Sebelum bergulir ke episode selanjutnya, ditampilkan kutipan dari pelukis dan pembuat karya seni surealis asal Spanyol, Salvador Dali yaitu "Mereka yang tidak ingin meniru sesuatu, tidak menghasilkan apa-apa".
Adegan berlanjut. Siswa mengikuti cara yang disampaikan sang teman genius. Dia mulai membuka google, berselancar mencari lukisan yang menarik. Menyalin. Menghapus tanda tangan sang pemilik lukisan dan mencetak kembali. Selanjutnya dengan menggunakan kuas lukis, dia hanya memercikkan cat lukis ke atas gambar tersebut secara sembarangan dengan emosional. Hasil lukisan yang dia modifikasi di puji guru dan mendapat penghargaan sebagai karya genius.Â
Siswa tersebut puas dengan hasil "karyanya" dan mendorongnya untuk melakukan hal yang sama dengan beberapa lukisan lain. Dia diberi gelar siswa genius karena hal tersebut.Â
 Dia terkenal dan dipuji banyak insan di dunia maya. Diwawancarai oleh reporter dari stasiun televisi. Orang tua senang mempunyai anak genius. Para pimpinan di institusi pendidikan tempat dia menuntut ilmu memberi apresiasi dan selalu memberi motivasi dan dukungan apapun yang terjadi. Mereka semua tidak mengetahui hal yang sebenarnya.
Suatu saat para penggemar mendesaknya untuk melukis secara langsung di dunia nyata. Hal ini membuatnya panik. Dia melukai tangan kanannya sendiri dengan cara memukul dengan palu supaya ada alasan untuk tidak melukis secara langsung. Namun para penggemar tidak memperdulikan musibah tersebut. Hanya satu yang mereka inginkan. Melukis secara langsung di hadapan para penggemar dan disiarkan secara langsung pula oleh stasiun televisi.
Alhasil dia melukis dengan tangan kirinya dengan hasil yang tidak maksimal. Karena memang faktanya dia tidak dapat melukis. Dia hanya seorang plagiat lukisan. Namun pimpinan sekolah mendukung dan mengapresiasi hasil lukisan dari tangan kirinya. Seolah lukisan tersebut adalah karya genius.
Demi nama baik sekolah, para pimpinan mendukung anak didiknya untuk berprestasi tanpa menyadari kenyataan sesungguhnya dibalik karya yang dihasilkan.
Mereka semua dibutakan oleh fakta sesungguhnya. Para pimpinan sekolah terobsesi dengan prestasi anak didiknya dan demi reputasi nama baik sekolah.Â
Sedangkan para pengemar di dunia maya terhipnotis oleh narasi seseorang yang mengiring kepada kebenaran semu. Sesuatu yang tidak layak mendapat apresiasi tetapi tetap diamini menjadi sesuatu yang hebat dan dianggap genius.
Sebuah serial film remaja yang patut direnungkan oleh kita semua.
Dalam dunia nyata bahkan di sekitar kita pun, terekam adanya kecenderungan seseorang ataupun suatu lembaga untuk meraih dan menorehkan "prestasi diri". Prestasi yang diapresiasi oleh pihak lain.