk merubahnya
Benci....pada seseorang yang selalu menganggap rendah setiap pengorbaan.
Walau pengorbanan yang  dilakukan dengan tetesan keringat dan darah.
Benci... pada sebuah kamuflase kepasrahan kepada Sang Pencipta.
Walau pada kenyataannya  tiada upaya tampak dilakukan
Air mata kedua adalah air mata kemarahan
Marah pada diri sendiri karena terlalu lemah untuk bersikap tegar
Walau sudah berusaha menghapus linangan air mata tapi riaknya tiada berhenti
Marah karena selalu dianggap tidak mampu mensyukuri setiap ujian hidup yang hadir
Walau pada akhirnya setiap solusi selalu hadir dari diri yang direndahkan
Marah karena masih tidak mampu menyelami setiap makna ujian yang hadir
Walau sesungguhnya ujian itu adalah barometer kualitas diri
Air mata ketiga adalah air mata penyesalan
Menyesal kenapa tidak belajar untuk menghadapi ujian
Padahal ujian selalu hadir dengan penjelasan dan kisi kisi terlebih dahulu
Menyesal tidak peka terhadap derita saudara, kerabat atau siapapun yang pernah mengadukan gundahnya
Padahal bisa jadi  gundah gundah mereka suatu saat akan terjadi pada diri kita
Menyesal tidak mengontrol diri dalam kubangan ke khilafan dan dosa
Padahal sudah menjadi keyakinan ada khilaf dan dosa yang dibayar tuntas didunia
Air mata keempat adalah air mata kesyukuran
Ketika ada semburat cahaya hadir
Seolah diri tersentak
Cahaya yang lembut menyapa dan menenangkan diri
Cahaya merasuk ke dalam jiwa....dalam sekali
Menengadah wajah keatas.....Ya Robbi...
Kenapa hati terhanyut oleh syetan
Kenapa harus ada benci, marah dan penyesalan
Padahal Engkaulah Maha Berkehendak
Engkau berikan takdir yang tiada pernah salah, kepada umatMu
Engkau berikan Takdir kepada orang yang memang pantas menerimanya.
Lalu apakah pantas benci, marah dan penyesalah ini ditujukan pada takdirMu.
Semburat cahaya seakan membimbing langkah untuk merubah airmata kebencian, kemarahan dan penyesalan menjadi air mata kesyukuran.
Bersyukur , karena kalo bukan karena kasih sayangNya takdir ini tidak pernah sampai kepada diri.
Bersyukur, karena kita menjadi hamba pilihanNya yang sedang diuji kualitas dirinya.
Allah yang berkehendak, Â atas batas takdir Nya.
Harapan diri semoga lulus dalam ujianNya
                                                                                                                 Depok, 12 Feb 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H