Mohon tunggu...
Herlina Puspawati
Herlina Puspawati Mohon Tunggu... Lainnya - Ibu Rumah Tangga

Ibu rumah tangga. aktifitas sehari hari mengajar AL Qur'an, suka dengan kegiatan kegiatan sosial , suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Semburat Cahaya

13 Februari 2022   10:10 Diperbarui: 13 Februari 2022   10:16 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Semburat Cahaya

Air mata yang pertama adalah air mata kebencian

Benci....pada keadaan yang seolah tidak pernah berpihak pada diri

Walau segala upaya sudah dilampaui untuk merubahnya

Benci....pada seseorang yang selalu menganggap rendah setiap pengorbaan.

Walau pengorbanan yang  dilakukan dengan tetesan keringat dan darah.

Benci... pada sebuah kamuflase kepasrahan kepada Sang Pencipta.

Walau pada kenyataannya  tiada upaya tampak dilakukan

Air mata kedua adalah air mata kemarahan

Marah pada diri sendiri karena terlalu lemah untuk bersikap tegar

Walau sudah berusaha menghapus linangan air mata tapi riaknya tiada berhenti

Marah karena selalu dianggap tidak mampu mensyukuri setiap ujian hidup yang hadir

Walau pada akhirnya setiap solusi selalu hadir dari diri yang direndahkan

Marah karena masih tidak mampu menyelami setiap makna ujian yang hadir

Walau sesungguhnya ujian itu adalah barometer kualitas diri

Air mata ketiga adalah air mata penyesalan

Menyesal kenapa tidak belajar untuk menghadapi ujian

Padahal ujian selalu hadir dengan penjelasan dan kisi kisi terlebih dahulu

Menyesal tidak peka terhadap derita saudara, kerabat atau siapapun yang pernah mengadukan gundahnya

Padahal bisa jadi  gundah gundah mereka suatu saat akan terjadi pada diri kita

Menyesal tidak mengontrol diri dalam kubangan ke khilafan dan dosa

Padahal sudah menjadi keyakinan ada khilaf dan dosa yang dibayar tuntas didunia

Air mata keempat adalah air mata kesyukuran

Ketika ada semburat cahaya hadir

Seolah diri tersentak

Cahaya yang lembut menyapa dan menenangkan diri

Cahaya merasuk ke dalam jiwa....dalam sekali

Menengadah wajah keatas.....Ya Robbi...

Kenapa hati terhanyut oleh syetan

Kenapa harus ada benci, marah dan penyesalan

Padahal Engkaulah Maha Berkehendak

Engkau berikan takdir yang tiada pernah salah, kepada umatMu

Engkau berikan Takdir kepada orang yang memang pantas menerimanya.

Lalu apakah pantas benci, marah dan penyesalah ini ditujukan pada takdirMu.

Semburat cahaya seakan membimbing langkah untuk merubah airmata kebencian, kemarahan dan penyesalan menjadi air mata kesyukuran.

Bersyukur , karena kalo bukan karena kasih sayangNya takdir ini tidak pernah sampai kepada diri.

Bersyukur, karena kita menjadi hamba pilihanNya yang sedang diuji kualitas dirinya.

Allah yang berkehendak,  atas batas takdir Nya.

Harapan diri semoga lulus dalam ujianNya

                                                                                                                                                                                                                                 Depok, 12 Feb 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun